1 First

Hai, terima kasih teruntuk kalian yang sudah membuka ceritaku ini.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa vote dan komen ya.

Itu semua agar aku lebih merasa berharga lagi buat nulis setiap kalimat.

Author 😘

.

.

.

.

.

Djakarta, 02 Februari 2017

Sesosok lelaki tampan di sebuah ruangan yang teramat megah sedang duduk di kursi kebesarannya sembari memegang sebuah undangan pernikahan. Bunga melati berwarna putih yang tenggelam di dalam vas menjadi saksi betapa sakitnya hati lelaki tersebut. Jemarinya yang kokoh nan besar itu mengusap nama mempelai wanita di atas kertas berwarna biru itu. Air yang menggenang di pelupuk matanya tak menghalangi indahnya mata berwarna zamrud itu.

Dialah Andrew Adyatama. Putra dari pebisnis tersohor di Indonesia, Wira Adyatama. Jabatannya sebagai direktur di perusahaan Ayahnya dengan usianya yang masih mudah membuat para wanita rela menyerahkan kehormatannya.

Tapi, Andrew tetaplah Andrew. Dia tidak akan semudah itu terlena oleh pesona kaum wanita, terlebih lagi kaum wanita hanya akan membuat hidupnya semakin rumit.

Semenjak Andrew di tinggal oleh Olivia, hati Andrew terkunci. Tidak seorang pun akan ia biarkan membuka gembok hati yang telah tersakiti.

Sekarang, hatinya kembali tercabik saat melihat undangan dengan nama Olivia Ermelinda. Nama yang cantik tetapi tidak dengan sosoknya.

Andrew akan datang. Dia telah membulatkan tekadnya, mungkin --- ini saatnya Andrew untuk move on?

Jemarinya mengetikkan sebuah pesan WhatsApp untuk temannya 'Guntur'.

-Tur, kita bareng ke nikahannya Oliv-

-Ok-

Tertera hari Minggu, 05 Februari 2017. Tiga hari lagi dan Andrew harus bersiap menata hati dari segala kemungkinan yang ada. Tenang saja para pembaca yang budiman, Andrew tidak akan bertindak bodoh menghancurkan pelaminan.

~~~

05 Februari 2017

Baju batik berwarna cokelat muda dengan titik-titik dan lengkungan serta garis di dalam motifnya membuat penampilan Andrew terlihat sangat elegan. Ibunya yang asli Yogyakarta selalu mengoleksi batik bermotif sogan ini. Kata Ibunya, Pak Jokowi suka memakai baju batik dengan motif sogan.

Jam tangan merk Olves berwarna blue-silver itu menghiasi pergelangan tangannya yang di penuhi bulu halus. Sepatunya mengkilap bak kertas metalik. Langkah panjangnya membuat kebanyakan para wanita terpana dengan ketampanannya.

Rambut cokelatnya yang di tatan dengan short and spiky itu membuatnya terlihat sangat maskulin. Mata zamrud nya mampu melelehkan kaki kaum hawa di tambah dengan jambang halus yang mampu menggelikan jemari yang menyentuhnya.

Guntur dan Topan yang berjalan bersisian dengan Andrew merasa famous. Guntur dan Topan juga merupakan pria tampan, tapi ketampanan Andrew mampu membuat para wanita hanya melirik mereka.

Sebuah lambaian tangan terlihat oleh ketiga malaikat tak bersayap itu. Mereka bertiga ikut bergabung duduk di kursi yang mejanya penuh dengan makanan itu. Ada 10 orang yang telah duduk di sana, semuanya laki-laki terkecuali perempuan cantik yang mengenakan setelan kebaya berwarna ungu muda. Rambutnya yang di sanggul ke atas menambah pesonanya.

Andrew menyikut lengan Topan, membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya kepada jomblo di sebelahnya.

"Itu siapa?" dagu Andrew terarah kepada perempuan cantik tadi.

Topan menyipitkan matanya dan seketika senyumnya terbit bagai mentari pagi, "Ratu."

Andrew menikmati makanannya sambil sesekali matanya mengedarkan pandangan ke arah pengantin yang telah berbahagia. Mantan kekasih yang dulu meninggalkannya, kini telah bersanding bersama lelaki pilihannya. Hanya karena Andrew tak punya quality time yang cukup membuat Oliv memutuskan hubungan mereka yang telah terjalin sejak berseragam putih-biru itu.

Mata Andrew meneliti satu persatu wajah teman-teman SD nya dan ketika itu juga perempuan yang bernama Ratu itu menolehkan kepalanya membuat pandangan mereka bertemu. Ratu tersenyum memperlihatkan kedua lesung pipinya dan itu membuat Andrew lupa akan luka cinta dari Oliv.

Acara santai pun di mulai, mempelai pria dan wanita di persilahkan bergabung kepada para tamu undangan.

"Selamat ya Liv" Andrew menjabat tangan Oliv dan suami nya yang bernama Vian itu.

Oliv-Vian.

Oliv mengangguk, tangannya terus menggamit lengan pria yang baru saja sah menjadi suaminya itu. Andrew akui Oliv cantik, wajah blasteran Manado- Australia membuatnya menarik.

Seketika itu juga lamunan Andrew tersadar saat melihat perempuan yang bernama Ratu itu mendekat ke arahnya. Andrew tersenyum manis ke arah Ratu namun perempuan itu hanya tersenyum sekilas sebelum melewati Andrew dan memeluk Oliv beserta Vian.

"Selamat ya kalian, gue seneng deh" ucap Ratu.

"Gue juga, makasih loh beb udah jauh-jauh ke sini buat gue sama Vian" balas Oliv.

Ratu mengangguk. Dia masih ingin bercerita dengan Oliv tetapi kumpulan sahabatnya ini sudah tidak sabar ingin berfoto bersama. Semua mengambil posisi. Ratu berdiri tepat di samping Andrew. Tingginya sebatas dagu Andrew.

1

2

3

Cekrek

Tiga belas orang yang berada dalam satu meja di pernikahan Oliv adalah sahabat semenjak SD. Mereka masih menjalin komunikasi hingga saat ini mereka telah berumur antara 26 dan 27 tahun. Mereka semua memasuki rumah besar nan mewah milik Lewis.

Sedari perjalanan pulang, mereka terlihat seperti pawai dengan baju bagus mereka. Beberapa di antara mereka menggunakan motor termasuk Ratu yang saat ini di bonceng oleh pria tampan bernama Milo. Dan yang kaya pasti menggunakan mobil.

Topan, Guntur, Andrew, Ribut dan Milo sedang duduk lesehan di depan TV berukuran 55 inch tersebut. Sedangkan Satriyo, Arya, Yudis, Embe, Eros dan Aris duduk di atas sofa yang menyebar itu. Hanya Ratu dan Lewis yang membantu bibi di dapur menyiapkan camilan dan minuman segar.

Ratu datang membawa nampan berisi 8 gelas dan satu teko besar berisi es sirup, sedangkan sisanya di bawa oleh bibi dan Lewis.

Ratu menaruh pelan nampan itu di meja, semua itu tak luput dari pandangan Andrew. Ya, baru kali ini Andrew melihat Ratu di perkumpulan teman-temannya ataukah hanya dia yang baru tau karena jarang berkumpul?

Ratu meletakkan bokongnya di sebelah Milo membuat Milo bergerak cepat menepuk pahanya agar Ratu meletakkan kepala di paha.

Alih-alih kepala, Ratu malah meletakkan kedua kakinya di atas paha Milo, kepalanya ia senderkan di paha Satriyo yang duduk di atas sofa.

"Pijitin dong," melas Ratu, "kepala gue berat nih di sanggul." keluhnya lagi.

Satriyo memijat bahu dan kepala Ratu, sedangkan Milo memijat kaki putih Ratu. Jangan tanya penampilan Ratu, rambutnya telah acak-acakan berkat kerja keras Satriyo yang secara asal melepaskan sanggul.

Mereka semua membuat Ratu layaknya Ratu karena apa yang di minta wanita itu nyaris tak pernah di tolak oleh mereka.

Perasaan suka itu pasti, mengingat tidak ada persahabatan antara lelaki dan wanita yang berjalan mulus. Yang jadi pertanyaannya adalah, apakah Ratu mau? Jika iya, siapa yang Ratu pilih?

Andrew melihat interaksi semua teman-temannya dengan Ratu, sepertinya dia wanita yang menyenangkan.

-Jangan di liatin terus ntar lo diabetes-

Itu pesan teks dari Lewis. Lelaki itu terkekeh begitu Andrew melihatnya. Pandangan mata Andrew benar-benar tidak bisa di tahan. Lagi, pergerakan Ratu saat menuju lantai atas di rumah ini tak luput dari penglihatannya. Bahkan saat Ratu telah kembali mengenakan pakaian santainya masih mampu membuat Andrew memandang.

"Gue pulang deluan ya"

Sontak semua mata menoleh menuju sumber suara yang masih asih mengotak-atik ponsel.

"Mau dianter?" tanya Aris.

"Mauuuu." manja Ratu.

"Biiiiii," Lewis teriak dengan kencangnya seolah jarak dapur menuju ruang TV sejauh cintanya pada Ratu, "bungkusin semua makanan yang bibi masak buat beby"

"Baik, den"

Ratu tidak menolak, sudah kebiasaan Lewis jika Ratu pulang pasti tangannya tak pernah kosong. Ratu tak suka jika Lewis mendiamkannya hanya karena hal yang sepele menurutnya. Ya begini, bungkus membungkus.

"Siapa yang mau nganter gue,?" Ratu berdiri di depan TV, menghalangi mereka yang sedang menonton, "Ayo, Milo antar gue."

Milo menggelengkan pelan kepalanya, "Ogah. Lo tadi kagak mau bobok di paha gue."

"Ish!" Ratu menghentakkan satu kakinya membuat Satriyo terkekeh. "Ayok, biar Mamas Satriyo yang antar sampai pelaminan."

Ratu bersorak girang, tangannya memeluk lengan kekar Satriyo yang saat ini berdiri di sampingnya, "Makasih sayangnya aku."

Andrew melihat hal itu dengan wajah yang tak bisa di gambarkan. Jemarinya mengetik sebuah pesan untuk Lewis.

'Mereka pacaran?'

Lewis menahan gelak tawanya saat membaca pesan dari Andrew, 'Gak'

Andrew bernapas lega. Mungkin benar, dirinya terlalu sibuk hingga tidak tahu apa-apa.

Jangan lupa vote dan komen yaww..

avataravatar
Next chapter