1 Chapter 1

"Ke mana tujuan kita hari ini, Tuan?" tanya laki-laki yang duduk di kursi kemudi.

Dibelakangnya duduk seorang laki-laki tampan, memakai kemeja hitam. Kharisma dan kewibawaan begitu terlihat, aura-aura pengusaha kaya raya nan berkuasa tergambar jelas padanya.

Melirik sang asisten pribadi yang duduk di depan – tepat di sebelah supir. "Sudah kamu temukan di mana tempatnya?" tanya laki-laki yang duduk dibelakang itu.

"Sudah, Tuan," jawabnya dengan pasti.

"Kita ke sana sekarang juga. Kalau sampai aku terlambat untuk menggagalkan acara itu, maka kamu tahu sendiri apa akibatnya, 'kan?" ucapnya mengancam.

Mobil Tesla berwarna hitam itu melaju membelah jalanan ibukota. Atas dasar perintah atasan mereka, maka mobil itu melaju di atas kecepatan rata-rata. Untunglah jalanan sunyi sebab masih pukul lima pagi.

"Kita menunggu di basement saja!" titah laki-laki itu. "jam berapa acara akan di mulai?" sambungnya bertanya.

"Akad nikah diadakan jam 10 pagi nanti dan resepsi pernikahan di jam 8 malam," jawab asistennya.

"Dasar bodoh! Aku tidak butuh jadwal resepsi," makinya pada laki-laki yang menjadi asistennya itu.

Pukul sembilan tiga puluh pagi, laki-laki didalam mobil tersebut keluar bersama asisten pribadinya. Mereka berbaur bersama tamu undangan untuk dapat masuk ke ballroom hotel tersebut.

"Atas nama siapa?" tanya wanita penerima tamu yang ada didepan pintu masuk.

"Tuan Aidan Kurniawan. Rekan bisnis Galih," ucapnya santai.

Setelah mendapatkan akses masuk membuat laki-laki yang bernama Aidan itu menaikkan sudut bibirnya. Mereka pun turut duduk di kursi tamu untuk menyaksikan acara ijab kabul yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Keyira Hadinagoro binti Hanung Hadinagoro dengan mas kawin logam mulia seberat 100 gram dibayar tunai." Ijab kabul itu diucapkan dengan lantang dalam satu tarikan napas oleh pengantin pria.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu yang bisa didengar para tamu undangan.

Belum sempat para saksi menjawab. Suara bariton seorang laki-laki yang duduk paling belakang membuat mereka terdiam.

"Tidak! Pernikahannya tidak sah!" teriak Aidan yang berdiri gagah di tempat duduknya.

Mendengar teriakan Aidan membuat semua mata yang ada disitu tertuju padanya. Ada yang menatap keheranan ada juga yang menatap sinis.

Para saksi baru saja akan berucap sah. Namun, kalah cepat dengan teriakan Aidan. Laki-laki itu memang sudah berlatih dan bertekad untuk tidak gagal dalam misi membatalkan pernikahan wanita yang dia cintai.

"Aidan," cicit Keyira menutup mulutnya tak percaya.

Mata Key dan Aidan bertemu. Saling pandang untuk beberapa detik, membuat jantung Key untuk pertama kali setelah lima tahun lamanya kembali merasakan debaran cinta. Persis seperti debaran saat-saat bersama Aidan dulu.

"Keyira, tolong hentikan pernikahan ini dan kembalilah padaku," ucap Aidan dengan tidak tahu malunya.

Gadis yang kerap di sapa Key itu membulatkan matanya tak percaya. Lima tahun lalu, Aidan pergi meninggalkan dirinya di saat janji suci pernikahan mereka akan dilaksanakan. Lalu sekarang? Apa mau laki-laki itu? Kenapa dia datang lagi? pikir Key.

Seluruh tamu diam, tak ada satu pun yang membuka suara termasuk orang tua calon pengantin, penghulu dan para saksi.

Pernikahan putra dan putri konglomerat itu juga disiarkan langsung secara life. Seluruh pelosok negeri yang harusnya menjadi saksi pengucapan janji suci antara Keyira Hadinagoro dan Galih Senopati ternyata malah menyaksikan drama keluarga.

Melihat tak ada satu orang pun yang membuka suara atau sekedar memanggil pihak keamanan untuk menyingkirkan dirinya, membuat laki-laki itu semakin berani. Rencananya berjalan lancar sampai detik ini.

"Key, ... aku mohon ... kembalilah padaku," ucap Aidan lembut sembari berjalan menuju meja akad yang berada di depannya.

"Hentikan langkahmu atau ku habisi nyawamu," ucap Hanung, Papa Keyira.

Derap langkah kaki Aidan terhenti dengan posisi kaki kanan didepan dan kaki kiri dibelakang. Menarik napasnya dalam, dia tahu bahwa Papa Key bukan tandingannya. Setiap ancaman yang keluar dari mulut laki-laki itu pasti akan dilaksanakan.

"Katakan apa mau mu?" sambungnya bertanya setelah melihat Aidan tak melanjutkan langkahnya.

"Menikah dengan putri Anda karena saya sangat mencintainya," ucap Aidan dengan penuh percaya diri.

Di sebelah Key ada Galih sedang berusaha menahan amarahnya. Tangannya terkepal, ingin sekali dia habisi laki-laki itu sekarang juga. Namun, kamera yang ada di sana membuatnya tidak bisa berbuat banyak. Kini dia tahu apa tujuan Aidan datang dan berpura-pura menawarkan kerjasama dengannya.

Sebulan lalu, Perusahaan yang dikelola Aidan ikut dalam sebuah tender. Citra perusahaan yang baik dan sepak terjang yang cukup tinggi membuat perusahaan Galih memilih AK Grup yang dipimpin Aidan untuk menjadi rekan bisnisnya.

"Tolong matikan kameranya!" titahnya pada seluruh kru televisi yang hadir di ballroom hotel.

Tiba-tiba suara tepukan tangan terdengar dari laki-laki bertubuh gempal – Tuan Senopati – Papa Galih. "Hebat sekali permainan kalian," ucapnya sambil tertawa sinis. "kamu, putrimu dan laki-laki ini telah mempermainkan, aku! Kau pikir aku ini siapa, Hanung Hadinagoro?" tanyanya dengan intonasi yang cukup tinggi.

"Bu–bukan begitu ... aku pun tidak tahu jika laki-laki ini kembali," lirih Tuan Hadinagoro.

"Bubarkan pesta ini! Katakan kepada seluruh awak media dan tamu undangan bahwa pernikahan ini telah dibatalkan," ucap Tuan Senopati memberi perintah pada asisten yang entah sejak kapan sudah berdiri disampingnya.

Hanya dengan sekali perintah, asisten pribadi Tuan Senopati mampu mengosongkan ballroom hotel dalam waktu kurang dari lima menit. Kini hanya ada mereka yang memiliki kepentingan didalam ruangan besar itu.

Keyira tidak tahu harus berbuat apa. Dirinya yang tadi masih mampu berdiri tegak memandang Aidan kini malah terduduk lemas di kursi tanpa berani mengangkat pandangannya.

"Galih, mari kita pulang! Mulai saat ini dan seterusnya urusan kita dengan keluarga Hadinagoro sudah selesai. Perjanjian bisnis pun akan diputus secara sepihak dan aku akan ganti rugi sesuai dengan kesepakatan yang telah kami setujui. Masalah saham perusahaan, akan kita bicarakan lain waktu, sebab aku dan keluargaku butuh waktu untuk menerima kejadian memalukan ini."

Setelah berkata panjang lebar, Tuan Senopati langsung meninggalkan ballroom hotel tanpa menunggu jawaban dari Tuan Hadinagoro. Sementara Aidan hanya tersenyum kecil seolah dia puas karena sudah membatalkan pernikahan ini.

Galih, mengelus lembut pundak Keyira seolah sedang menyalurkan tenaga. Pandangan mata mereka beradu dan Galih mengisyaratkan untuk tetap tenang, semua akan baik-baik saja.

Disini ada Key yang lebih terluka dari siapapun. Galih tak ingin jadi laki-laki egois apalagi pecundang. Hanya karena alasan tak jelas dari Aidan tidak akan membuatnya menyerah.

Meski Papanya dengan lantang mengatakan bahwa pernikahannya di batalkan. Namun, Galih akan berusaha lagi sebab dia lebih mengenal Key daripada siapapun itu. Dengan berat hati, Galih pun melangkahkan kakinya, mengikut Papa dan Mamanya yang telah keluar dari ruangan itu.

Tiba-tiba Tuan Hadinagoro menghajar Aidan dengan membabi buta. Hingga tubuhnya yang renta jatuh ke lantai. Dia pingsan.

"Astaghfirullah, Papa," teriak Mama Keyira.

Aidan dengan sigap membantu. Namun, Key tidak mengizinkan laki-laki itu untuk menyentuh Papanya. Hingga Galih yang ternyata masih berada di pintu keluar mendengar suara teriakan Key. Lalu dia bergegas masuk dan menolong Tuan Hadinagoro.

avataravatar