9 Telepon Di Hari Minggu

Diana adik bungsu Sheyla yang sudah lama tidak berkunjung ke rumah Sheyla, hari minggu pagi ini datang berkunjung sendirian tanpa mengajak suaminya.

Sejak tadi pagi kedua kakak beradik itu sibuk di dapur dan ruang makan sedang membuat resep cake baru yang di bawa oleh Diana.

Seperti biasa, kalau adik-adik Sheyla datang mengunjungi Sheyla di rumah, Frans selalu lebih banyak berada di kamarnya untuk menghindari bertemu dengan adik Sheyla, apalagi dengan Diana. Perempuan yang satu ini mulutnya selalu tajam suka menyindirnya dengan kata-kata pedas.

Dan benar saja ketika Frans mau mengambil air minum, tanpa sengaja berpapasan dengan Diana di ruang makan. Lalu Diana kembali ke dapur yang hanya berbataskan pintu penghubung antara dapur dan ruang makan itu, Frans mendengar suara Diana berbicara pada Sheyla yang seakan di buatnya agar Frans bisa mendengar dari ruang makan.

" Kak, perutmu itu sudah besar begitu kenapa juga kamu masih harus bersusah payah mencari uang tambahan dengan menerima anak les. Belum lagi semua pekerjaan rumah yang harus kamu lakukan sendirian. Benar benar nasibmu itu kurang baik ya. Kalau di sini hidupmu tidak nyaman, kenapa kamu tidak ikut pindah bersama Monic saja tinggal di rumah Mama."

Sementara suara jawaban Sheyla yang samar-samar tidak bisa terdengar jelas oleh Frans. Namun rentetan kata kata panjang dari mulut Diana tadi sudah cukup membuat Frans semakin tidak menyukai situasi seperti ini.

Diana selalu memandang rendah Frans sejak dulu dan selalu membandingkan dengan suaminya sendiri.

Biasanya Frans tidak menanggapi kata kata Diana untuk menjaga hubungan Sheyla dengan adiknya itu, dan Frans lebih memilih keluar rumah bertemu dengan teman temannya lalu pulang di sore hari saat adik Sheyla sudah tidak ada di rumahnya lagi.

Begitu juga dengan hari ini, setelah kembali ke kamarnya, Frans berganti pakaian dengan pakaian santai untuk keluar rumah. Tak lama dia keluar lagi dari kamar dan berpamitan pada Sheyla, seperti biasa pula Sheyla sudah mengerti kebiasaan Frans yang seperti ini jika ada Diana di sana. Sebagai basa basi Frans pun juga berpamitan pada Diana, seolah semuanya baik baik saja, seolah dia tidak pernah mendengar apapun.

Sekitar lima belas menit setelah Frans mengemudikan mobilnya di jalan raya dengan wajah suntuknya itu, dia di kagetkan oleh suara dering handphone.

Dia menerima panggilan telepon tanpa melihat nomor yang menghubunginya.

" Halo."

Sunyi tidak ada jawaban.

" Halo siapa ini?"

" Ini aku, pak Frans ada di mana..?"

Suara dari seberang yang sangat di kenalinya itu, terdengar lirih dan ragu saat berbicara.

" Clara? Saya lagi di jalan. Ada apa?"

Frans heran gadis itu melakukan hal yang tidak biasa, meneleponnya di hari minggu seperti ini tidak pernah di lakukan sebelumnya. Karena hari minggu adalah hari libur Frans yang biasanya dia habiskan di rumah bersama Sheyla.

" Di jalan? Mau ke mana?"

Pertanyaan Frans tidak di jawab oleh Clara tapi malah balik bertanya.

" Mau bertemu kawan. Kenapa ? Ada apa menelepon saya? Bukankah hari minggu biasanya kamu berubah menjadi putri tidur seharian.."

Kata Frans setengah bercanda. Tapi lagi lagi pertanyaan Frans mendapatkan pertanyaan balik dari seberang.

" Pak Frans sendirian ato lagi bersama teman sekarang..?"

" Sendirian. Kan masih di jalan. Kenapa Clara ?" pertanyaan yang ke tiga kalinya dari Frans, dia sudah merasa tidak sabar ingin tau apa yang gadis ini mau utarakan.

Tersentak Frans mendengar Clara yang menaikkan volume suaranya secara drastis.

" Pak Frans temani aku makan siang ya, hari ini aku ulang tahun..."

Frans mendengus pelan, melihat ke arah handphonenya sekilas sambil berpikir.

" Pergilah dengan teman temanmu, saya sudah ada janji mau ke rumah teman saya."

" Ahh ayolah... Buatlah ini jadi hadiah ulang tahunku. Aku tidak ada teman dekat yang bisa menemaniku hari ini. Apa pak Frans tega membiarkan aku makan sendirian di hari ulang tahunku..."

Suara Clara kini terdengar memelas.

Frans terdiam lagi beberapa saat. Otaknya yang tadi sudah terasa penuh sejak dari rumah, semakin penuh dengan suatu pilihan yang harus di buatnya saat ini.

" Halooo.. Halo pak Frans, datang ya jemput aku, aku sudah lapar nih. Pleaseee..."

Suara nyaring dari seberang membuat Frans tersentak dari lamunannya, dan jawaban yang cepat meluncur tanpa sadar keluar dari mulutnya, yang dia sendiri belum yakin dengan jawabannya.

avataravatar
Next chapter