18 Maafkanlah Aku

Frans melangkah memasuki unit apartment Clara dan melihat sekeliling, dia tidak menemukan gadis itu di situ, Frans berjalan perlahan membuka kamar Clara tanpa mengetuknya terlebih dulu, dan benar saja Clara sedang duduk di kursi meja belajarnya.

Tanpa di beri aba-aba Clara langsung menghambur berlari memeluk Frans.

"Aku tau kamu pasti datang.. Aku merindukanmu..", kata Clara sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang Frans.

Frans membalas pelukan Clara sejenak dan mengelus rambut Clara. Lalu dengan lembut namun setengah terpaksa dia melepaskan pelukan Clara seraya bertanya.

"Kamu sakit apa? Sudah minum obat?"

Clara tidak mau pelukannya di lepaskan begitu saja, kedua lengannya yang sudah terlepas dari pinggang Frans kembali bergerak memeluk leher Frans, matanya menatap ke mata Frans.

"Aku sakit hati karena kamu mengabaikanku lagi beberapa hari ini, dan...obatnya ini yang sedang aku peluk..."

Jawab Clara sambil tersenyum nakal. Frans memandangi wajah gadis dihadapannya sejenak. Pria itu menarik nafas panjang lalu melemparkan sebuah senyuman kaku. Dan sekali lagi melepaskan lengan Clara yang bergelanyut di lehernya, Ia menggandeng tangan Clara berjalan menuju meja makan yang berada di sebelah kamar Clara.

"Sini.. Ikut aku.." kata Frans.

Kali ini Clara mengikuti kemauan Frans, gadis itu menurut saja ketika Frans mendudukkannya di salah satu kursi di meja makan. Sementara Frans sendiri menarik satu kursi dan duduk di sana mengambil posisi berhadapan dengan Clara hanya berjarak setengah meter.

Clara merasa aneh dengan raut muka dan sikap Frans yang tidak biasa. Mereka saling memandang beberapa saat. Melihat sorot mata Clara yang penuh tanya, Frans menundukkan kepalanya sebentar dan membuang nafas kuat-kuat seakan ingin melepaskan beban berat di dadanya.

"Clara.. Aku minta maaf atas semua yang sudah terjadi di antara kita.." Frans mulai membuka kembali pembicaraan dengan suara yang berat dan tatapan sayu ke arah Clara.

Clara terbengong agak memiringkan kepalanya.

"Kamu sedang bicara apa..?"

"Kita tidak bisa terus seperti ini Clara..." kata Frans lagi, kedua tangannya meraih tangan Clara.

Clara tertawa kecil, matanya menatap mata Frans dengan bingung.

"Mmm... Kamu mau menikahiku?"

Deg!

Frans terjengah dengan ucapan Clara yang jauh dari pemikirannya saat ini. Dia diam beberapa saat, tenggorokannya terasa sulit untuk mengeluarkan suara.

"Maksudku... Kita harus mengakhiri semua ini. Maafkan aku.. Aku mohon mengertilah. Anakku sudah mau lahir, aku tidak bisa membohongi Sheyla terus-menerus.."

Mendengar kalimat Frans, raut muka Clara langsung berubah, dia terhenyak berdiri dari tempat duduknya yang di ikuti oleh Frans bangkit berdiri.

Clara terdiam sejenak, menatap wajah ganteng yang berdiri di hadapannya saat itu.

"Apakah kamu tidak mencintaiku..?"

Wajah cantik mulus muda belia itu terlihat memerah dengan mata memelas agak berkaca.

Frans mendekati Clara, mengusap rambut gadis cantik itu dengan lembut.

"Aku menyanyangimu sebagai murid dan sahabatku, aku tidak boleh mempunyai rasa lebih dari itu. Kamu tahu aku sudah mempunyai istri dan anak, dan aku adalah gurumu, mengertilah..."

Suara rintik hujan mengiringi suasana buram malam itu.

"Aku sangat mencintaimu, kamu tau itu.. Jika kamu tidak mencintaiku mengapa waktu itu kamu menciumku dan membiarkan semua ini terjadi di antara kita..?"

Suara Clara terdengar parau menahan tangis. Franspun tidak bisa menyembunyikan rasa gundahnya, matanya memerah berkaca.

"Clara... Maafkanlah aku. Aku mohon mengertilah.. Maafkan aku.."

Frans jatuh terduduk di lantai dengan bertumpu pada kedua lututnya. Sambil mendongak memandang Clara yang berdiri di hadapannya, Frans kini benar-benar meneteskan air mata. Tangannya masih memegangi tangan Clara.

"Maafkan aku..."

Clara berdiri mematung menatap Frans dengan pandangan kosong, sekilas dia tersenyum aneh di tengah isak tangisnya yang tertahan.

"Baiklah.. Tunggulah aku di balkon belakang, biarkan aku menyegarkan diri mencuci mukaku dulu.."

Clara melepaskan tangannya yang ada di genggaman tangan Frans. Dia berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya, meninggalkan Frans yang masih duduk di lantai bertumpu pada kedua lututnya.

Perlahan lelaki itu mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya lalu berjalan lunglai menuju balkon, dia berhenti di ujung balkon, matanya yang masih memerah memandangi hujan rintik di tengah kegelapan malam. Entah sudah berapa kali terdengar dia menarik nafas panjang berulang-ulang kali.

avataravatar
Next chapter