14 Hanya Imajinasi

Sejak tadi saat Clara memasuki ruang kelas, banyak pandangan mata yang tidak seperti biasanya tertuju padanya.

Meskipun dia merasa aneh dan risih dengan sorot mata teman-temannya, namun dia berusaha cuek dan tidak mau terlalu memperdulikannya.

Saat Denny ketua kelasnya menghampirinya, Clara juga tidak terlalu memperhatikannya.

"Ra, kamu di panggil ke ruangan pak Martin sekarang."

Clara mendongakkan kepalanya, melihat ke arah Denny yang berdiri di dekat bangkunya.

"Ada apa pak Martin memanggilku?", tanya Clara.

"Ke sana sajalah sekarang, nanti juga kamu tau sendiri."

"Baiklah..", jawab Clara sambil berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang kelas.

Dengan bertanya-tanya dalam hati, Clara menemui pak Martin di ruangannya.

Setelah Clara duduk berhadapan dengan pak Martin, kepala sekolah itu awalnya terlihat bingung untuk memulai dari mana pembicaraannya, sehingga sempat beberapa saat mereka berdua hanya saling memandang dengan pertanyaan di kepala mereka masing-masing.

Lalu terdengar pak Martin mulai membuka suara dengan nada yang berhati-hati.

"Clara.. Apa kamu ada seseorang yang dekat denganmu akhir-akhir ini?"

Yang di tanya mengernyitkan dahinya, dan balik bertanya.

"Maksud bapak, seseorang yang dekat bagaimana?"

Pak Martin terlihat mengatur posisi duduknya dan mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawabnya.

"Begini Clara.. Saya mendengar kamu dekat dengan salah seorang guru di sini. Maksudnya menjalin hubungan khusus, apakah itu benar?"

Clara terkejut mendengar pertanyaan pak Martin yang tidak di duganya, dia berusaha tenang dan balik bertanya lagi.

"Bapak mendengar dari mana..?"

Kini kepala sekolah itu menggosok-gosok hidungnya yang tidak gatal. Karena masalah seperti ini adalah masalah yang tidak biasa dihadapinya, agak sulit untuk membahasnya secara langsung dengan yang bersangkutan.

"Begini.. Ada orang yang menemukan tulisan pribadimu yang menyatakan bahwa kamu sedang menjalin hubungan khusus dengan seorang guru laki-laki di sekolah ini. Apakah itu benar..?"

Clara merasakan tubuhnya seperti di guyur dengan air es yang membuat sekujur tubuhnya menjadi dingin secara tiba-tiba mendapatkan pertanyaan itu. Dia meremas tangannya sendiri sambil memandang pak Martin dengan pandangan kosong.

"Tidak. Itu tidak benar...", suaranya pelan.

"Kamu yakin itu tidak benar..?"

Mata pak Martin menatap tajam ke mata Clara.

"Iya, itu tidak benar."

Terdengar lelaki setengah baya itu menarik nafas dalam-dalam berulang-ulang, seperti sedang berpikir keras untuk memilih kata-kata yang tepat.

"Jadi tentang kata-kata yang kamu tuliskan itu apakah..."

"Itu hanya karangan saya saja," kata Clara dengan cepat memotong kalimat pak Martin.

"Lalu tentang hal-hal yang sudah kalian lakukan berdua, apakah itu juga hanya imajinasimu..?"

"Iya pak, hanya imajinasi.."

"Kalian tidak pernah bertemu secara pribadi?"

"Tidak pak.."

Clara membalas pandangan pak Martin masih dengan tatapan kosong dan menyambung kalimatnya,

"Itu semua hanya imajinasi saya, karangan saya. Apa salah jika saya membuat sebuah karangan dengan imajinasi saya..?"

Pak Martin menarik nafas lagi sambil tidak lepas menatap mata Clara, berusaha menemukan kebenaran dari ucapan gadis itu.

"Tidak.. Tidak salah untuk membuat sebuah tulisan dengan berdasarkan imajinasimu. Tapi berhati-hatilah untuk melibatkan nama seseorang dalam cerita yang kamu buat, dan berhati-hatilah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."

Kalimat pak Martin yang panjang seperti melayang datang dan pergi di telinga Clara.

"Baik pak, saya mengerti."

Kepala sekolah itu mengubah posisi duduknya lagi di kursi yang didudukinya.

"Baiklah kalau begitu, kamu kembalilah ke kelasmu. Dan jangan terlalu dipikirkan jika kamu menemukan sikap teman-temanmu jadi tidak biasa. Nanti saya akan mengklarifikasikan masalah ini supaya berita miring tidak semakin menyebar."

Clara terburu-buru berdiri sambil berkata,

"Iya pak, terimakasih. Saya mau kembali dulu ke kelas."

Sebelum Clara mencapai pintu keluar, terdengar pak Martin memanggil namanya dengan nada yang ragu.

"Clara..."

Gadis itu menhentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Iya pak?"

Terlihat sangat canggung pak Martin bertanya.

"Apakah kamu menyukai pak Frans.. Eng... Maksud saya rasa suka terhadap seorang pria, apa kamu menyukainya seperti itu?"

Clara tidak menjawabnya, dia hanya menganggukkan kepalanya pelan lalu cepat-cepat berbalik badan lagi dan meninggalkan ruang kepala sekolah dengan pandangan kosong.

avataravatar
Next chapter