3 Cicak Nakal

Pagi yang cerah dengan cahaya matahari yang hangat memandikan bumi, tapi tidak secerah hati kelima siswi yang kelihatan mulai berkeringat karena harus menyapu dan membersihkan halaman sekolah yang luas itu.

Yah, mereka sedang mendapatkan hukuman karena tadi datang terlambat setelah semua siswa siswi di SMA itu memulai jam pelajaran pertama mereka.

Salah satu dari murid murid perempuan itu adalah Clara, kulitnya yang putih mulus dan wajahnya yang sangat cantik, terlihat sangat menonjol di antara kelima teman temannya.

Mereka berlima berasal dari kelas yang berbeda beda namun kelihatan akrab di pagi itu karena mendapatkan nasib yang sama, menjadi tukang kebun sementara.

Rambut panjang Clara yang berwarna agak kecoklatan di ikat satu kebelakang berkibar kibar tertiup angin, sesekali menyambar wajah cantiknya yang berkeringat tipis.

Terlihat kecantikan alami yang sangat natural. Tidak sedikit murid laki laki di SMA itu yang mengajukan proposal untuk menjadi pacarnya namun Clara selalu menolaknya dengan alasan belum ingin berpacaran dulu di saat sekarang dia masih kelas dua SMA. Padahal sebenarnya karena hatinya sudah tertambat pada seseorang yang sangat di sukainya.

Danggg.... Bel berbunyi nyaring.

Seseorang yang tadi memerintahkan pada mereka berlima untuk membersihkan halaman sekolah tapi setelah itu tidak nampak batang hidungnya sampai mereka selesai menjalani hukuman mereka.

Dua jam pelajaran sudah berlalu, kini mereka berlima sudah bisa masuk ke kelas masing masing.

Dengan masih terasa gerah karena tadi berjemur di halaman sekolah, Clara bisa duduk kembali di bangkunya dengan tenang. Tapi hatinya tidak setenang itu, pikirannya masih berputar putar dengan berbagai pertanyaan, ke mana perginya guru ganteng tadi, kenapa dia langsung menghilang setelah memberikan intruksi untuk membersihkan halaman sekolah.

Menit dan jam berlalu terasa lama buat Clara menunggu jam sekolah usai. Setelah jam sekolah selesai, Clara sengaja tidak langsung pulang, dia ingin menemui pujaan hatinya dan mencairkan benang kusut yang ada di otaknya.

Sampai menjelang sore, dia yang dari tadi sudah beberapa kali memutari area sekolah, masih tidak melihat orang yang di maksudnya.

Sekolah sudah sepi, dan hujan deras mulai turun mengguyur tanah. Akhirnya Clara memberanikan diri berjalan menuju ruang guru yang juga terlihat sepi.

Dia berlari menyeberangi halaman yang memisahkan lorong ruang ruang kelas dan lorong ruang untuk guru dan ruang ruang bagian kepengurusan sekolah lainnya.

Di ujung lorong tepatnya di sebelah ruang guru adalah ruang BK. Otaknya mengatakan, pencarian terakhirnya adalah di sana, jika dia tidak melihat orang yang sedang di carinya itu di sana, dia akan pulang.

Dengan baju dan rambut yang basah terkena air hujan, dia melihat lihat dari luar ruang guru. Sepi, tidak ada orang.

Agak sedikit takut karena cuaca mendung membuat seluruh tempat menggelap dan gedung sekolah sudah sepi, Clara meneruskan langkahnya menuju ujung lorong.

Namun cahaya matanya jadi berbinar ketika dilihatnya pintu ruang BK masih terbuka. Dia berjalan semakin mendekat ke arah pintu dan di lihat orang yang di carinya sedang duduk di sana, sibuk mengerjakan sesuatu.

Tok tok tok... Clara mengetuk pintu sambil tersenyum ceria,

" Selamat sore pak Frans..." suaranya bercampur dengan suara air hujan.

Frans kaget mendengar ada orang memanggil namanya dengan tiba tiba, karena di kiranya hanya tinggal dia sendirian yang ada di gedung sekolah sore itu.

Lebih terkejut lagi setelah menengok ke arah datangnya suara, di lihatnya Clara berdiri di ambang pintu dengan penampilannya yang bisa di bilang seperti anak kucing yang habis tercebur ke kolam ikan.

" Clara. Kenapa kamu belum pulang jam segini?" suara Frans dengan nada keheranan.

" Aku sengaja mencari Bapak dari tadi tidak ketemu." sambil berjalan memasuki ruangan tanpa di persilahkan, dia menuju ke arah samping meja di mana Frans sedang duduk di kursi di belakang meja itu.

" Pak Frans sendiri kenapa jam segini belum pulang" matanya melihat lihat ke arah meja.

Frans terjengah dengan sikap Clara yang agak berani dan menggunakan kata AKU yang tidak biasanya.

Dia meletakkan lembaran kertas yang ada di tangannya sambil merubah posisi duduknya.

" Saya sedang mengerjakan laporan nilai hasil ujian teori anak anak, sekalian menunggu hujan reda."

Frans menyedekapkan tangannya dan menyandarkannya di atas meja.

Dia mendongak ke samping ke arah Clara sambil bertanya,

" Ada apa kamu mencari saya sampai basah kuyub begitu, apakah ada hal penting yang mau kamu bicarakan ?"

Clara mengalihkan pandangannya dari atas meja ke arah wajah Frans.

Deg... Deg... Dia salah tingkah sebentar melihat wajah ganteng yang selalu dirindukannya itu. Ingin rasanya dia memeluk pria yang sedang duduk di depannya itu, tapi ada rasa takut Frans akan marah padanya.

" Engg..anu.. Itu aku mau menanyakan sesuatu..." bibirnya sedikit bergetar karena kedinginan dan berbagai rasa yang menyeruak dari dalam hatinya.

Frans semakin heran dengan sikap dan nada bicara Clara, dia tersenyum tipis dan bertanya lagi,

" Kamu mau tanya tentang apa? Kenapa berhujan hujanan sampai basah begitu. Kalau kamu sakit bagaimana ."

Suara Frans saat itu yang dirasakan oleh Clara tersirat ada nada khawatir dan penuh perhatian membuat hati Clara semakin di penuhi berbagai macam wangi bunga.

Bibir mungil itu berucap lirih, " Eng.. Apakah pak Frans membenciku..? "

" Hah?? " kini Frans mengeluarkan suara baritonnya, merasa aneh dan heran dengan pertanyaan Clara.

" Kenapa kamu bertanya begitu ? Mengapa saya membenci kamu ? Sepertinya otakmu sudah hilang sebelah karena terbawa air hujan tadi di luar, sampai tiba tiba menanyakan pertanyaan konyol begitu..."

Rentetan kata kata Frans di akhiri dengan candaan dan tawa ringan.

Clara ikut tertawa ringan dengan mata tidak berkedip menatap mata Frans.

" Ihh pak Frans.. Maksudku bukan begitu, tadi pagi aku kan nakal, terlambat masuk sekolah..."

Terdengar suara manja Clara sambil kepalanya agak di miringkan ke kiri dan bibir mengerucut, terlihat makin imut.

Masih sambil tersenyum kini Frans mengganti posisi duduknya dengan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Tangannya yang satu bersedekap di dadanya, yang satunya lagi memainkan pulpen di atas meja.

" Kamu ada ada saja Clara... Bukan hanya kamu yang pernah terlambat masuk sekolah. Jika saya membenci kamu karena hal itu, dan jika dalam satu bulan ada sepuluh murid yang terlambat masuk sekolah, kira kira dalam setahun ada berapa murid yang harus saya benci." Frans tergelak pelan.

Clara ikut tertawa pelan, " Syukurlah.. Aku senang mendengarnya."

" Hanya itu yang mau kamu tanyakan sampai kamu basah basahan seperti itu ?"

Tanya Frans sambil menunjuk ke arah Clara, dan menyambung kalimatnya, "Kamu bawa baju ganti atau tidak, di luar masih hujan deras, kalau kamu pulang dengan keadaan seperti itu, nanti pasti akan sakit."

Clara menggelengkan kepalanya.

" Tidak bawa Pak, hari ini kan saya tidak ada jadwal ekstrakurikuler.."

Frans melihat Clara sebentar. Diam sejenak, lalu berdiri membuka almari di belakangnya. Di ambilnya jaket sport warna biru yang sering di pakainya kalau sedang melatih di lapangan, dan di sodorkannya pada Clara.

" Pakailah ini, biar kamu tidak terlalu kedinginan ."

Clara meletakkan tas sekolahnya di kursi sebelah kirinya. Lalu menerima jaket yang di berikan oleh Frans.

Tangan putih mulus itu terlihat agak gemetar kedinginan. Hati Clara bergemuruh kencang mengalahkan gemuruh hujan deras di luar sana. Matanya berbinar bahagia.

Di remasnya jaket itu dengan kedua tangannya dan di tempelkan di hidungnya. Mata gadis cantik itu terpejam sebentar dan bibirnya tersenyum.

Frans terperangah tertawa kaku dan bertanya,

" Kenapa? Bau ya ?"

" Tidak. Ada aroma tubuh pak Frans, aku suka.." jawab Clara lirih.

Frans terjengah mendengar jawaban Clara.

" Gantilah dulu, nanti kamu sakit."

Katanya singkat sembari mau meninggalkan ruangan.

" Pak Frans mau ke mana..." tangan Clara tiba tiba melingkar di lengan Frans , menahan langkah pria itu.

" Kamu gantilah dulu , saya tunggu di luar."

" Jangan pergi, aku takut.. Ini sudah hampir malam." jawab Clara, tangannya masih melingkar erat di lengan Frans.

" Lalu bagaimana, apa kamu mau ganti baju di hadapan saya.?! " , suara Frans meninggi tertahan.

" Ganti dulu bajumu, saya tunggu di luar, jangan takut."

Frans melepas paksa tangan Clara dari lengannya. Lalu dia melangkah cepat keluar ruangan, dan menutup pintunya dari luar.

" Jangan di tutup, aku takut... " teriak Clara pelan, lalu berlari membuka daun pintu kembali.

Frans yang berdiri tepat di depan pintu, agak kesal menarik nafas panjang kebingungan dibuat oleh Clara.

Tanpa berkata kata dia masuk ke ruangan hanya setengah badan, tangannya meraba saklar lampu dan mematikannya. Kemudian kembali ke posisi semula, berdiri di luar, membelakangi pintu

" Sudah, masuklah. Pintu tidak tertutup. Cepat ganti bajumu." katanya memerintah Clara.

Terdengar bunyi gemerisik dari dalam ruangan. Clara membuka baju atasnya yang basah kuyub, hanya tertinggal bra saja yang menutupi tubuh bagian atasnya.

Dalam remang cahaya lampu dari luar ruangan, di raihnya jaket sport yang ada di atas meja. Belum sempat dia mengenakannya, tiba tiba dia merasa ada sesuatu yang dingin dan aneh menempel di punggungnya yang terbuka.

Spontan saja dia merasa merinding dan ketakutan, dia langsung menjerit menceracau tidak jelas, dia berlari ke arah keluar ruangan. Bertepatan dengan itu Frans juga berjalan tergesa gesa memasuki ruangan karena khawatir mendengar suara jeritan Clara tadi yang tidak wajar.

Dan bruukkk... Mereka bertabrakan. Clara langsung memeluk Frans sambil meloncat loncat dan berkata kata tidak jelas.

" Sssttt.. Hai. Diamlah, kamu kenapa, ada apa?" tanya Frans khawatir sambil memegangi pundak Clara.

" Ini.. In . Iniii ada benda dingin menempel di pundakku." teriak Clara tertahan masih sambil meloncat bergerak gerak tak menentu.

Pletakkk.. Terdengar ada sesuatu jatuh tidak jauh dari mereka.

" Kamu tenanglah dulu. Clara, diamlah !"

Kata Frans menenangkan Clara. Dia berusaha melepaskan lengan Clara yang melingkar di tubuhnya. " Sebentar. Kamu tenanglah"

Pelukan Clara terlepas, Frans berjalan ke samping beberapa langkah, tangannya yang satu masih di pegang erat oleh Clara, Frans membiarkannya karena dia tau gadis itu sedang ketakutan.

Frans menyalakan lampu ruangan, mata mereka sama sama tertuju ke lantai, sama sama mencari benda apa yang tadi terjatuh dari tubuh Clara.

Agak jauh dari mereka, tampak tubuh mungil dengan sepasang mata imut sedang memperhatikan ke arah mereka, seakan keheranan melihat dua sosok manusia yang memelototinya.

Cicak....

Frans langsung tak bisa menahan tawa dan berkata,

" Hanya seekor cicak.bukan monster. Kamu takut sama ci...."

Ucapan Frans terhenti ketika pandangannya beralih ke arah Clara yang hanya berjarak tiga langkah di dekatnya.

Dia baru menyadari Clara hanya mengenakan rok sekolahnya dan tubuh bagian atasnya hanya tertutup bra warna pink.

Frans dengan wajah yang susah di tebak langsung melangkah keluar ruangan lagi namun kedua tangan Clara yang masih bergelayut di tangannya itu menariknya dengan kuat.

Dua tenaga yang berlawanan arah malah membuat mereka terpental makin mendekat. Tubuh mereka menempel jadi satu.

Mata mereka saling memandang. Terdengar nafas bersahutan dengan gejolak dari hati mereka masing masing.

Tubuh Frans bereaksi bertetangan dengan otaknya. Lelaki normal yang melihat tubuh belia setengah telanjang,mulus dan indah, nampak pasrah di depannya itu, tak tahan juga akhirnya dia memeluk tubuh Clara bersamaan bibirnya mendarat ke bibir Clara.

Clara membalas pelukan dan ciuman Frans yang selama ini hanya bisa dia bayangkan saja. Sesekali terdengar rintihan halus ketika tangan Frans bermain main di dadanya, meremas lembut hampir semua bagian tubuhnya. Nafas mereka saling berlomba.

Frans mendorong tubuh Clara ke dinding, menyandarkan gadis cantik itu di sana, bibirnya mencium melumat leher dan bahu Clara yang terbuka dan di balas dengan desahan Clara yang semakin membakar darah lelaki Frans.

Untuk ke sekian kalinya, bibir Frans kembali mendarat ke bibir Clara, tangannya tidak berhenti menjelajahi tubuh Clara. Tapi Frans baru saja menyadari ada suatu keganjilan dari ciuman bibir mungil itu.

Dengan nafas yang tak beraturan, Frans memandang Clara yang matanya sedang terpejam dengan kedua tangannya melingkar di leher Frans.

Karena merasakan gerakan Frans yang terhenti dengan tiba tiba, Clara membuka matanya, dia merasa aneh waktu di lihatnya Frans sedang memandanginya dengan ekpresi wajah susah di tebak.

" Kamu belum pernah berciuman...?" suara Frans agak parau memecah keheningan.

Clara menggeleng kecil, dan menjawab lirih,

" Aku menyimpan ciuman pertamaku untukmu..."

" Kamu belum pernah seperti ini dengan pacarmu ?" tanya Frans lagi menatap tajam ke mata Clara.

" Aku hanya mau pacaran dengan pak Frans saja, aku tidak mau siapapun menjadi pacarku, aku mau kamu saja..."

Frans menarik nafas berat mendengar jawaban dari bibir mungil Clara. Dia melepaskan pelukannya dari tubuh Clara. Di usapnya wajahnya dengan kedua belah tangannya. Lalu di elusnya rambut Clara dan di kecupnya kening Clara sekilas.

" Pakailah bajumu, nanti kamu masuk angin."

Kata Frans sambil melangkah menuju ke mejanya, meninggalkan Clara yang masih terheran heran dengan sikap Frans.

Clara mengikuti Frans dari belakang dan berusaha meraih tangan Frans.

" Pak Frans kenapa...? Apakah ada yang salah..?"

Frans membalikkan badannya, tangannya yang satu menyodorkan jaket sport miliknya ke arah Clara.

" Tidak... Tidak apa apa. Ini sudah hampir malam. Cepat pakailah baju, kita pulang."

Suara Frans terdengar tertahan bercampur dengan nafas yang berat.

avataravatar
Next chapter