15 Berita Itu Tidak Benar

Sore hari saat semua tugasnya di sekolah sudah selesai, dengan raut muka yang kusam Frans berjalan menuju tempat parkir. Tentu saja wajahnya yang ganteng dan biasa penuh canda itu, saat ini menjadi keruh setelah tadi mendapat panggilan dari kepala sekolah. Tadi setelah kepala sekolah berbicara dengan Clara, tidak lama beliau juga bicara empat mata dengan Frans di ruangannya.

Frans tidak menduga sama sekali akan ada berita tentang dia dan Clara menyebar di sekolah.

Situasi sekolah yang sudah sepi membuat suara langkah kaki yang setengah berlari terdengar sangat jelas mengejar langkah kaki Frans.

"Pak Frans... Tunggu"

Ternyata itu suara langkah kaki Clara mengejar Frans dari belakang. Frans menghentikan langkahnya dan berbalik badan melihat ke arah suara yang memanggilnya.

Clara berhenti agak jauh dari Frans dengan sikap canggung dan raut muka setengah ketakutan.

"Maafkan aku.. Aku tidak tau siapa yang sudah membaca tulisanku sehingga berita ini tersebar. Maafkan aku..."

Dengan penuh emosi Frans menanggapi ucapan Clara.

"Apa kamu mau membunuhku dengan membuat tulisan semacam itu dan membiarkan orang lain membacanya hah?"

Raut muka Clara semakin terlihat memelas dan salah tingkah.

"Maaf.. Aku sungguh tidak mengira jika tulisanku akan terbaca orang lain..."

"Jika berita itu semakin tersebar, matilah aku. Ada apa denganmu? Apa kamu sudah gila?"

Frans mengacak-acak rambutnya sebagai pelampiasan rasa kesalnya saat ini.

"Tapi... Tapi aku tadi sudah menyatakan pada pak Martin, jika itu hanya karanganku saja dan pak Martin mempercayainya... Maafkan aku, aku mohon jangan marah padaku.." kata Clara.

Mata Frans menatap tajam ke arah mata Clara dengan sorot mata kesal, marah dan kebingungan bagaimana harus bersikap terhadap gadis remaja ini.

"Apa menurutmu masalah ini akan berhenti hanya di sini saja setelah kamu memberikan jawaban seperti itu pada pak Martin?"

"Aku harap begitu..." suara Clara terdengar lirih.

"Apa kamu tidak berpikir tentang pandangan orang-orang di sekolah ini?"

Bebarapa saat merasa tidak ada jawaban dari mulut Clara, akhirnya Frans menarik nafas dalam-dalam lalu menggelengkan kepalanya dan berkata pada Clara,

"Sudahlah aku mau pulang. Kamu juga pulanglah, ini sudah sore."

Frans membalikkan badannya kembali dan memasuki mobilnya, lalu mengendarainya meninggalkan halaman parkir di ikuti oleh tatapan mata Clara yang hampir menangis.

Sementara di rumah, Sheyla sedang menunggu kepulangan Frans dengan bermacam pertanyaan di kepalanya.

Dia sempat kaget waktu tadi siang di telepon oleh Liana, teman Sheyla yang juga mengajar satu sekolah di tempat Frans mengajar.

Liana menceritakan hal yang sudah terjadi di sekolah tadi siang, tentang hal yang membawa nama Frans dan Clara di dalamnya.

Saat Frans sudah pulang dan memasuki ruang tengah, Sheyla tidak dapat menahan isi hatinya dan langsung bertanya.

"Apa benar yang di katakan oleh Liana tadi Fa..? Ada masalah di sekolah sampai-sampai kamu dan Clara di panggil oleh kepala sekolah..?

Frans pasti terkejut dengan pertanyaan Sheyla yang tanpa basa-basi itu, meskipun dia sudah menduga jika berita ini pasti akan sampai di telinga Sheyla.

"Iya Sa... Tapi masalah itu tidak benar..", jawab Frans dengan salah tingkah.

Sheyla berdiri sambil memegangi perutnya yang membucit yang sudah memasuki bulan ke sembilan kehamilannya, dia berdiri di samping sofa tempat biasa untuk menonton televisi.

"Mungkin sikapmu yang terlalu bebas terhadap muridmu Fa, membuatnya salah mengerti seakan memberikan harapan padanya..."

Suara Frans terdengar berat menjawab kata-kata Sheyla.

"Aku tidak tau Sa.. Sudahlah, kamu jangan berpikir macam-macam, karena berita yang tersebar itu tidak benar. Kamu percaya padaku kan...?"

Frans mendekati Sheyla dan mengusap rambut Sheyla sekilas. Sheyla memandang mata suaminya yang terlihat lelah.

"Tentu saja aku percaya padamu, kita sudah sekian lama bersama, aku yakin kamu tidak mungkin melakukan hal bodoh itu. Hanya saja, jagalah sikapmu, jangan kau berikan arti yang salah padanya..."

"Iya, aku mengerti. Maafkan aku.."

Satu kecupan mendarat di kening Sheyla sebelum Frans berjalan ke kamar mereka untuk mandi dan berganti pakaian.

avataravatar
Next chapter