19 Awal Yang Baru

Setelah selesai membasuh wajahnya, Clara menatap cermin yang ada di kamar mandi. Sambil menorehkan lipstik merah di permukaan cermin yang kini terlihat menjadi acak-acakan, gadis itu sebentar terlihat marah sebentar tersenyum dingin.

Kira-kira sekitar lima belas menit kemudian dia berjalan keluar kamar mandi, masih dengan senyuman tipis yang aneh dia menuangkan red wine pada dua buah gelas dan memasukkan sesuatu ke dalam salah satu gelas itu.

Clara berjalan ke arah balkon, menghampiri Frans yang masih berdiri disana dalam diam sambil memandangi langit yang gelap.

Mendengar ada suara langkah kaki mendekatinya, Frans membalikkan badan dan di lihatnya Clara menyodorkan segelas anggur tanpa mengatakan apapun.

Frans menerimanya dengan ragu sambil bergumam,

"Apakah ini tidak masalah, kita bisa mabuk nanti..."

"Cuma setengah gelas tidak akan membuat kita mabuk, mari bersulang.."

"Bersulang untuk apa?"

"Untuk awal yang baru..."

Suara Clara pelan tanpa ekspresi. Frans menuruti permintaan Clara, bahkan hatinya terasa sedikit lega mendengar jawaban Clara yang sepertinya sudah bisa menerima penjelasannya.

Perlahan mereka berdua mengangkat gelas ke udara secara bersamaan lalu meminum isinya perlahan.

Sambil menenggak isi gelasnya, ujung bibir Clara tersirat senyuman tipis, matanya tak lepas memperhatikan wajah Frans.

Dalam beberapa menit mereka saling membisu, hanya menyibukkan diri menghabiskan minuman di gelas masing-masing sambil memandangi langit bersama. Tegukan terakhir membuat isi gelas mereka tandas. Perlahan Clara mengambil gelas kosong di tangan Frans lalu meletakkannya di atas meja kecil yang berada di balkon itu, lalu kembali berdiri di samping Frans, memandangi langit.

"Clara..." ,dengan canggung Frans membuka suara. Yang di panggil mengalihkan pandangannya ke arah Frans.

"Hmm..?"

"Apakah kamu menerima permintaan maafku?" tanya Frans pelan.

Clara menarik nafas panjang sambil tertawa hambar.

"Apakah aku punya pilihan..."

Frans tidak bisa mengatakan apapun untuk menanggapi kata-kata Clara barusan. Dadanya kembali terasa sesak oleh beban berat yang hanya dia sendiri yang tau.

"Maafkanlah aku...", kalimat itu lagi yang meluncur dari mulut Frans.

"Sudahlah... Apakah semalaman kamu hanya akan mengucapkan kata itu saja berulang-ulang."

Tukas Clara cepat yang membuat Frans jadi serba salah.

"Baiklah... Aku.. Aku sebaiknya pamit pulang sekarang ya.."

Frans melepaskan tangannya yang sejak tadi betumpu pada pagar tembok balkon. Dia bermaksud untuk segera meninggalkan tempat itu sekarang, namun gerakannya terhenti secara tiba-tiba, dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan cepat, matanya dipejamkan sekejap lalu kembali membukanya.

Clara memandangi Frans sambil bertanya,

"Kamu kenapa sayang...?"

"Tidak apa-apa.. Mungkin aku kelelahan hari ini, kepalaku terasa sedikit pusing", jawab Frans sambil sekali lagi mengerjapkan matanya.

"Jika kamu kelelahan istirahatlah dulu sebentar di dalam, di sini dingin."

Ucap Clara seraya melingkarkan lengannya di lengan Frans mengajaknya masuk ke dalam. Sambil berjalan Frans berusaha melepaskan lengan Clara.

"Aku baik-baik saja.. Aku mau pulang saja sekarang."

Saat lengan Frans terlepas dari lengan Clara, terlihat perlahan tubuhnya semakin terhuyung, dia memegangi kepalanya sambil berkata-kata setengah bergumam.

"Ada apa ini... Kepalaku semakin pusing.."

Dengan cepat Clara melingkarkan lengannya ke pinggang Frans, membantu Frans untuk berjalan dan mendudukannya di sofa panjang di ruang tamu.

"Ayolah, jangan paksakan dirimu.. Kamu memang sedang kelelahan, istirahatlah sebentar." ucap Clara.

Sementara Frans yang sudah duduk di sofa semakin tidak bisa menguasai dirinya, kesadarannya semakin menghilang. Dia meletakkan kepalanya di sandaran sofa dan akhirnya hanya gerakan nafasnya saja yang terlihat, entah tertidur pulas atau pingsan. Yang pasti, Frans bahkan tidak merasakan apapun ketika Clara yang sejak tadi berdiri di hadapannya itu membungkukkan badannya dan menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman panjang.

Beberapa menit kemudian Clara meninggalkan Frans sendirian, Clara membawa pergi handphone pria itu dalam genggamannya, seulas senyuman tipis terlihat lagi di sudut bibirnya.

avataravatar
Next chapter