11 Apakah Sakit...?

Belakangan ini cuaca memang sudah memasuki musim penghujan. Tidak heran jika siang inipun bumi dipenuhi dengan bulir air yang berjatuhan dari langit.

Di balkon belakang ruang makan, Clara dan Frans duduk menikmati wine dan buah segar setelah makan siang mereka selesai.

Sebenarnya pada awalnya Frans ingin langsung berpamitan pulang setelah selesai makan siang, tapi tentu saja Clara mencegah pria itu untuk pergi meninggalkan tempat itu. Jika dipikir-pikir kembali, memang tidak ada salahnya bagi Frans untuk tinggal sedikit lebih lama, karena rasanya aneh juga jika dia langsung pergi begitu saja setelah diundang makan siang. Sebagai seorang guru, Frans masih mengingat etika sederhana ini.

Tanpa sadar mereka sudah cukup lama berbincang di balkon, bahkan karena sedikit pengaruh alkohol membuat Frans jadi bercerita panjang lebar tentang kehidupan pribadinya pada Clara, yang sebelumnya, belum pernah ada kesempatan mengobrol begini lama.

Clara sendiri yang kepalanya juga sudah berasa sedikit melayang, tidak begitu fokus dengan apa yang di perbincangkan oleh Frans, tapi perhatiannya lebih fokus pada wajah dan setiap gerakan Frans yang sangat membuatnya tergila-gila selama ini.

Frans baru menyadari jika semenjak tadi Clara hanya memandanginya dengan tersenyum tanpa mengatakan apa apa.

Agak terjengah Frans mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau ke kamar kecil, boleh numpang?"

" Haha... Tentu saja boleh, itu di kamar yang sebelah kiri, jangan yang kanan karena itu kamar Mamaku.."

Clara menunjuk ke arah kamarnya sendiri.

" Oh, kamar mandinya di dalam kamar semua ya?" tanya Frans menengok ke arah yang di tunjukkan oleh Clara.

" Iya, setiap ruangan di lantai ini memang hanya di buat untuk dua orang, tidak diperhitungkan jika ada tamu yang datang."

Clara menjawab sekenannya tanpa berpikir lagi, kepalanya saat ini sudah tidak bisa memikirkan kalimat yang enak untuk di dengarkan.

"Hah ..? Berarti aku tidak boleh menumpang ke kamar kecil dong, aku kan tamu?"

Frans menimpali sambil tertawa ke arah Clara.

" Boleh.. Eh boleh.. Siapa bilang tidak boleh. Ayok bangunlah.."

Clara menarik tangan Frans supaya berdiri, agak limbung di dorongnya Frans yang sudah berdiri agar pergi ke kamar mandi. Mereka saling menertawakan diri mereka masing masing yang sama-sama limbung.

Bruukk... Kaki Clara tiba-tiba menabrak almari baju di kamarnya. Dia menjerit pelan di barengi dengan suara ketawanya.

Frans kaget lalu berbalik badan dan reflek membungkuk mau melihat kaki Clara yang terantuk sudut almari, bersamaan itu Clara juga mau meraih bagian kakinya yang terasa sakit.

Duugggg... " Aawww..."

Kembali Clara menjerit karena malah kepalanya berbenturan lumayan keras dengan kepala Frans.

" Ehhh.. Aduh.. kamu tidak apa apa?"

Frans lebih kaget lagi dengan hal yang tidak di duga barusan. Tangannya terulur mengusap-usap dahi Clara yang terlihat semburat memerah di permukaan kulitnya yang putih bagai pualam.

Tidak menjawab apapun Clara merasakan jiwanya terbius oleh wajah lelaki di hadapannya itu, matanya hanya terpaku menatap Frans.

Perlahan dia mengalungkan kedua lengannya ke leher Frans bersamaan tubuhnya melekat ke tubuh Frans.

" Clara...."

Tangan Frans menarik lembut lengan Clara hendak melepaskan dari lehernya, tapi Clara tidak menurutinya, malah makin erat bergelayut di sana.

Frans menunduk menatap wajah cantik yang sulit untuk di hindarinya akhir-akhir ini.

Mereka berdua bisa saling mendengarkan detak jantung mereka yang bersahutan.

Tanpa terhindarkan bibir Frans dan Clara sudah menyatu sambil saling berpelukan erat seperti yang sudah-sudah. Tapi kali ini mereka berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya, yang akhirnya membuat mereka berdua sudah bergulingan di atas ranjang.

Baju mereka selembar demi selembar berterbangan ke lantai. Suara nafas keduanya berpacu saling mendahului. Ketika tangan Frans mau melepaskan lembaran segitiga warna pink muda, lembaran terakhir di tubuh Clara, tangan gadis itu menahan tangan Frans. Bibirnya yang berada di bawah lumatan bibir Frans berusaha mengucapkan sesuatu.

"Sebentar...."

Darah lelaki Frans yang sudah menggelegak sampai di ubun ubun tidak menghiraukan kata kata Clara.

" Sayang... Sebentar.. Apa ini akan sakit...?", susah payah Clara mengeluarkan kata katanya lagi.

Pertanyaan Clara di jawab oleh Frans dengan ciuman panjang yang mendarat di bibir Clara, sampai lembar terakhirpun berhasil melayang di atas lantai.

Di saat seperti ini tidak ada yang bisa menghentikan gejolak menggelegar di tubuh Frans yang membutuhkan tubuh Clara untuk sama-sama berpacu dengan tubuhnya, di tengah rintihan yang tidak hentinya dari bibir Clara, hingga pada suatu titik puncak yang membuat mereka tertidur pulas untuk beberapa waktu.

Frans terbangun oleh suara deringan handphone miliknya yang entah ada di mana.

Di bawah cahaya matahari sore yang meredup, Frans melihat di sampingnya tergolek tubuh polos tanpa sehelai benang milik Clara, sedang tertidur pulas dengan mata sembab.

Mata Frans menelusuri tubuh polos itu dan terpaku pada paha putih mulus yang terlihat ada bercak-bercak merah samar-samar di sana, bercak merah yang juga mengotori sprei di bawah tubuh polos mereka berdua.

Bermacam perasaan di dalam hati Frans tidak bisa di jelaskan, membawanya kembali berbaring memeluk tubuh Clara, nampak mata Frans kini agak berkaca.

avataravatar
Next chapter