2 Penjelasan

Ingin sekali tubuh ini berlari dan langsung memeluk sosok pemuda yang kurindukan, sosok yang kucari dua tahun terakhir ini. Yang memberi luka di hati. Dulu, aku berharap ia akan selalu menjaga hati ini agar tidak terluka. Tetapi ternyata aku salah, ia yang selalu ku harapkan malah ia yang menyakitiku.

Doa yang selama ini aku ucapkan akhirnya terkabul. aku ingin bertemu dengannya lagi, dan tau alasannya kenapa ia pergi tiba-tiba meninggalkanku disaat tidak ada masalah apapun di antara kami.

Namun, disaat tubuh ini ingin melangkah menghampirinya. disaat itu pula seorang wanita terlebih dahului menghampiri andra. Di kepalaku di penuhi banyak sekali pertanyaan, apa itu kekasihnya? Sejak kapan mereka menjalin hubungan? Dan masih banyak lagi pertanya-pertanyaan di benakku.

Kaki ini terasa lemas, tak mampu untuk melangkah. Tanpa aba-aba air mata lolos di pipi bagai air hujan yang tidak bisa dihalangi turun kebumi, dada ini terasa sesak.

Baru melihat mereka berdua saja membuat hatiku hancur, apa lagi mengetahui tentang kebenaran mereka. Aku tak bisa membayangkannya. Mawar yang melihat kondisiku saat ini langsung menghampiriku.

"kamu kenapa ndru? Kenapa tiba-tiba kamu menangis seperti ini."

"andra disana mawar, ia bersama wanita." kuberi tahu tempat duduk andra dan wanita itu Kepada mawar.

"ayo kita pulang, ini bukan waktu yang tepat meminta penjelasan kepada andra dru. Kalau sekarang kita menghampiri mereka, yang ada nanti kita malah bertengkar dengan perempuan yang bersama andra itu." seolah mawar tau apa yang aku pikirkan, segera ia membayar makan kami tadi dan langsung mengajakku pulang.

***

Hati ini rasanya tak tenang, kepala ini tak henti-henti memikirkan andra. Entah apa jawaban andra nanti ketika aku meminta penjelasan, hati ini selalu ingin tau jawabannya.

Kenangan-kenangan bersamanya dulu seolah berputar di benakku. Mengingat sikap manisnya dulu kepadaku, perhatiannya, romantisnya. Ah, aku tak sanggup jika tau kebenaran yang sesungguhnya.

"dru, ayo antar ibu ke minimarket. Ibu ingin membeli perlengkapan rumah, persediaan kita sudah menipis." suara ibu dari balik pintu kamarku.

Sebenarnya tubuh ini enggan untuk keluar, namun mulut ini tak sanggup mengatakan "tidak" kepada wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan ku ini.

Dengan langkah gontai ku raih jaket dan jilbab yang simple untuk kupakai mengantar ibu.

***

"dru, ibu ingin melihat detergen disana. Kamu pilih cemilan untuk mu di sebalah sana ya, persediaan cemilan dirumah sudah tidak ada lagi." ucap ibu sambil mendorong troli.

Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan, Berjalan perlahan sambil melihat-lihat cemilan. Seolah tidak konsentrasi tubuh ini tidak sengaja menabrak tubuh seseorang, dengan ragu ku angkat kepala ini dan berniat meminta maaf. Tetapi saat mengetahui siapa yang tak sengaja ku tabrak tadi tubuh ini rasanya lemas dan ingin menagis.

"dru... Apa kabarmu?" ucap andra, pemuda yang tak sengaja ku tabrak tadi. Ingin rasanya mulut ini menjawab dan bertanya, namun entah kenapa bibir ini menjadi kelu.

" aku tau kamu marah padaku, tetapi aku punya alasan dru." lanjut andra, namun entah kenapa aku malah pergi meninggalkannya. Otak ini ingin menuntut penjelasannya namun tubuh ini enggan untuk berlama-lama berbincang dengannya.

Tanpa aku sadari lengan ini sudah, berhasil di tangkap oleh andra, Aku berusaha menepis tangannya. namun nihil, tenaga nya lebih kuat dibandingkan aku.

"please, ndru... Dengerin penjelasaan aku dulu, aku nggak mau kamu benci denganku dru." masih enggan aku untuk menjawab, dia melanjutkan ucapannya.

"aku dijodohkan ndru. papaku di tipu 2 tahun lalu, pelaku penipuan terhadap papaku itu sangat licik ndru. Entah bagaimana dia dia meminta agar aku menikah dengan putrinya." bagai disambar petir aku mendengar penjelasannya.

"aku menikah setahun yang lalu ndru, aku tidak memberi tahu mu agar kau tak merasakan sakit hati. Walaupun aku sudah menikah dengannya hati ini masih tetap untuk mu ndru, aku tau ini salah namun aku sudah berusaha melupakanmu tapi sia-sia. Aku malah merasa bersalah karena dulu pergi meninggalkan mu tanpa penjelasan apapun." tanpa aku sadari tangannya sudah menggenggam tanganku, tangan yang dulu selalu menuntun ku kemanapun. Tak pernah melepas gandengan tangan ini walau menjadi pusat perhatian umum. Namun, tangan ini sudah milik orang lain. Segera ku tepis tangan andra, ku tau bahwa ini salah.

Andra adalah suami orang, tak pantas bila tangan itu menggenggam tangan ku. Walau tubuh ini ingin sekali memeluknya melepas rindu kepadanya, kuhapus keinginan itu karena tak pantas memeluk lelaki yang notabennya adalah suami orang.

avataravatar