1 Menatapmu

"sayang, aku mencintaimu." Itulah kata-kata yang keluar dari mulut manisnya, tatapan tajam bak elang dan tubuhnya yang tinggi semampai itu yang membuatku terpana olehnya.

Ya dialah cinta pertama ku, seorang mahasisiwi jurusan manajemen semester 5. Drupadi adalah namaku.

"dru, apa kamu tidak kuliah." suara cempreng ibu membuyarkan lamunanku.

kulihat jam dinding sudah pukul 7 pagi. Astaga aku ada kelas pagi hari ini. bergegas aku siap-siap, hari ini aku menggunakan outfit yang simple hanya menggunakan kaos panjang polos warna abu-abu, celanan kain panjang warna navy dan jilbab senada. Tak lupa memoleskan lipstik di bibir agar tidak terlalu pucat.

"bu, dru berangkat." pamitku pada ibu sambil mengeluarkan motor metic kesayangku dari bagasi. Ya, motor ini lah yang menemani keseharianku kemanapun.

***

Sesampainya di kampus kulangkahkan kaki dengan cepat menuju kelas, untung saja dosen belum datang.

"tumben datang siang." tanya tasya sahabatku dari bangku sekolah atas dulu.

"iya tadi motor ku mogok di pertigaan sana, untung ada abang-abang yang menolongku." jawab ku bohong karena tak mungkin aku jawab kalau aku kesiangan karena melamun karena memikirkan andra, cinta pertamaku itu.

"ganteng nggak abang-abang yang menolongmu, dru? Tanya sahabatku itu.

"Kalau gantengkan lumayan jadi pacarmu dari pada jadi jomblo abadi ya kan tas?" timpal mawar yang duduk di depan aku dan tasya, rupanya ia juga mendengar pembicaraanku dengan tasya tadi.

sambil tertawa tasya menjawab "benar juga tuh kata mawar." ya memang mereka sering meledekku karena diantara mereka hanya akulah yang masih setia dengan kejombloan ini. Bukan hati ini tidak mau membuka hati, tetapi aku sudah berusaha mencari pengganti andara. Namun hati dan pikiranku tetap tentangnya saja.

Lagi-lagi kenangan berasamanya dulu sewaktu SMA beeputar di otaku, dimana dulu dia yang menolongku dari sekelompok pemuda yang menggangguku.

"bibirmu berdarah." kataku melihat andra yang terluka karena menolongku.

"aku tidak apa-apa." jawabnya sambil tersenyum, membuat hatiku tiba-tiba berdegup tak karuan karena senyum manisnya itu.

"namaku andra."

Aku yang masih terpana oleh ketampananya masih setia menatap wajahnya.

"hey..Nona." ucap andra membuyarkan lamunanku saat tangannya melambai di wajahku.

"ah ya, namaku dru." jawabku gugup menahan malu karena ketahuan secara terang-terangan menatap wajah tampannya itu.

"drupadi nama lengkapku." tambahku

"ayo aku antar pulang, kalau kamu pulang sendiri takut pemuda-pemuda tadi datang untuk menggangumu lagi." tawarnya tanpa menunggu jawaban dari ku, dia langsung menuntun tanganku untuk naik motor sport hitamnya.

Setelah pertemuan tak sengaja itu hubunganku dan andra semakin dekat, dian mengantar dan menjemputku sekolah. Di akhir pekan ia mengajakku keluar walau hanya sekedar mengobrol di taman.

Kenangan-kenangan manis lainnya masih berputar di otakku, tanpa sadar ada senyum di bibir kecilku.

"woy...Senyum-senyum bae lu. Awas kesambet." ucap tasya membuyarkan lamunan ku.

"apa sih tas, ngagetin aja." omelku padanya.

Dosen datang dan memulai materi, karena seharian ini aku terus memimirkan andra membuatku tidak fokus. Memikirkan kenangan-kenangan manis bersamanya, berjalan berdua bersamanya, mengahabiskan bersamanya. Tiba-tiba air mataku jatuh ketika mengingat saat andra menghilang tanpa kabar. Waktu itu aku sudah berusaha mencarinya, semua akses komunikasi di blok olehnya. Tanpa tau sebabnya.

"dru..Apa kamu sakit" dosen melihat wajahku yang pucat dan mata memerah karena mengeluarkan air mata.

"tidak pak, aku baik-baik saja." jawabku sambil mencoba kembali fokus pada materi kuliah hari ini.

Setelah kelas usai, tasya mengajakku makan di warung bakso langganan kami.

"pakai motormu ya, aku tidak bawa motor dru." ucapnya langsung naik ke motor meticku.

Beruntung sore ini jalan tidak begitu padat, jadi kami cepat sampai di warung bakso karena biasanya jalan ini akan padat pada jam pulang kerja.

"seperti biasa ya dru." ucap tasya sambil mencari tempat duduk yang kosong. Sedangkan aku memesan bakso untuk kami makan.

Pesanan bakso samapai dan aku mulai melahap bakso favoritku ini. Sambil melihat anak-anak bermain di taman. Bersebrangan dengan warung bakso yang sedang ku singgahi ini.

Seketika sepasang mataku menangkap sosok yang amat ku rindukan, Andra.

Ya itu andra.

avataravatar
Next chapter