32 MASALAH BARU

Aldi dan Zoy memutuskan untuk pulang setelah memastikan keadaan Wika sudah tenang.Mereka berdua juga mengatakan bahwa esok pagi-pagi sekali akan menemui Ajeng,semoga ada kemajuan untuk esok hari.

Setelah masuk ke dalam mobil,Aldi menurunkan kaca mobilnya dan untuk sekian kalinya berpamitan pada Pinkan dan Wika dan melambaikan tangannya,kemudian melajukan mobilnya perlahan keluar dari perkarangan rumah Wika dan Pinkan lalu menghilang dari pandangan mereka berdua.

Ponsel Pinkan berdering dari nomor yang tidak dikenal....

"Halo.....,dengan siapa ini?"Pinkan mengangkat panggilan di ponselnya dan menyapa peneleponnya.

"Orang ku sedang dalam perjalanan kerumah kalian untuk menjemput kalian berdua."Itu suara Andre,mengingatkan Pinkan dengan janjinyang sudah dibuatnya.

"Mmmmmm...Andre,ada sesuatu yang terjadi pada kami,sepertinya kami gak bisa datang malam ini!"Pinkan lupa memberitahukan pada Andre bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar makan malam dengannya,Pinkan berbicara sambil melirik Wika yang berdiri disampingnya.

"Jangan coba-coba mempermainkanku,kamu gak bisa seenaknya batalin janji,aku sudah membatalkan beberapa pertemuan pentingku hanya demi ini!"Suara Andre terdengar meradang.

"Ini keadaan darurat,seharusnya kamu mengerti.Wika kurang sehat,haruskah kami paksakan untuk makan malam denganmu?"Pinkan juga sudah mulai kesal,Andre terdengar seperti seseorang yang sudah lama dan sok mengenal mereka berdua dengan baik.Lagi pula keadaan Wika juga kurang baik,jadi tidak mungkin untuk mereka berdua pergi makan malam bersama Andre.

"Wika sakit?"Suara Andre berubah menjadi sedikit lunak.

"Ada sesuatu yang terjadi dan itu membuat keadaannya tidak baik,jadi kamu harus mengerti..."Pinkan belum selesai dengan kata-katanya namun Andre sudah memutuskan sambungan teleponnya dengan Pinkan.

Wika memandang Pinkan dengan wajah yang penuh tanya.

"Sudahlah....jangan difikirkan,yang penting aku sudah memberitahukannya!"Pinkan menjelaskan walaupun Wika tidak menanyakan perihal janji makan malam mereka dengan Andre.Keduanya lalu masuk kedalam rumah.

"Kita makan ya!"Pinkan mengajak Wika dan membawanya ke ruangan makan.

"Aku gak lapar,"Wika tetap duduk mengikuti ajakan Pinkan.

"Kamu harus makan,kamu butuh banyak tenaga untuk menghadapai ini semua.Zacky memintamu untuk kuat kan?Dia pasti gak menginginkan kamu sakit."Pinkan sedikit memaksa Wika dan menyendokkan nasi juga lauk dan sayurnya ke dalam piring,kemudian menyerahkannya pada Wika.

Mau tak mau Wika menerimahnya dan perlahan mulai mengunyah makanannya sesuap demi sesuap.Apa yang dikatakan Pinkan semuanya benar.Wika butuh tenaga yang ekstra agar tubuh dan fikirannya bisa berfungsi lebih ekstra lagi.

Wika dan Pinkan masih di meja makan ketika seseorang datang dan masuk ke dalam rumah mereka.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Suara seseorang tersebut sontak membuat keduanya terkejut,terutama Wika yang setelah tau orang tersebut itu siapa.Ya.....itu Andre.Ada apa dia sampai kesini?Wika terbatuk-batuk.

"Uhuk-uhuk....uhuk-uhuk"Wika mengelus-elus dadanya kemudian meminum air didalam gelas yg ada dihadapannya.Setelah selesai dan sudah tidak batuk lagi,Wika memandang Andre dengan keheranan.

Andre datang menghampiri Wika,dan duduk disebelah tempat Wika duduk.

"Bagian manamu yang sakit?"Suara andre yang lunak membuat Wika merasa geli.

Wika diam saja,namun matanya menunjukan ekspresi kurang nyaman akan kehadiran Andre.Dia menatap Andre dengan tatapan dingin dan kesal.

Tangan Andre menyentuh kening Wika dengan lembut,memastikan suhu badannya.Sedikit hangat,dan Wika memang terlihat dalam keadaan tidak baik.

Wika merasa risih dengan tindakkan Andre terhadapnya,dan melepaskan tangan Andre dari keningnya.

"Aku gak apa-apa."

Melihat hal ini Pinkan juga merasa kesal,sekarang dia tau bahwa Andre menyimpan perasaan terhadap Wika.

"Bukankah tadi sudah kuberitahu,kalau Wika kurang enak badan?"

Andre tidak menghiraukan kata-kata Wika,dia tetap saja fokus pada Wika,yang dari tadi melakukan penolakan halus terhadapny.

"Perlukah kita ke dokter?"Lagi-lagi Andre mengeluarkan kata-kata yang seolah-olah itu menunjukan begitu dekatnya hubungan mereka.Wika semakin merasa geli dan jijik mendengar omong kosong Andre.

"Pinkan....bolehkan sekarang aku beristirahat di kamar.Tiba-tiba nafsu makanku jadi hilang."Wika berkata pada Pinkan namun matanya melirik Andre.

Pinkan menganggukan kepalanya."Pergilah....kamu harus banyak beristirahat,bukankah itu saran dokter tadi!"Pinkan menegaskan kata-katanya berharap Andre sadar dengan penolakan mereka berdua.Pinkan sengaja berbohong agar Andre tak lagi mengeluarkan obrolan aneh yang berkesan memaksakan keinginannya.

"Biar aku antar kamu kedalam kamarmu!"Kali ini Andre membopong tubuh Wika dengan kedua tangannya dan bersiap untuk mengantar Wika masuk kedalam kamarnya dilantai kedua.Tindakan Andre ini tidak membuat Wika atau pun Pinkan berkesan padanya,malah sebaliknya.

"Jangan berbuat di luar batas!"Suara Pinkan mengingatkan Andre sedikit berteriak.

"Aku gak perlu izin siapapun untuk melakukan apapun yang ku inginkan!"Dengan sombong dan suara yang datar Andre berkata tanpa melihat Pinkan.Tatapannya kini hanya tertuju pada Wika yang kini ada di gendongannya.

"Turunkan aku...Andre!"Suara Wika datar.Dia tau Andre adalah orang yang bertempramen tinggi,jadi Wika tidak perlu bersikap keras padanya.

"Apa kamu yakin,akan baik-baik saja?"Walaupun suara Andre terdengar sangat lembut,tapi ini membuat Wika semakin risih dan jijik,namun Wika masih tetap berusaha untuk mengontrol emosinya.

"Aku baik-baik saja,dan tolong ketahui batasan-batasanmu."Wika menunjukan ekspresi yang datar.

Ini membuat Andre merasa malu dan sadar atas penolakan halus dari Wika.Kemudian dia menurunkan tubuh Wika dan meletakkan kembali di kursi makan tempatnya duduk tadi.Wajah Andre nampak suram dan bengis,seketika keceriaan yang ditunjukan lenyap berganti dengan wajah pedendam.

"Tidak ada orang tua kami dirumah,kamu bisa datang setelah Papa berada dirumah."Wika kembali berkata dengan suara datarnya.

Andre menatap wajah Wika dengan tatapan dingin dan marah,namun seketika dia bisa melihat wajah sendu Wika dan segera mengatur emosinya.Wika dalam keadaan tidak baik,benar saja dia kurang sehat.

"Sekarang pulanglah.....datang kembali setelah Papa dirumah!"Wika tidak berbicara kasar pada Andre,ini adalah taktiknya untuk memanfaatkan keadaan,dia tau Andre tertarik padanya dan sepertinya juga jatuh cinta padanya.Untuk mengatasi orang seperti Andre tidak perlu berbicara kasar apalagi sampai ngotot.

"Baik lah.....jaga dirimu baik-baik!"

Andre menuruti ucapan Wika dan pergi dari rumah Pinkan dan Wika.

"Akan ada masalah baru."Tiba-tiba saja Wika berkata seperti itu,matanya terlihat sayu dengan wajah yang sendu.

"Masalah apa itu?"Pinkan merasa heran dengan ucapan Wika.

Wika menggelengkan kepalanya,kemudian menarik nafasnya sangat panjang dan menghembuskannua.

"Aku akan ke kamar!"Wika meninggalkan Pinkan sendirian di meja makan.

Pinkan hanya diam melihat Wika pergi meninggalkannya sendiri.Selera makannya sekarang benar-benar telah hilang.Pinkan memanggil asisten rumah tangga untuk membereskan semua yang ada diatas meja.Kemudian dia juga memutuskan untuk menyusul Wika.

Pinkan mengetuk pintu kamar Wika dan masuk kedalamnya.Dia melihat Wika sedang berbaring disana,matanya masih terjaga namun tidak menyadari kehadirannya.

"Hey.....apa yang sedang kamu fikirkan?"Pinkan mengatur suaranya agar Wika tidak terkejut.

Wika menyadari keberadaan Pinkan sekarang.

"Bukan apa-apa."Suara Wika terdengar sangat lelah.

"Masalah apa yang kamu bicarakan tadi?"Pinkan bertanya dengan hati-hati sekali.

Wika belum menjawab,matanya masih memandang keatas tanpa berkedip.

Melihat hal itu,Pinkan tidak berani untuk mengulangi pertanyaannya.

"Apakah aku terlahir didunia ini hanya untuk merasakan kesedihan dari setiap masalah hidupku?"Tiba-tiba saja Wika bertanya dengan suara yang sangat membuat Pinkan terpukul.Pinkan tidak tau harus menjawab apa.Beberapa hari ini memang berat untuk Wika,namun itu bukan berarti akhir dari segalanya.Pinkan tidak menjawab pertanyaan Wika takut membuat keadaan malah bertambah buruk,dan pastinya saat ini Wika tidak ingin mendengar saran dan nasehat apapun itu.

"Tidurlah....semoga hari esok akan baik,berfikirlah positif."Pinkan sangat berhati-hati sekali,saat ini dia takut banyak bicara karena khawatir Wika akan tersinggung.

"Tidurlah dikamarmu!"Wika memandang Pinkan dengan tersenyum,menunjukan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kamu yakin?"Pinkan memastikan Wika baik-baik saja.

Wika menganggukan kepalanya.

avataravatar
Next chapter