39 KIAMAT UNTUK WIKA.

Hari ini adalah dua hari setelah Wika bisa berkomunikasi dengan Zacky.Belum ada permasalahan yang terjadi yang datangnya dari Andre.Sepertinya dia masih belum mendapatkan ide lagi untuk membuat kekacauan.Wika sungguh menikmati hari-harinya yang damai.Dia berharap dalam hatinya semoga terus seperti untuk kedepannya.

Wika teringat pesan Pinkan sebelum dia pergi ke kampus.Pinkan memintanya untuk menemani Aldi dan dirinya untuk memberitahukan perihal kehamilannya dan meminta Papa agar segera menikahkan mereka berdua.Jadi untuk hari ini Wika tidak akan pergi kemana-mana sepulang kuliah.

Wika hendak memesan taxi ketika ponselnya berdering.Itu dari Andre,Wika tidak mengangkatnya hanya memandangi layar ponselnya.Menarik nafas panjang dan bertanya dalam hatinya.

"Kali ini apa lagi?"Wika memutuskan untuk mengabaikannya sampai suara dering ponselnya senyap.

Wika menyentuh layar ponselnya mencari aplikasi untuk memesan taxi on line,namun sebelum dia melakukannya tiba-tiba sebuah mobil BMW berhenti di depannya.

Wajah Wika berubah menjadi suram,baru saja dia menikmati hari-harinya yang damai,tapi sepertinya itu akan berakhir detik ini.

"Naiklah aku ingin mengajakmu makan siang!"Andre memerintah Wika dengan arogan.Sepertinya dia punya hak penuh atas Wi0ka.

Wika diam malas melihat Andre.Dia tak habis fikir kenapa Tuhan selalu mempertemukan dirinya dengan orang-orang yang tidak ingin dilihatnya.

"Apa kau tidak mendengarku?"Suara Andre lembut tapi penuh kebusukan.

Wika masih diam kepalanya menoleh kekanan dan kekiri,memcari taxi yang lewat.Dia menganggap Andre tidak pernah ada di hadapannya.

Melihat hal itu emosi Andre menjadi terbakar,dia keluar dari mobilnya,dan menyeret Wika kemudian mendorongnya masuk kedalam mobilnya dengan kasar,setelah itu dengan cepat dia melajukan mobilnya meninggalkan areal kampus.

Wika tidak sempat memberontak,tenaga Andre terlalu kuat untuk seorang wanita seperti nya.Seketika jantung Wika berdetak tidak beraturan,tentu saja dia takut menghadapai situasi seperti ini.Andre tidak dapat dikendalikan,disaat emosinya tersulut dia bisa nekad melakukan apa saja.

Wika menarik nafasnya dalam-dalam mencoba menenangkan perasaannya,dan tidak ingin menunjukkan rasa takutnya pada Andre.Dia tau kalau dia tidak membuat tingkah yang membuat Andre emosi itu tidak akan menambah buruk keadaan.

"Mau kemana kita?"Setelah beberapa saat membisu dan ini sydah 15 menit akhirnya Wika membuka suara.Dia tidak berkata dengan nada kesal.

"Kita akan makan siang ditempatku?"Andre merespon perkataan Wika,sepertinya suasana hatinya sudah membaik dan suaranya terdengar sangat girang.

"Aku tidak bisa berlama-lama diluar rumah,akan ada sesuatu yang akan dibicarakan oleh keluargaku,lagian ini sudah bukan jam makan siang."suara Wika terdengar sangat tenang.

Andre tiba-tiba menginjak rem dan itu membuat mobilnya berhenti dengan tiba-tiba.Wika sangat terkejut syukurlah kepalanya tidak terantuk.

Andre memandangi Wika dengan tatapan aneh dan suram.Wika memberanikan diri untuk membalas tatapan Andre.Ini sudah sangat jauh dari kampus,bahkan sepertinya sudah dipinggiran kota X.Sepertinya Andre ingin membawa Wika keluar dari kota x.Andre masih menatap Wika dengan tatapan anehnya.Wika menangkap firasat buruk dari tatapannya itu.Dia harus lebih berhati-hati lagi untuk kemungkinan buruk yang akan terkadi padanya kapan pun itu.

Wika tau bahwa Andre mempunyai kelainan.Bisa saja Andre bertindak lebih gila dari apa yang baru saja dia lakukan padanya di depan kampus tadi.

Tiba-tiba saja Andre mendekatkan wajahnya ke wajah Wika,Andre ingin mencium bibir Wika.Wika mengelak dengan menoleh kan wajahnya kesamping.Andre terlihat sangat kesal.Kali ini kedua tangannya meraih wajah Wika dan memegangnya dengan tenaganya yang kuat.Wika tidak bisa melawannya,walaupun kedua tangannya sudah berusah keras untuk melepaskan kedua tangan Andre.Andre berhasil melumat bibir Wika yang mungil dengan kasar.Dia terus mencumbuhi Wika dengan nafsunya yang membara,pada saat itu jalanan begitu sepi,dan sangat jauh dari pemukiman penduduk.Andre ingin membawa Wika ke arah puncak.Andre memang benar-benar sudah gila,dia tidak menghiraukan teriakan-tetiakan Wika,dan pukulan-pukulan Wika di punggungnya.Andre belum mau melepaskan bibirnya dari bibir Wika.Dia masih bersemangat untuk terus mencumbuhi Wika.Lidahnya berkali-kali bermain didalam mulut Wika,walaupun Wika selalu melakukan penolakkan,namun Andre semakin bernafsu untuk terus menciuminya.Air mata Wika mulai berlinang,dia panik,dan tak tau harus berbuat apa,tenaganya sudah mulai habis dan tubuhnya sudah mulai lemas,haruskah dia pasrah saja?

Andre masih tidak perduli walaupun tau Wika sudah menangis dan tubuhnya mulai lemas kehabisan tenaga.Nafas Wika sudah terasa sesak dan mulai pasrah dan menyerah pada keadaan.Melihat hal itu Andre tersenyum menang,dan semakin gila pada aksinya.Walaupun dia masih menciumi bibir Wika namun tangannya mulai meraba-raba daerah dada Wika.Wika terkejut merasaka itu,tenaganya mulai kembali pulih tengannya dengan cepat mencegah tangan Andre untuk berbuat lebih jauh lagi.Namun kali ini Andre semakin nekad,dia cepat merubah posisi tubuhnya dengan duduk diatas pangkuan Wika,kemudian memegang kedua pergelangan tangan Wika dengan tangan kananya.Kali ini dia melepaskan bibirnya dari bibir Wika.Wika masih melakukan pemberontakan,kedua pahaknya digerak-gerakan agar Andre segera turun dari sana.Andre melihat Wika dengan tatapan nafsu,matanya sangat menakutkan,bagai seekor kucing sedang melihat seekor tikus kecil di genggamannya.

"Aku jadi punya ide untukmu sayang."Suara Andre tersengar sangat menyeramkan ditelinga Wika.

Andre memampar kedua pipi Wika berkali-kali dengan pelan."Kamu sangat menggemaskan."

Wika sangat ketakutan melihat Andre seperti itu,badannya gemetar dan air matanya tak berhenti mengalir.

"Lepaskan aku Andre!"Suara Wika sangat memelas.

"Hey....aku tidak sedang mengancammu sayang!"Andre bertingkah seperti orang sakit jiwa,dia memegang pisau lipat di tangan kanannnya.

"Aku tidak akan menyakitimu sayang,aku tidak akan menusukmu dengan pisau ini,aku sangat mencintaimu."Andre menciumi pipi wika yang basah karena air matanya berkali-kali.

Wika hanya bisa menangis,dia sangat ketakutan sekali,tidak ada satu orang pun saat itu yang bisa menolongnya.Dalam hatinya memanggil nama Zacky.

"Zacky plissss....tolong aku,aku dalam bahaya."

Andre tiba-tiba tertawa terbahak -bahak,suaranya sangat keras dan menyakitkan telinga Wika.Wika menangis tersedu-sedu,memohon pada Andre untuk melepaskannya.

"Ssssttttt....tenang sayang aku gak akan menyakitimu.Aku gak akan menembakmu dengan pistol ini."Andre mengeluarkan pistol kecil dari salah satu saku celananya.Dia menodongkan pistol tersebut ke kepala Wika,kemudian tertawa terbahak-bahak dan membuang pistol itu ke jok belang.Andre mengendus-enduskan nafasnya ke kepala Wika dan mengecupnya berkali-kali.

"Aku sangat mencintaimu."

"Aku sangat menginginkanmu."

Suara Andre semakin membuat Wika takut dan panik.

Lalu Andre berteriak -teriak sambil berkata.

"Kenapa kamu selalu menolak ku."

Kemudian berbisik pelan ditelinga Wika sambil membelai rambut Wika.

"Aku akan membuatmu Hamil,sehingga kamu tidak mungkin lepas dariku."

"Hahahahahahahahahahaaha"

Wika menjerit dan meronta berusaha lepas dari cengkeraman Andre,kata-kata Andre sangat membuatnya syok dan ketakuta.Dia tidak ingin diperkosa apa lagi sampaiengandung anak Andre.

"Zacky tolong aku.....!"Wika berkali-kali teriak memanggil Zacky agar segera menolongnya.

Mendengar Wika berteriak dan memanggil nama Zacky,emosi Andre kembali muncak.Andre menampar kedua pipi Wika dengan keras dan berkali-kali.

Wika merasa sakit di wajahnya,dan memgeluarkan darah dari bibirnya.Namun Andre belum menghentikan aksinya,Dia masih menampar wajah Wika dengan kerasnya.Kebencian dan dendamnya seketika membara saat Wika mendengar nama Zacky.Wika sangat kesakitan dan kelelahan.kali ini darah mengalir dari hidungnya,Wika sudah kehabisan tenaga dan pasrah.Mungkin hari ini dia akan mati karena Andre.Air matanya terus mengalir,tubuhnya terasa lemas nafasnya semakin sesak dan perlahan-lahan memejamkan matanya.

avataravatar
Next chapter