webnovel

Ketika Aku Mengenalnya

Bermula dari Fiko anak bungsu dari pak Danu yang terkenal kecerdasannya namun sangat pemalu.

Suatu hari...

"Lho, kamu sekolah di SMP sini?" sapa Asti ketika melihat Fiko di depan kantor guru.

"Hey Asti. Iya nih. Kamu juga di sini to?" tanya Fiko balik.

"Hehehe, iya dong!" jawab Asti tertawa.

"Kok aku baru lihat kamu di sini?" tanya Fiko.

"Tahun ajaran lalu kan aku masuk siang. Karena pulang selalu hampir petang nyampèk rumah, lalu tahun ini saya putuskan pindah masuk pagi!" jelas Asti.

"Ooh begitu, pantesan baru lihat sekarang!" kata Fiko.

"Bagaimana, sudah punya pandangan di sini, hehehe?" tanya Asti.

"Ada sih, tapi sulit dekati dia!" kata Fiko.

"Perlu aku bantu, hehehe?" canda Asti.

"Gak usah, biar semua berlangsung alami saja, hahaha!" ucap Fiko.

Lalu kata Fiko dalam hati:

"Sebaiknya aku dekati saja Asti, sementara aku belum memiliki teman dekat!"

Sesaat kemudian terdengar bell sekolah tanda pelajaran dimulai:

"Thèng, thèng!"

Setelah itu Fiko dan Asti masuk ke kelas masing-masing.

Beberapa saat kemudian terdengar:

"Huuhh!" suara riuh dan berisik yang membuat pak Aji menjadi marah, lalu:

"Braak! Diam semua!" bentak pak Aji sembari pukulkan tangannya pada meja.

Di saat yang hampir bersamaan, tampak Cory menelungkupkan muka di bangku dengan berbantal kedua tangannya.

"Silahkan buka halaman 17, kerjakan soal No.7a dan 7b!" perintah pak Aji.

Sementara semua siswa di kelas itu mulai mengerjakan tugas, pak Aji mendekati Cory, lalu:

"Ada apa Cor?" tanya pak Aji.

"Saya tidak tahu, mereka tiba-tiba menyoraki saya pak!" ungkap Cory.

"Ya sudah!" ujar pak Aji seraya menepuk pundak Cory, lalu menuju mejanya.

Sementara pak Aji duduk di mejanya, Windi yang di samping Cory memegang punggungnya, lalu:

"Sudahlah Cory, gak apa-apa jangan menangis?" kata Windi pada Cory.

"Aku jengkel pada mereka!" jawab Cory.

"Aah, cuma begitu aja... biarkan saja. Mereka sebenarnya suka kamu!" kata Windi agak berbisik karena takut kedengaran pak Aji.

"Iya, tapi aku kan malu ditertawakan begitu!" ungkap Cory.

Fiko yang hanya berjarak satu bangku, mendengar dialog Cory dengan jelas, lalu katanya dalam hati:

"Kasihan Cory. Ingin membelanya tapi aku malu. Kalau tidak malu, satu persatu pasti kuhajar mereka yang menertawakan Cory itu !"

Saat jam istirahat, Fiko kebetulan berbarengan dengan Cory saat di kantin. Fiko ingin menyapa lebih dulu, namun dia merasa malu. Sehingga dipilihnya bangku yang dipastikan bisa sambilan memandang Cory.

Cory yang saat itu bersama dengan Windi asyik makan jajan sembari ngobrol, tidak sadar Fiko yang duduk di lain bangku sedang memperhatikan dirinya.

Namun Fiko juga tidak sadar bahwa sikapnya diketahui Windi, hingga kemudian:

"Ehm, ehm!" Windi berdehem seraya melirik ke arah Fiko.

"Apa sih?!" tanya Cory mendadak.

"Hehehe, gak terasa ya?!" ucap Windi.

"Ada yang mengawasi kamu penuh arti!" bisik Windi.

"Apa maksudmu?" tanya Cory mengerutkan dahi.

"Nanti aku cerita!" ucap Windi.

Sesaat kemudian mereka masuk kelas setelah didengarnya bell berbunyi.

"Semua buku tugas dikumpulkan!" kata pak Aji.

Setelah buku tugas siswa sudah dikumpulkan semua, pak Aji pun memberikan nilai pada setiap hasil kerja siswa.

Setelah selesai memberikan nilai, pak Aji mendekati bangku Cory, lalu katanya:

"Kamu belajar lebih banyak lagi ya?!" ujar pak Aji.

"Iya pak!" jawab Cory.

*Lima bulan berikutnya...

Pada suatu hari saat jam pelajaran pak Aji di kelas Fiko, selaku guru wali di kelas Fiko, pak Aji menyampaikan pesan nya:

"Sebentar lagi kalian sudah masuk jadwalnya ujian. Jadi, bapak menyarankan kurangi aktivitas luar sekolah dan perbanyak belajar kalian!"

"Iya pak!" sahut siswa siswi.

"Kapan kira-kira?" tanya beberapa siswa yang lain.

"Tiga atau empat minggu ke depan sudah mulai ujian!" jawab pak Aji.

"Bila perlu, bentuk saja kelompok belajar. Daripada kalian ngumpul cuma hura-hura!" tambah pak Aji.

Ketika istirahat sekolah...

"Fiko, mau apa nggak bikin kelompok sama aku?" tanya Cory.

"Mau saja. Terus siapa aja nanti?" kata Fiko.

Setelah itu Cory dan Fiko memilih beberapa teman untuk diajak bikin kelompok belajar. Kemudian membuat rencana memulai belajar bersama di salah satu rumah mereka.

*Tiga hari kemudian...

"Nanti kita kumpul agak sore aja ya, biar pulangnya tidak terlalu malam!" ucap Windi pada teman kelompok belajar nya.

"Jadi di mana nanti?" tanya Fiko.

"Di rumah Cory!" jawab Windi.

"Baik!" balas Fiko.

Pada sore harinya...

"Pakai baju yang mana ya enaknya!" gumam Fiko saat di depan lemari pakaiannya.

Tiba-tiba...

"Mau ke mana Fiko, kok kelihatan bingung pilih baju?" tanya bu Ningsih ibu Fiko.

"Mau ke rumah Cory bu, belajar kelompok!" jawab Fiko.

"Aah, cuma belajar kan bisa pakai apa saja, yang penting kelihatan pantas dan sopan!" sahut bu Ningsih.

"Iya bu. Aku mau pakai yang ini aja!" kata Fiko seraya mengambil sepotong kaos lengan panjang.

"Nah, itu juga bagus kok, tampak santai!" ujar bu Ningsih.

Beberapa saat kemudian Fiko berpamitan ibunya untuk berangkat ke rumah Cory. Fiko yang tidak memiliki sepeda maupun motor itu, hanya berjalan kaki menuju rumah Cory.

Namun naas menimpa Fiko sore itu, tiba-tiba didengarnya ada suara motor dari arah belakang, diapun berjalan lebih menepi. Saat dia sudah menepi, motor itu melewati nya, namun roda motor tersebut menerjang air di pinggiran aspal sehingga menyembur ke badan Fiko.

Fiko melihat motor tersebut terus melaju sembari menoleh dan menertawakan Fiko. Karena merasa risih dan malu bajunya kotor, Fiko pun memutuskan balik ke rumah untuk berganti baju.

Sementara itu di rumah Cory...

"Kok Fiko lama belum datang juga ya?!" kata Windi tiba-tiba.

"Mungkin masih di perjalanan, karena dia jalan kaki!" sambung Cory.

Sesaat kemudian terdengar suara motor berhenti di depan rumah Cory.

"Mungkin itu dia yang datang!" ucap Ratri.

Mereka yang di situ terkejut semua begitu melihat Jaka datang masuk.

"Maaf kawan-kawan, aku lupa bawa buku ku karena tadi agak buru-buru berangkatnya!" ungkap Jaka seraya masuk dan langsung duduk.

"Windi, siapa yang masukkan Jaka ke kelompok kita?" tanya Ratri setengah berbisik.

"Gak ada tu. Kelompok kita kan cuma ini tambah Fiko!" jelas Windi.

"Lalu... kenapa Jaka ada di sini?" tanya Ratri lagi.

"Coba aku tanya Cory!" lanjut Ratri kemudian.

Setelah Ratri tanya Cory:

"Aku juga tidak masukkan, justru aku hampir tanya kamu!" jawab Cory.

Sesaat kemudian...

"Jaka, bukannya kamu itu satu kelompok dengan Rudi... kenapa ke sini?!" kata Windi.

"Tadinya begitu, tiba-tiba Fiko meminta aku tukar. Jadi sekarang Fiko yang masuk kelompoknya Rudi!" jelas Jaka.

"Emang kenapa Fiko ngajak kamu bertukar kelompok?" tanya Cory.

"Dia malu kalau kelompoknya cewek semua!" jelas Jaka.

"Oh iya, setauku Fiko itu memang pemalu banget, tapi di sini kan ada juga Rendi?!" sambung Ratri.

"Kenapa dia tiba-tiba banget minta pindah, padahal kemarin dia menyatakan sanggup gabung kelompok kita ini?" sahut Rendi.

*)bersambung ___

Next chapter