Mobil Limousine meluncur kencang karena perintah Nizam. Alena terus berusaha merangkul dan mencium Nizam. Ia tidak mau tau dan perduli. Ia hanya ingin api yang membara didadanya terpadamkan. Nizam sampai kewalahan menahan Wajah dan tangan Alena. Bibir Alena terus menerus menyerangnya. Nizam beristighfar berkali-kali.
"Cepatlah Ali.. "Teriak Nizam melalui phone di mobil. Ia sengaja menutup sekat diantara tempat duduk penumpang dan sopir. Ia tidak mau para penjaganya melihat perbuatan Alena yang memang terlihat seperti artis bintang porno.
"Alena.. sweetheart sadarlah.. Istighfarlah.. Alena.. come on wake up.. " Nizam nyerocos mencoba menyadarkan Alena sambil menghindari ciuman Alena. Karena wajah Nizam menjauh dan berusaha berpaling maka ciuman Alena mendarat di dada dan leher terkadang di dahi Nizam. Nafas Nizam memburu Ia menyumpahi George habis-habisan. Rasanya Ia ingin mencekik orang itu sampai mati karena sudah menempatkannya dalam situasi ini.
Seumur hidupnya Ia belum pernah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Bahkan Ia menolak untuk berjabat tangan dengan seorang wanita. Ia adalah seorang pangeran mahkota kerajaan terkaya di kerajaan Aliansi, Nizam sangat dihormati dan dimuliakan. Sebagai anggota kerajaan sudah terbiasa jika tangannya dicium oleh orang yang tingkatannya lebih rendah darinya. Tetapi Nizam tidak pernah membiarkan tangannya dicium oleh siapapun. Bahkan dengan laki-laki juga ia hanya berjabat tangan.
Sekarang malam ini semua prinsipnya luntur karena keterpaksaan. Ia bukan hanya membopong Alena, Ia juga merangkul Alena Memegang tangannya dan tidak berdaya menahan ciuman Alena yang bertubi-tubi menyerangnya. Ia sulit menghindari. Habis sudah kesuciannya dinodai Alena. Nizam terus merutuk-rutuk. Disatu sisi yang tidak munafik sebagai pria normal ingin rasanya Ia melayani tingkah Alena. Ia ingin merenggut bibir mungil di dalam mulutnya. Tetapi akhlaknya yang memang Ia pelihara sejak kecil membentengi dia. Maka ia hanya bisa memegangi kedua tangan Alena.
Badannya sampai mepet ke sisi mobil karena terdesak oleh tubuh Alena. " Dasar perempuan..racun dunia.. " Nizam terus mengumpat-ngumpat. Disebalik umpatannya sebenarnya Ia berusaha menenangkan dirinya menahan nafsunya yang mulai menjalar merayapi perasaannya.
Beruntung malam ini cuaca sedikit mendung membuat orang enggan untuk keluar rumah. Jalan sedikit lenggang. Mobil meluncur hampir tampa hambatan menuju apartemen Nizam. Begitu sampai di apartemen Nizam kembali membopong Alena menunggu pintu llift yang belum terbuka. Lalu Ia berbicara Pada penjaganya.
"Pastikan Kalian cepat membawa Cyntia kemari. Kamu cari Ia sampai dapat.. " Suara Nizam terdengar begitu galau dan sedikit panik.
"Paduka yang Mulia. Apa di dalam mau Saya temani biarlah Fuad yang mencari Cyntia " Ali pria berbadan tegap, berambut cepak dan menyembunyikan sebuah pistol dipinggangnya menawarkan bantuan. Terus terang Ia sangat khawatir dengan keselamatan Pangeran yang sudah menjadi tanggung jawabnya saat Pangeran meninggalkan kerajaan untuk kuliah di Amerika. Berdua di kamar dengan orang asing walaupun dalam keadaan tidak sadarkan diri membuat Ia tidak tenang. Kalau terjadi apa-apa dengan Nizam maka kepalanya akan menjadi taruhannya.
Mata Nizam membesar setengah melotot terlihat Ia sangat tidak suka dengan usulan Penjaganya. Melihat mata Nizam melotot dengan muka berubah, badan segede babon itu langsung menciut. Ia menundukkan kepala memberi hormat dan segera mempersilahkan Nizam untuk masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.
Nizam segera masuk ke dalam lift. "Apa maksudnya Ali penjaganya yang setia mau menemaninya di dalam dan membiarkan dia melihat Alena yang menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan.
Didepan pintu apartemennya lift berhenti. Ia membuka pintu itu melalui scan pada matanya. Sehingga Ia tidak perlu menurunkan Alena. Begitu pintu terbuka Ia langsung membawa Alena ke kamar mandi memasukannya ke dalam bathtub. Mengambil shower dan menyemprot Alena dengan air dingin. Alena gelagapan...air dingin langsung membuat badannya menggigil kedinginan. Api dalam tubuh Alena seketika terpadamkan.
"Nizam.. Nizam apa yang Kamu lakukan? Mengapa Kamu menyiramku dengan air." Suara Alena terdengar parau sambil menutupi wajahnya yang terkena semprotan air dingin.
"Diamlah Kamu disana.. sampai kesadaranmu pulih.. " Nizam memberikan perintah. Ia lalu menutup pintu kamar mandi. Nizam mengambil pakaian olahraganya berupa training. Lalu Ia juga membuka pintu kulkas mengambil susu murni sebotol. Ia masuk lagi ke dalam kamar mandi. Didalam bathtub Ia melihat Alena termangu. Air dari kran memenuhi bathtub seakan mengalirkan energi agar Alena mengumpulkan seluruh kesadarannya yang hilang.
Alena terkaget-kaget mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Ia melihat Nizam melangkah ke arahnya. Alena refleks menurunkan badannya Ia merasa tadi memakai gaun tipis off shoulder yang memperlihatkan bahunya. Terbayang kalau basah, dadanya akan tercetak sangat jelas. Tapi kemudian Ia tersadar bahwa ia ternyata sedang memakai mantel hitam.
Nizam menatapnya tajam lalu Ia duduk dipinggir Bathtub. Alena jadi salah tingkah dalam kebingungannya. Nizam menyodorkan botol susu ke Alena. " Minumlah susu. Itu akan menetralkan reaksi obat ditubuhmu"
Alena mengambil botol itu dari tangan Nizam. "Obat apa?? Aku tidak minum obat. Aku malah heran kenapa Aku ada disini dalam bathtub denganmu dan basah kuyup." Alena bertanya tak habis pikir.
'Dasar gadis bodoh.. bergaya bagai selebriti tapi reaksi obat perangsang saja tidak tahu' Nizam berkata dalam hati.
"Minum sajalah susu itu, kemudian gantilah bajumu dengan baju yang ada di meja wastafel. Kalau Kamu sudah benar-benar sadar, bersiaplah untuk pulang tanpa menunggu Cyntia. Aku akan mengantarmu pulang." Nizam berkata kemudian Ia melangkah keluar dari kamar mandi.
Alena keluar dari bathtub kemudian membuka pakaiannya yang basah kuyup termasuk pakaian dalamnya. Pipinya merona merah ketika ia dalam keadaan telanjang bulat. Ia melihat ke arah pintu seakan-akan Nizam sedang ada disana dan melihatnya telanjang. Alena cepat-cepat memakai pakaian training. Alena segera menyadari bahwa itu adalah pakaian Nizam. Bajunya kebesaran dan kepanjangan. Alena menggulung dibagian lengan dan kakinya. Baju itu langsung menempel dikulit tubuhnya karena Ia memang tidak memakai pakaian dalam. Alena mendesah Ia sangat menikmati kondisi itu. Entah kenapa Ia seakan-akan merasakan bahwa yang menempel dikulitnya adalah kulit Nizam langsung dan bukan pakaiannya.
Nizam duduk dimeja kerjanya. Diatas meja itu terdapat setumpuk berkas. Ia mencoba berkonsentrasi terhadap berkas-berkas kerjasama ekonomi antara negaranya dengan negara lain. Tapi pikirannya tentang Alena malah mendominasi otaknya.
Malam ini sebenarnya ia tidak berniat kemana-mana. Ia mempunyai setumpuk kerjaan yang menunggunya untuk dikerjakan. Tetapi tadi Ia dihubungi Ali kalau Ia mencurigai George melakukan sesuatu terhadap Alena. Bukankah sejak direstoran waktu itu ia menyuruh Ali untuk mengawasi Alena. Dan Ali menempatkan beberapa mata-mata disekeliling Alena. Dalam panik Nizam menghubungi Edward dan Elsa agar segera mencari Alena dikamar atas Aula. Karena pikirnya Edward dan Elsa lebih dekat ke tempat itu.
Sementara Cyntia tidak dapat dihubungi karena teleponnya terus menerus sibuk. Ia juga menghubungi Elsa agar Elsa dapat menghentikan tindakan George ke Alena. Tetapi untungnya sebelum Edward dan Alena datang ternyata dia datang terlebih dahulu. Ia tadi naik motor dan menjalankannya bagai orang gila diikuti oleh Ali dan fuad. Mata-mata yang disewa Ali segera menunjukkan kamar aula atas. Mata-mata itu memang tidak diminta untuk melakukan tindakan apa-apa. Disaat itulah Ia membuka pintu kamar yang kebetulan tidak dikunci oleh si bedebah itu. Kemudian Elsa dan Edward datang kemudian.
Nizam tidak mengerti apa yang dimiliki oleh gadis itu sehingga para pria dibuat tak berdaya olehnya termasuk dirinya. Ia selalu bersikap galak dan dingin pada Alena untuk menyembunyikan perasaannya. Sebenarnya Ia mencintai Alena dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Hanya harapan untuk memiliki Alena kemungkinan sama sulitnya dengan mempertahankan cinta Edward pada Alena. ia tidak ingin menyakiti dirinya sendiri oleh perasaan cinta. Dari sejak remaja dulu Nizam tahu bahwa pernikahannya sudah di atur oleh pihak kerajaan. Dan agaknya sekarang ia harus bersiap bertarung dengan pihak kerajaan untuk mempertahankan cintanya.
Cinta benar-benar hal yang luar biasa yang sanggup merubah kelakuan orang berubah jadi abnormal. Nizam menenglengkupkan mukanya ke tangan diatas meja. Kepalanya terasa pusing tujuh keliling.