121 Makanlah Alena

Alena dan Cynthia menatap semua hidangan yang tersedia di meja makan depan mereka. Ia melihat ke arah Arani yang sedang sibuk menyuruh para pelayan agar bersiap melayani Alena dan Cynthia makan. Cynthia adalah satu-satunya pelayan yang bisa makan bersama dengan Alena. Kedudukannya sebagai teman Alena lebih besar dari sekedar Pelayan.

Dari kemarin Alena dan Cynthia diminta pindah ke ruangan Nizam. Walaupun diiringi tatapan heran para gadis Nizam yang lain apalagi Putri Reina yang tampak sibuk dengan rencana-rencana jahatnya. Putri Reina hanya bisa menggigit bibirnya sendiri dengan kesal. Walaupun mereka tidak setuju tapi tentu saja tidak berani melawan kehendak pemilik mereka apalagi Ratu Sabrina sendiri tampak tidak keberatan. Tentu saja Alena sangat senang Walaupun Ia masih bosan karena tetap saja Nizam tidak bisa menemaninya setiap saat. Minimal Ia dapat melihat suaminya dimalam hari.

Mengapa banyak makanan yang terhidang dimeja makan dengan menu yang luar biasa. Bagaimana bisa ada rendang ayam, rendang sapi, Ayam bakar, sate kambing, tumis kangkung bumbu plecing, lalab kol, balado terong ungu, Ikan bakar, udang asam manis dan berbagai macam minuman dari es kelapa campur sampai es dawet manis terhidang dimejanya. Apa semua jenis masakan Indonesia sedang tumpah di meja itu. Bahkan dipojok ada rujak cingur segala.

Arani tersenyum manis melihat wajah Alena dan Cynthia bengong bagai melihat hantu disiang hari. Kemana semua makanan khas Azura yang lama-lama bikin mereka mual karena kebanyakan yogurt sama minyak zaitun. Tapi bagi Cynthia makanan yang terhidang jelas lebih parah dari pada makanan pokok Azura yang didominasi oleh berbagai macam jenis roti gandum dan roti putih biasa.

Mata Alena membulat lebar Ia sampai bingung apa Ia ada direstoran Padang atau di istana kerajaan Azura.

"Makanan apa ini? kenapa semua didominasi warna merah? Terlihat mengerikan semua. Apa Aku boleh meminta roti sandwich saja" Kata Cynthia sambil duduk perlahan.

Alena malah langsung mengambil piring sambil berkata gembira.

"Hari ini pasti hari keberuntunganku, Pasti gara-gara dari kemarin Aku sholat ontime. Ini balasan anak Sholeh.."

Tapi sebelum Alena menyendok Nasi putih. Arani berkata sambil tersenyum licik selicik majikannya.

"Yang Mulia sebelum Yang Mulia memakan makanan semua ini, Yang Mulia Pangeran Nizam berpesan agar yang Mulia meminum vitamin ini dulu.." Kata Arani sambil meminta pelayan yang berdiri di samping Alena untuk menyodorkan baki yang diatasnya ada gelas kecil berisi cairan berwarna kuning pekat.

Mata Alena yang berbinar-binar indah sedikitpun tidak curiga tapi walaupun begitu Ia tetap bertanya. "Vitamin apa ini?"

"Vitamin agar Yang Mulia kondisi badannya tetap vit apalagi Yang Mulia akan memakan masakan yang kami buat sengaja dengan mendatangkan chef langsung dari Indonesia dan sebagian bahannya kita impor langsung dari Indonesia juga. Kami khawatir kalau-kalau jenis makanannya tidak cocok dengan iklim di Azura"

"Oh ya...ya... baiklah Kalian memang luar biasa. Ngomong-ngomong apakah vitaminnya pahit?"

"Tentu tidak karena ini adalah madu dan habatusauda yang rasanya sangat manis." Tentu saja Arani tidak menyebutkan kalau didalamnya juga ada ramuan kesuburan yang diracik oleh Tabib Istana.

"Nanti setelah makan yang Mulia juga bisa meminum jus kurma muda sebagai penetral makanan pedas" Kata Arani lagi.

Alena hanya mengangguk setelah meminum vitamin yang rasanya ternyata benar-benar sangat enak. Bagai kesetanan Alena mengambil makanan - makanan yang sudah lama Ia tidak lihat.

"Kamu makan apa kesetanan?" Cynthia sampai ngomel-ngomel. Alena yang biasanya sangat menjaga pola makan Sekarang makan bagai orang kelaparan.

'"Kamu tidak tahu, sejak kepergianku ke Indonesia baru kali ini aku makan lagi makanan Indonesia. Ini Rendang ayam rasanya sangat enak. Ini juga sate kambing.. Cynthia makanan ini semua sangat lezat Kamu harus mencobanya. ". Alena makan sambil sibuk mengunyah.

Cynthia menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alena. Ia malah sedikit curiga dengan semua ini.

"Alena kenapa Aku malah berpikir kamu jadi mirip si Hansel dan Gretel yang diberikan makan banyak lalu nanti akan dimasak oleh si nenek sihir" Cynthia berkata sambil diam-diam Ia mengambil rendang ayam kelihatannya Ia penasaran dengan rasa ayam yang bewarna merah itu apalagi Ia melihat Alena begitu menikmatinya.

Alena menggoyangkan tangannya yang sedang memegang sate. "Jangan suka berprasangka buruk, tidak baik untuk mental kamu" Kata Alena sambil menyendok kembali nasi putih yang hangat mengepul.

"Kenapa sate kambing ini begitu lembut dan gurih.."Kata Alena sambil memasukan kembali tusuk sate ke dalam mulutnya lalu menarik tusuknya dan meninggalkan seluruh dagingnya saja didalam mulutnya kemudian mulai mengunyah lagi dengan penuh kenikmatan.

"Belajarlah untuk menganalisa setiap kejadian Alena, Otak yang ada di kepalamu itu harus dipakai bukan hanya disimpan untuk sekedar menghiasi kepalamu saja" Kata Cynthia sambil menggigit Ayam rendang dimulutnya. Begitu digigit rasa pedas langsung mencecap lidahnya. Rasa pedas yang menyeruak dimulutnya memaksa Ia membuka mulutnya lebar-lebar, matanya melotot lalu langsung berteriak.

"Pedas...pedas.. panas..panas..kenapa ada makanan setan disini..air..air..beri aku air." Kata Cynthia sambil megap-megap kepedesan.

Pelayan dengan sigap langsung memberikan Cynthia air minum. Cynthia minum dengan cepat untuk mengusir rasa pedas dimulutnya. Para pelayan dan Arani menahan senyum sementara Alena tertawa hingga hampir terjungkal dari kursinya.

Air mata Cynthia mengalir dengan muka merah. Harusnya Ia tadi mencicipi makanan itu sedikit dulu bukan memasukannya langsung ke mulutnya lalu mengigitnya sekaligus.

"Begitulah Cynthia, orang yang langsung memasukkan makanan yang baru dilihatnya kedalam mulutnya sendiri sesungguhnya termasuk kedalam orang-orang yang tidak menggunakan otaknya juga."

Cynthia menatap Alena dengan geram. "K..kau bagaimana bisa begitu menikmati makanan yang rasanya sangat pedas ini?"

"Mulut orang Indonesia sejak dalam kandungan sudah dibiasakan makan makanan yang pedas. Pedasnya rendang belum seberapa dibandingkan makanan pedas asli Indonesia lainnya. Kau boleh mencoba tongseng kambing mercon. Rasa pedasnya akan membuat Kamu pingsan tujuh hari tujuh malam."

"Aku kapok makan makananmu"

"Tenang Cynthia masih banyak makanan negaraku yang tidak pedas. Nah cobalah sate kambing ini. Jangan kau makan dengan bumbu kacangnya karena rasanya juga lumayan pedas. Makanlah dengan kecap saja rasanya enak."

Cynthia menggelengkan kepalanya."Tidak..perutku sekarang rasanya mulai sakit. Aku lebih baik makan makanan Azura saja atau Aku akan membuat sandwich saja." Cynthia berdiri lalu pergi mencari sandwich ke ruang makan Pelayan.

***

Perut Alena terasa penuh Ia baru saja meminum jus kurma muda yang lezat. Ia duduk di sebuah ruangan luas dengan jendela yang besa-besar mengelilingi ruangan itu. Ruangan Itu tidak memiliki Mabel yang banyak hanya ada rak - rak yang berisi barang-barang antik dan buku mengelilingi ruangan itu. Ditengah terhampar permadani dari Turki yang paling berkualitas. Permadani itu terasa sangat lembut. Bantal-bantal empuk berisi bulu angsa tersusun dengan rapih. Alena dan Cynthia duduk bersama sambil makan cemilan. Alena malah membawa rujak cingur dengan piringnya yang ditatap oleh Cynthia dengan wajah jijik. "Apa Kau mau makan makanan yang menjijikkan itu?" Cynthia menunjuk pada cungur sapi.

"Kenapa tidak? " Kata Alena sambil mencoblosnya menggunakan garpu lalu tidak berapa lama hidung sapi itu sudah dikunyahn ya. Cynthia langsung tepar dengan perut mual. Alena bahkan tidak memperdulikannya kondisi sahabatnya. Ia malah makin sengaja menggoda Cynthia. Cynthia merutuk-rutuk dengan kesal. "Aku mau tidur saja di kamarku" Kata Cynthia sambil mau bangkit.

"Eh.. jangan-jangan. Iya..ya..Aku minta maaf. Temani Aku disini Aku mulai bosan. Aku sudah makan rujaknya lagipula perut Aku hampir meledak rasanya" Alena berkata sambil memberikan piringnya pada pelayan yang berdiri di samping pintu masuk.

Mata Alena melihat disekelilingnya, "Kenapa diruangan Nizam dimana-mana banyak terdapat buku" Kata Alena

"Bukankah Kau tahu suamimu itu kutu buku"

"Mana bukunya semua tentang topik yang berat, politik, kerajaan, keagamaan, kenegaraan, tokoh dunia, investasi, manajemen fffhhh... tidak ada satupun novel romantis."

"Memang Kamu suka baca Novel romantis?" Tanya Cynthia heran. Sejak kapan sahabatnya itu suka dengan buku walaupun itu komik ringan semacam komik Doraemon yang ditranslate hampir ke seluruh bahasa.

Alena tertawa kecil "Engga juga tapi daripada buku-buku yang berat lebih baik aku membaca novel, Daripada Aku bengong. Lagipula di Azura internet aksesnya dibatasi. Tidak semua web diperbolehkan di sini."

"Kau minta saja ke Arani, Aku setuju kalau kamu banyak baca. Untuk permulaan novel ringan cukup bagus nanti setelah matamu terlatih Kamu bisa membaca yang lain. Ngomong-ngomong Aku jadi benar-benar heran Kamu bisa bertahan kuliah di jurusan Ekonomi dengan kondisimu seperti ini."

Alena tertawa, " Itu karena Ayahku mengancam aku untuk bertahan. Kalau tidak Ia akan menghentikan support keuanganku"

"Kelihatannya Ayahmu cukup cerdas. Darimana kau mendapatkan gen kekonyolanmu?" Tanya Cynthia.

"Ah..ha...ha.. mungkin dari ibuku" Kata Alena sambil tiba-tiba teringat tingkah Ibunya yang mirip dengannya.

Alena kemudian memanggil Arani.

"Arani maukah kau membawakanku Novel-novel romantis berbahasa Inggris?"

"Baiklah Yang Mulia. Oh ya Yang Mulia. Karena Yang Mulia akan tinggal disini maka kami memerlukan daftar keperluan Yang Mulia untuk kami persiapkan. Kami juga sudah menyiapkan satu ruangan pribadi untuk dipergunakan Yang Mulia. Mmmm Kalau boleh hamba Tahu..maaf Yang Mulia kalau hamba kurang sopan. Tanggal berapa kira-kira Yang Mulia mendapatkan menstruasi?"

Cynthia dan Alena saling berpandangan dengan curiga. Melihat perubahan wajah Alena dan Cynthia, Arani tersenyum. "Mohon Yang Mulia tidak berprasangka buruk..Hamba bertanya karena Hamba perlu menyiapkan pembalut bagi Paduka Tuan Putri yang Mulia "

Wajah Alena dan Cynthia yang tegang langsung kembali melunak. Mereka tertawa mentertawakan kebegoannya sendiri. Bukankah sangat wajar Arani bertanya seperti itu. Ini adalah tentang mempersiapkan perlengkapan yang harus dipakai pada saat wanita sedang haid. Jadi apa yang salah dengan itu.

"Biasanya sekitar tanggal 25 aku mendapatkan haid. Sekarang tanggal 9 Jadi ada sekitar mmm...16 hari kedepan lagi Aku baru mendapatkan haid. Kau boleh menyiapkannya sekarang atau nanti, terserahlah. Pokoknya seminggu sebelum tanggal itu harus sudah tersedia."

Arani menganggukkan kepalanya tersenyum lebar lalu pamit undur diri mau mengambilkan novel yang diminta Alena. Dalam hatinya Ia memuji majikannya. Otak dua gadis yang didepannya itu memang bukan tandingan otak majikannya."

avataravatar
Next chapter