132 Apakah ini yang namanya Cinta

Pangeran Thalal memicingkan matanya menatap Cynthia yang sedang berjalan kearahnya dengan mengenakan kaos lebar dan celana kulot lebar bewarna cerah. Sebenarnya paling pas itu mengenakan bikini saat mereka ada dipantai Kuta. Tapi berpakaian tidak sopan didekat dua Pangeran yang sangat menjaga adab, bukanlah keputusan yang tepat. Walaupun secara situasi dan kondisi memakai bikini di pantai bagi sebagian orang adalah hal yang teramat wajar.

Perdebatan antara orang-orang tentang sopan atau tidaknya bagi orang timur atau Asia berbikini di pantai sama halnya dengan foto wanita seksi dengan pakaian minim yang berpose untuk kepentingan seni semata. Apakah mereka melakukan tindakan diluar norma atau tidak tergantung dari sudut mana orang-orang itu memandangnya.

Dan bagi Cynthia sendiri sebagai orang yang dibesarkan dalam sebuah negara liberal dimana hak seseorang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang lahir di negara Timur atau Asia. Cynthia terbiasa berpakaian sesuai dengan kondisi bukan sesuai dengan tertutup atau tidaknya.

Kalau sedang musim panas atau musim semi Ia akan mengenakan pakaian yang lebih terbuka, kalau sedang musim gugur atau dingin akan mengenakan pakaian lebih tertutup dan kalau dipantai jelas Ia akan mengenakan bikini. Bila perlu yang two peace sekalian. Hanya Ia tidak bisa membayangkan kalau tiba-tiba Ia muncul dihadapan Pangeran Thalal mengenakan bikini maka yang ada bukan perbincangan hangat yang akan diperolehnya tapi Pangeran Thalal pasti akan menghindarinya.

Pangeran Thalal tersenyum melihat rambut pirang Cynthia yang berjela-jela tertiup angin pantai. "Kamu terlihat sangat cantik" Kata Pangeran Thalal sambil mempersilahkan Cynthia duduk didepannya. Payung besar tampak meneduhi tempat mereka duduk. Dua buah kelapa muda berisi air kelapa muda dan campurannya tampak menarik perhatian Cynthia.

Cynthia mengucapkan terimakasih atas perhatian Pangeran Thalal.

"Anda sedang menikmati air kelapa muda?" Tanya Cynthia seraya duduk.

'ya.. Kakak Putri Alena memesankan untuk kita"

"Oh..ya kemana dia sekarang?"

"Mereka sedang menyusuri pasar seni disekitar pantai Kuta.. Kamu tahu tidak, Kakakku penggemar lukisan dengan aliran ekspresionis. Sementara aku lebih suka yang naturalis. Yaah..beda kepala beda juga isinya..Kamu senang dengan lukisan apa?"

"Aku??Aku lebih senang melihat lukisan gambar Benjamin Franklin di atas lembaran uang senilai 100 USD" Kata Cynthia tanpa pikir panjang membuat Pangeran Thalal tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Apakah uang menjadi prioritas utamamu Cynthia?"

"Mengapa tidak? Kamu terlahir dari keluarga yang tidak pernah tahu bagaimana rasanya tidak punya uang. Dimana semua keinginan ada dijari telunjuk. Sementara Aku terlahir dari keluarga yang serba kekurangan. Dimana Aku harus bekerja keras membanting tulang selama sepuluh jam hanya untuk sekedar mendapatkan selembar uang 100 USD. Sementara kalian orang kaya bisa menghabiskan 100 lembar 100 USD hanya dalam hitungan detik."

Pangeran Thalal meredupkan pandangan matanya. Ia menyaksikan Cynthia yang sedang meluapkan perasaannya hingga tanpa sadar berbicara begitu ketus kepada dirinya. Seakan-akan Cynthia terlahir miskin karena kesalahannya. Dalam istilah ilmu psikologi sikap yang dilakukan oleh Cynthia disebut dengan transferesi.

Transferesi adalah sebuah reproduksi dari emosi seseorang yang sudah tertekan selama bertahun-tahun yang mungkin terjadi sejak Ia masih kanak-kanak yang kemudian diungkapkan kepada orang lain sebagai substitusinya atau penggantinya.

Jadi ketika Cynthia seakan-akan mengomeli dirinya. Pangeran Thalal tetap tenang bahkan Ia mencoba tetap tersenyum memahami perasaan Cynthia. Setelah Cynthia mengoceh panjang lebar baru Ia menyadari bahwa Pangeran Thalal tidak bersalah apa-apa.

Lalu kenapa Ia harus marah-marah padanya. Bukankah Kita tidak pernah meminta untuk dilahirkan oleh siapa, dimana dan dalam posisi bagaimana. Semua adalah Rahasia Illahi yang harus diterimakan sebagai suatu takdir.

"Maaf, Pangeran. Aku emosi" Wajah Cynthia menjadi merah padam. Sedikitpun Cynthia tidak melihat raut wajah tidak suka dari Pangeran Thalal padahal sudah Ia omeli, malah Pangeran Thalal memberikan segelas air putih kepadanya. Sambil tersipu-sipu malu Chyntia meminum air yang disodorkan kepadanya.

"Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang Cynthia. Terutama kebahagiaan seseorang. Kalau seandainya kebahagiaan bisa dibeli dengan uang maka tidak akan ada orang kaya yang mengalami depresi.

Padahal kenyataannya Kami terkadang merasa sangat kesedihan dan kesepian diantara harta yang begitu banyak. Banyak orang kaya yang hidupnya tidak bahagia atau istilahnya Wealth but sad syndrome. Karena kebanyakan dari kami tidak mendapatkan apa yang disebut dengan empati, kasih dan kejujuran.

Banyak kemunafikan yang kami dapatkan dari orang-orang disekeliling kami. Coba lihat saja Kakakku, bagaimana Ia harus berjuang keras untuk mendapatkan cinta Kakak Putri Alena. Ia bahkan hampir sampai mau mengorbankan nyawanya sendiri."

"Kakakmu itu memang Orang yang luar biasa. Ia adalah tipe orang yang berjuang untuk mendapatkan cintanya. Lalu bagaimana denganmu? Aku dengar Kau akan menikah bulan depan?" Tanya Cynthia.

Pangeran Thalal tertawa ironi," Ah...ha..ha..ha.. Kamu tahu tentang hal itu. Di Azura memang benar, Dinding saja memiliki telinga"

"Apa kamu tidak punya seseorang yang Kamu cintai seperti Kakakmu? atau Kau akan menikahi wanita yang dijodohkan langsung oleh orang tuamu?" Cynthia bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.

Pangeran Thalal terdiam. Ia malah menatap Cynthia dengan lembut. "Apakah Kamu tahu? Kamu adalah wanita pertama yang berhasil menarik hatiku. Aku tidak tahu apakah ini perasaan suka, kagum atau cinta. Aku masih harus meyakinkan dulu perasaanku"

Wajah Cynthia benar-benar merah padam. "Memangnya kalau sudah yakin kau mau apa?"

Pangeran Thalal kembali terdiam. Ia memutar otaknya dengan keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan Cynthia yang sangat bermakna bahwa kalau seandainya Dia mencintai Cynthia, Apakah Ia akan berjuang sebagaimana kakaknya berjuang untuk mendapatkan cinta Alena.

Akhirnya Pangeran Thalal menjawab, "Kalau seandainya perasaan ini cinta maka mungkin Aku akan berjuang juga untuk mendapatkanmu"

"Aku lega Kau mengatakan bahwa kalimatmu adalah pernyataan tentang suatu kemungkinan dan bukan suatu kebenaran." Cynthia berkata sambil mencibir.

Membuat Pangeran Thalal menjadi salah tingkah. "Eh maksud Aku bukanlah seperti itu"

"Ah.. sudahlah Pangeran Thalal, Jangan terlalu banyak berpikir. Lagipula mustahil bagi kita untuk saling mencintai. Bukankah jurang perbedaan diantara kita lebih lebar dari pada antara Alena dan Nizam. Lagipula Kamu harus tahu. Aku bukanlah Alena yang masih virgin dari ujung rambut sampai ujung kaki ketika Ia berjumpa dengan Nizam.

Sedangkan Aku sudah kehilangan kesucianku sejak Aku SMA. Jadi Aku tidak ingin membahayakan nyawaku sendiri apabila Aku harus menjalani perayaan malam kesucian denganmu" Cynthia berkata dengan wajah dan suara dingin. Ia tidak memperdulikan wajah Pangeran Thalal yang pucat pasi karena Cynthia yang begitu berterus terang.

avataravatar
Next chapter