1 PROLOG

Mirae jasmine, begitulah orang-orang biasa memanggil gadis cantik dengan senyumannya yang sangat manis itu. Seorang gadis berkemampuan khusus yang bisa melihat makhluk tak kasat mata disekitarnya, kemampuan ini Mirae dapatkan dari sang ayah yang merupakan seorang dukun.

Setiap malam, apalagi bulan purnama. Selalu saja ada roh jahat yang menganggu gadis ini untuk merebut jiwanya, bahkan bukan hanya sekali Mirae hampir celaka karna sosok tak kasat mata itu. Mungkin sudah berkali-kali, dari mulai penyamaran menjadi kedua orang tuannya serta hal-hal mistis lain yang membuat gadis ini terlena. Oleh karena itu sang ayah selalu berusaha untuk melindungi putri semata wayangnya dengan jimat bahkan mantra pengusir roh jahat, dengan tujuan menyelamatkan Mirae dari kematian yang setiap saat selalu menghantuinya.

Ketika gadis ini berumur 12 tahun, Mirae pernah meminta kepada sang ayah untuk menutup mata batin yang sudah terbuka sejak masih kecil itu. Namun dengan berbagai cara pun tidak bisa dilakukan, karena menurut sang ayah kemampuan yang dimiliki putrinya ini sangat istimewa. Oleh karena itu tidak sembarangan orang bisa menutupnya dengan sengaja. Jadi mau tidak mau Mirae harus bisa menerima semuanya dengan lapang dada, menjalani kehidupan aneh ini dengan senyuman manis yang selalu terpancar indah dari wajahnya.

"Mirae, ayah harap kau bisa menyembunyikan kemampuan mu itu dari siapa pun. Dan ingat dimana pun kau berada fokuslah! jangan sampai roh jahat itu masuk kemudian mengendalikan tubuhmu. Beberapa kertas mantra sudah ayah lipat dan selipkan ke dalam barang yang selalu kau bawa setiap hari, jadi berhati-hatilah,"

Lelaki paruh baya itu terus mengomel kepada putrinya, padahal umur Mirae sekarang sudah menginjak 25 tahun. Dan dia sudah mulai paham dengan kondisi tubuhnya sendiri, namun tetap saja sebagai seorang yang sangat menyayangi anaknya. Brimo tidak ingin sampai hal buruk menimpa Mirae lagi.

"Ayah jangan berlebihan seperti itu, aku ini sudah cukup dewasa dan bisa mengurus diriku sendiri. Jadi jaga ibu baik-baik dirumah, dan ingat jangan mengunjungi ku terlalu sering! karena kedatangan ayah hanya akan membuat aku tidak fokus menulis!" ucap gadis itu kepada ayahnya.

Sang ibu yang baru saja keluar dari rumah, membawakan putrinya beberapa bungkus makanan. Mungkin tidak terlalu mewah, namun bisa dia simpan dan makan dalam beberapa hari ke depan.

"Jaga dirimu Mirae, jika sudah sampai dirumah yang kau tempati itu segera hubungi ibu. Ingat! berhati-hatilah dengan lelaki hidung belang, karena mereka bisa saja membunuh tanpa menyentuh!" ucap wanita paruh baya itu.

Mirae hanya mengangguk, kedua orang tuanya memang selalu begini setiap saat. Mereka sangat mengkhawatirkan putrinya terlalu berlebihan, sehingga untuk berkencan saja Mirae tidak bisa melakukannya. Gadis ini menghabiskan hampir seluruh masa mudanya menjadi seorang penulis cerita horor, karena dengan begitu dia bisa mendapatkan uang menggunakan kemampuan yang Mirae miliki.

"Nona, apakah ini rumah yang akan anda tempati?"

Seorang supir taksi yang mengantarkan Mirae kerumah yang sudah dia sewa beberapa minggu lalu dibuat terkejut, terlebih karena yang dia tahu jika kawasan ini sangat terkesan angker. Beberapa warga sering melihat menampakan makhluk tak kasat mata penghuni rumah kecil yang sudah kusam ini.

"Memangnya kenapa pak? rumah ini murah sekali untuk saya sewa selama beberapa bulan. Dan juga sangat cocok untuk dijadikan objek cerita yang sedang kerjakan," jawab gadis itu antusias.

"Tapi sebaiknya Nona berhati-hati, karena yang saya dengar banyak sekali hantu penghuni rumah ini," ucap supir taksi itu dengan wajah yang ketakutan.

Mirae membalasnya dengan senyuman kecil, untuk apa dia takut dengan hantu? karena selama ini sudah banyak makhluk-makhluk aneh dan menyeramkan yang sering dia lihat setiap hari. Jadi untuk hal seperti ini, mungkin tidak akan menjadi masalah besar. Selama dia tidak bertemu dengan para roh jahat yang bisa membahayakan nyawanya sendiri.

"Baiklah Mirae! sekarang ayo kita mulai menulis cerita horor yang sangat menyeramkan!"

avataravatar
Next chapter