4 4. Perjalanan Jauh untuk Cita-Cita

2 bulan kemudian.....

Tut tut tuuuut..... Jesss Jesss....

Suara kereta api melaju diatas relnya melewati pemandangan di samping kanan dan kirinya berupa hamparan sawah yang menghijau sedang langit yang biru cerah berlatar belakang gunung dan jauh disana.....

Indah benar lukisan yang Maha Kuasa....

Farah memandang jauh di luar jendela kereta tempat dia duduk. Sedang Pak Handoko, Ayah Farah duduk disampingnya sepertinya menikmati perjalanan dengan tidurnya.

Farah diam merenung dan melamun...

Akhirnya dia jadi kuliah juga. Yach kuliah bukan bekerja seperti yang dipikirkannya sebelumnya. Dan memang dia berhasil diterima di sebuah Universitas Negeri terkenal di Kotanya dan di jurusan yang dia inginkan. Sungguh Farah bersyukur atas karunia Tuhan kepadanya terlebih dia juga mendapatkan beasiswa untuk biaya pendidikannya nanti. Yach walaupun bukan beasiswa penuh tetapi baginya cukup melegakan dan mensyukurinya karena tentu saja hal itu cukup meringankan beban dari orang tuanya. Farah menyadari orang tuanya rela berjuang banting tulang untuk membiayai kuliahnya ini. Dan hal itu membuatnya berjanji dan bertekad untuk bersungguh-sungguh menempuh pendidikannya nanti.

Dan tak terasa kereta sudah sampai di stasiun yang mereka tuju.

Farah dan Pak Handoko pun bersiap-siap turun dengan membawa barang bawaan mereka yang begitu banyak...

Sebuah ransel dengan isi penuh segera bertengger di punggung Farah, berat????? Ya iyalah berat serasa lebih berat daripada ransel para tentara yang mau berangkat latihan perang aja he he.... Belum lagi di tangan kirinya ada banyak tas jinjing yang berisi oleh-oleh untuk keluarga Pak Dhe nya, biasa jajanan khas kampungnya....

Hadewwww... kelihatan repot banget....

Sedangkan Pak Handoko pun juga tidak lebih ringan yang dibawanya sebuah koper besar yang berisi pakaian dan buku-buku serta perlengkapan Farah....

Membayangkan begitu banyaknya barang yang dibawa Pak Handoko dan Farah seakan melihat orang yang mau pindahan rumah..... Ya iyalah pindahan kan memang Farah mau pindah ke rumah Pak Dhe Santosa untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah.....

Membayangkan itu Farah sudah merasa rindu rumahnya di kampung rindu bercengkrama dengan Ayahnya, Ibunya dan Adiknya dan.....

"Aduuuuuuh...!!!!!!!!!!"....

Braaaaak..... Bruuuuuk...

GELAP.....

Karena asyik melamun tanpa disadari Farah sepertinya menabrak tembok yang besar dan kokoh. Sehingga membuat dirinya terpental ke belakang serta tas jinjing yang begitu banyaknya dia pegang berhamburan entah kemana.

Seketika dia sadar ternyata.....

Wadow..... dia jadi pusat perhatian orang-orang di stasiun itu.....

Ihh..... maluuuuuuuuu....

Dan dengan tergopoh-gopoh Pak Handoko menghampirinya "Farah, kamu ndak pa pa kan. Ada yang sakit????

Farah menggeleng setelah memastikan Farah tidak apa-apa, Pak Handoko segera berdiri dan.....

"Waduh, maafkan Putri Bapak ya Nak, gak tahu tadi dia melamun atau kenapa sampai ndak lihat ada orang di depannya..."

Seketika Farah sadar dan berdiri diam terpaku setelah menyadari bahwa ternyata bukan tembok raksasa yang dia tabrak tapi seorang pria yang sekarang berdiri diam menatapnya dengan pandangan tajam menusuk dan dingin.....

Hiiiiii... tatapan itu membuat Farah nyaris membeku dan bergidik ngeri....

"Ayo Farah kamu harus minta maaf. Kamu yang salah karena jalan ndak lihat-lihat! " ujar Pak Handoko meminta Farah meminta maaf kepada pria yang barusan dia tabrak.....

"Maaaaaaaaf..... " ucap Farah merasa bersalah.....

"Ya" ucap pria itu sambil lalu.....

Ishhhhhhhhhh.....

Sombong amat tuh orang pikir Farah!!!!!

avataravatar
Next chapter