14 Janjian Kencan

Alex melirik Dewi sekilas. Kali ini tatapan mereka saling bertemu, Alex berusaha menahan diri untuk tidak memalingkan muka. Alex menatap Dewi tajam, berusaha untuk memasuki relung hatinya. Mencari secerah harapan akan adanya benih suka dalam diri Dewi. Alex berusaha menahan debaran dadanya... Duh gokil juga nich. Baru kali ini sekencang ini deg degannya. Kayak sakit jantung debarannya keras tapi suka banget. Eeh...akhirnya dewi memalingkan mukanya dan tersipu malu. Alex masih menatap Dewi ...semoga....semburat merah di wajahmu menandakan adanya perasaan khusus dirimu padaku. Alex tersenyum menatap Dewi.

Dewi merasa seakan ada seseorang menatap dirinya. Saat melihat ke samping dewi melihat Alex sedang menatapnya dengan tajam. Tapi tatapan mata Alex kali ini terlihat berbeda. Dewi terhanyut dalam tatapan mata Alex. Entah berapa lama Dewi terdiam seakan waktu berlalu begitu saja. Hanya bisa merasakan debaran dadanya. Alex seperti perlahan memasuki relung hatinya yang berusaha Dewi tutup selama ini. Oh Tuhan.. tolonglah aku. Entah perasaan apa ini yang mulai tumbuh di hati ini. Dewi tersadar dan wajahnya memerah seketika dan bergegas memalingkan muka. Berusaha menghindari rasa gugup dan salah tingkah yang tiba tiba hinggap dan datang

Bel kampus berbunyi. Keduanya tersentak kaget... Hampir satu mata pelajaran mereka sama sekali tidak konsentrasi dengan materi yang dibawakan dosen. Suara gaduh seketika menggelora dalam ruang kelas. Mahasiswi berbondong membereskan buku buku dan bergegas meninggalkan ruangan. Alex menggigit bibirnya berusaha menguatkan dirinya tuk memulai pembicaraan. Dewi pun bergegas meninggalkan kelas. Saat Dewi hendak beranjak berdiri dari bangkunya tangan Alex menggenggam erat pergelangan tangannya. Dewi tersentak kaget. Menoleh ke arah Alex dan berusaha mencari jawaban maksud sikap Alex.

Alex menatap Dewi sebentar.

"Eh... Besok pertandingan basket antar jurusan. Kamu mau datang ke acara pertandingan basket besok jam 3 sore...?" Tanya Alex.

" Lhoo... Apa ini..? Tumben Alex memegang tangannya dan mengajaknya mengobrol." Dewi tersenyum.

"Ada angin apa yaa kok jadi ngajak nonton basket...? Tanya dewi.

Alex tersenyum. "Yaah namanya juga teman sebangku dan teman satu kelompok. Masak gak pernah main bareng ..? Minimal kerja kelompok bareng. " Sahut Alex berusaha cuek.

"Oh gitu yaa..." Dewi menjawab singkat.

Lalu kembali duduk di sebelah Alex.

"Lawan jurusan bisnis yaaa...?" Tanya dewi.

"Gitu deehh " jawab Alex.

"Dukung kita yaa...? Minimal kasih support teriakan yang kencang buat kita kita."

" Ha..ha..ahaa.." Dewi tertawa lepas.

"Aku gak bisa teriak kencang." Jawab Dewi.

"Tuh tadi ketawanya lumayan kencang " goda Alex.

Dewi tersipu malu.

" Dassarr.. ngeledek yaaa ... Nich rasakan."

Dewi tiba tiba memukul bahu alex pelan. Alex menangkis dengan lengannya.

" Eeehhh... Kok main kasar sich. Ini mah kdrt." Sahut Alex.

" Yeeeyy.. mang dah nikah apa." Balas Dewi.

"Kan Nantiii" jawab Alex pelan.

"Ehh...." Dewi seketika menghentikan tangannya.

Dia menatap Alex seolah tak percaya dengan pendengarannya.

"Apa...? Kok jadi gr gini yaa." Dewi tersipu malu.

Alex cuman asyik menatap Dewi yang sedang tersipu malu.

"Nanti setelah pertandingan basket kita mulai kerja kelompok. Aku dah longgar latihannya." Sahut Alex.

" Ok deh... Janjian kapan enaknya." Dewi mengangguk pelan.

"Hari sabtu kayaknya gak ada mata kuliah. Ketemuan di perpustakaan aja atau di pameran lukisan. Buat diskusi dan cari inspirasi. Balas Alex. Aku ada lukisan yang mau dijual di sana. Lumayan buat nambah uang jajan." sahut Alex.

" Eeh kamu bisa melukis yaa...? Tanya dewi antusias.

"Bisa.... Tapi belum mahir banget.masih belajar" balas Alex.

"Hmmm... Menarik banyak hal yang tidak kuketahui dari Alex. Gak nyangka tampang ganteng ada bakat melukis rupanya." Sahut Dewi tersenyum.

Alex menatap Dewi cepat. "Ganteng...?? " Tanya Alex.

"Eeehhh..." Muka Dewi seketika memerah.

"Oh my God.... Barusan gue bilang ganteng ke dia. Kyaaaa....!!!! Maluuu banget."

Muka Dewi memerah seketika.

Alex Cuman tersipu sambil menahan senyumnya. Jaim Broo.... Gak nyangka bakal dibilang ganteng sama Dewi. Kalau dah jadi pacar, dah ku kecup pipinya. Eh.. sosor aja deh bibirnya. Eeehhh kok mikirnya jauh banget. Alex langsung menutup bibirnya. Aduh... Kenapa jadi mikir halusinasi terus.

"He..he .. serius nich gue ganteng...?!" Tanya Alex.

Dewi menundukkan mukanya.

"Ha..ha... Semua cewek banyak kok yang suka ngomongin kamu. " Jawab Dewi berdalih.

"Besok datang yaaa ke pertandingan basket..?" Tanya Alex.

Dewi terdiam.

"Iya aku pasti datang. Tapi Sabtu jadi kan kita ketemuan di perpustakaan kampus tuk kerja kelompok....?" Dewi balas tanya.

Alex tersenyum.

"Jadi dong. Kita kan gak pernah jalan bareng."

Deg... Pertama kali jalan bareng Alex. Bisa dibilang kencan kah...? Dewi terdiam.

Yaa.. Tuhan, kenapa selalu berfikir ke arah kencan. Aku kan sudah punya pacar. Sadarlah Dewi...

"Jangan lupa kasih support teriakan yang kencang. Biar semangat mainnya." Sahut Alex.

" Iya..pasti kok aku support. "Jawab Dewi.

"Aku pergi dulu yaaa. Daaag..Alex... Semangat yaa pas pertandingan basket nanti."

" Iya... Pasti semangat kok. Kalau kamu ikutan nonton." Balas Alex.

Dewi bergegas beranjak keluar kelas. Namun perasaannya menjadi campur aduk gak karuan. Dengan jantungnya berdetak lebih kencang. Ucapan Alex barusan bikin Dewi tersipu malu. Dia tak ingin Alex melihat wajahnya memerah karena malu.

Semoga.... Semoga... Aku tidak salah paham. Dewi berkata dalam hati.

Alex menatap Dewi yang bergegas keluar kelas. Semburat merah di wajah Dewi masih teringat jelas di pikirannya. Seharusnya dari dulu aku bertindak sejauh ini. Semoga masih ada harapan. Batin Alex.

avataravatar
Next chapter