4 Kecelakaan.

                   Di depan gerbang sekolah, terlihat para siswi bergerombol saat jam pulang, mereka mengagumi sosok lelaki yang kini berdiri di samping mobil lamborghini berwarna merah mengkilap. Sosok lelaki dewasa berparas bak seorang pangeran, dengan setelan jas berwarna hitam seperti sedang menunggu seseorang disana. 

Pria tersebut melangkah mendekati para siswi yang kini masih ricuh karena ketampanannya.

"Apakah kalian mengenal Echa ?" Tanya pria itu.

"Echa ? Echa siapa ?" Kata salah satu siswi yang sepertinya tidak mengenal nama tersebut.

"Echa dari kelas 11C mungkin," sahut siswi lainnya.

"Echa yang cantik itu ?" 

"Iya. Itu loh yang pendiam dan kayak gak punya teman," 

"Si bodoh itu ?"

"Mungkin," 

"Coba deh tanyain Echa yang mana, soal nya di sekolah ini banyak yang nama nya Echa," 

"Kalo boleh tau, Echa yang mana ya  ?" Tanya salah satu siswi pada pria tadi, untuk memastikan nya. 

"Echa, eem nama lengkapnya Michayla putri,"

"Oh bener, Echa si pendiam itu, panggilkan sana," perintah salah satu dari mereka.

"Eh itu dia dah muncul," Belum sempat mereka memanggilnya, gadis bernama Echa itupun terlihat keluar dari gerbang sekolah.

Nathan tersenyum manis, dan melambaikan tangan nya ke arah gadis cantik itu.

"Ayo pulang," Sembari membukakan pintu mobilnya untuk Echa.

Dengan wajah malas, Echa memasuki mobil tersebut. Dan tak lama kemudian mobilpun melaju meninggalkan sekolah dan segerbolan siswi yang masih mengamati orang-orang yang ada di dalam mobil itu.

"Besok gak perlu jemput aku," ujar Echa dengan nada datar di sertai wajah nya yang selalu tanpa ekspresi.

"Bicaralah dengan Papamu, jika dia mengizinkan, maka aku tidak akan menjemputmu lagi," ucap Nathan yang kini juga tak kalah datarnya.

"Berhenti di depan, aku ada urusan," 

"Urusan apa ?"

"Kau tidak perlu tau,"

"Tidur dengan pacarmu ?" ucap Nathan se enak nya disertai senyum miring.

"Kok tau ?" jawab Echa santai dan masih tanpa ekspresi.

"Kemarin kau sendiri yang bilang, jika kamu adalah gadis yang sudah rusak," 

"Aaaa rupanya kau mendengarnya,"

"Sudah berapa pria yang tidur denganmu ?"

"Kamu tidak perlu tau,"

"Baiklah. Kalau begitu, tidurlah denganku, aku akan memberikan semua yang kau mau,"

Mendengar ucapan Nathan, membuat Echa tersenyum sinis.

"Bagaimana ?" 

"Hentikan mobilnya !" ucap Echa, yang kemudian mobilpun berhenti tepat di pinggir jalan raya. Echa segera turun dan melangkah pergi, Nathan masih mengamati sosok remaja yang kini masih mengenakan seragam sekolahnya menghilang di sebuah gang di depan sana. 

"Dasar gadis nakal," Ucapnya yang kemudian meraih ponsel dari saku celana nya.

"Ikuti gadis itu !" kata Nathan pada seseorang di dalam telfon itu.

"Baik Tuan." 

Pria tersebut kembali melajukan mobilnya, dan menuju ke arah sebuah apartemen tempat ia tinggal.

               Sesampainya di sebuah apartemen, ia segera melepas lelah dengan merendam diri di dalam air hangat. Tak lama ia berendam tiba-tiba ponsel yang ia simpan di sebelah bathtub berdering, ia pun meraihnya, dan memeriksa beberapa pesan masuk disana. 

               Beberapa foto di kirim oleh seseorang yang tadi ia perintah untuk mengikuti Echa. 

               Di dalam foto itu terlihat, Echa bersama seorang pemuda memasuki sebuah kost san. Di bawah foto-foto tersebut, pesuruh itu menuliskan sebuah chat yang berisikan,

[Setelah bertanya kepada orang yang tinggal dekat dengan kosan tersebut, ternyata gadis itu sering mengunjungi dan menginap disana Tuan.]

"Menarik." Nathan tersenyum miring.

______________________

"Kemana saja semalaman kok tidak pulang ?" bentak Arka pada putri nya yang baru saja memasuki rumah bak istana tersebut.

"Menginap di rumah teman," jawab Echa kelewat santai.

"Kalo mau nginap di rumah teman harus izin orang tua dulu, jangan se enak nya gitu. Ingat ! Kamu itu seorang perempuan, harus bisa menjaga diri dan kehormatan !" 

"Huuufff, aku lelah, aku mau istirahat." 

"Echa," panggilan sang Ayah menghentikan gadis itu yang hendak melangkah menuju kamarnya.

"Hari ini Papa sama Mama mau ke luar kota, kita hendak menemui Nenek mu, jangan keluyuran meskipun sekarang hari libur !" 

"Oke." 

Setelah mendengar kan sang Ayah berceramah, gadis itu kembali melangkah menaiki anak tangga yang tadi sempat tertunda karena panggilan ayah nya.

                Sesampai nya di kamar, Echa segera menghempaskan tubuh mungil nya di atas Spring bed, tak lama kemudian iapun terlelap tidur dengan pulas.

                  Dor Dor Dor....

Suara pintu di gedor-gedor oleh seorang ART di rumah itu, sembari memanggil-manggil nama Nona muda nya yang kini masih terlelap dalam tidur nya.

"Non, Non Echa, bangun Non," 

Gadis itu terbangun, dan mulai beranjak dari tidur nya dengan langkah sempoyongan karena masih mengantuk.

"Ada apa Bi ?" Tanya nya saat sudah membuka pintu kamar nya, dan mendapati ART itu dengan wajah panik.

"Itu Non, Nyonya dan Tuan kecelakaan," 

"Hah ?" Mendengar kata-kata pembantunya, membuat Echa seketika kehilangan rasa kantuk nya.

"Nona cepat segera ke rumah sakit."

"Ah, iya," 

Echa berlari menuju parkiran mobil, dan segera meminta Pak supir untuk mengantar dirinya ke rumah sakit.

                Sesampai nya di tempat tujuan, ia telah mendapati sang Ayah tertutupi sebuah selimut putih di seluruh tubuh nya, tak terasa sebuah cairan bening menetes dari pelupuk matanya yang sayu, ada rasa penyesalan di dalam dirinya. Meskipun Echa adalah gadis pembangkang yang sangat membenci sang Ayah karena sebuah perselingkuhan di kala itu. Namun, tidak dapat di pungkiri, bahwa bagaimana pun, dia tetap Ayah nya yang telah membesarkan diri nya. 

"Papa, apakah Papa juga pergi meninggalkan ku ? Sama seperti Mama waktu itu yang juga pergi meninggalku ?" ucap Echa lirih di sela-sela tangis nya yang tertahan.

                Di samping mayat Arka, terdapat mayat istrinya, yang tak lain adalah Grace, yang kini juga meninggal karena kecelakaan tersebut. Disana, terlihat Nathan yang kini juga bersedih atas kepergian Ibunya. Namun, dia menahan kesedihan itu, agar tak begitu terlihat. Rasa benci nya masih terlukis permanen di dalam dirinya, ia masih mengingat jelas, bagaimana Ibu nya itu mencampakkan sang Ayah yang tengah sakit parah, dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dengan mengkomsumsi obat-obatan secara berlebihan, karena rasa frustasi atas perselingkuhan di kala itu.

"Kenapa kalian harus mati begitu cepat, sebelum aku sempat membalaskan dendam itu. Arka, kau yang telah membuat keluargaku hancur, kau mencuri Ibuku dari Ayahku, ku pastikan, kau tak akan tenang di alam sana, karena aku akan membuatmu melihat bagaimana aku menyiksa hidup putrimu !" ujar Nathan di dalam batin nya yang di selimuti rasa dendam.

Mata tajam yang kini sudah merah menyala, menatap sinis ke arah gadis remaja yang kini masih menangis di samping mayat ayah nya.

                

           

To Be Continued...

avataravatar
Next chapter