21 KAMU TIDAK DIIZINKAN MENOLAK APAPUN YANG AKU BERIKAN PADAMU. KARENA SEMUA YANG AKU MILIKI KINI JUGA MENJADI MILIKMU

Gina langsung terlelap setelah mengkonsumsi obat penenang. Yudha masuk ke dalam kamar dan mendekati tas Gina. Dia mengambil botol obat yang tadi diminum oleh istrinya itu

"Ini obat apa? Apa kamu sakit? Sebenarnya kamu sakit apa?" gumam Yudha sambil menatap botol obat ditangannya dan sesekali menoleh pada Gina.

"Aku harus bertanya pada Dion, agar aku tahu jawaban yang sebenarnya. Aku tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi padamu. Akan kulakukan apapun untuk selalu menjaga dan melindungi mu. Aku tidak ingin lagi merasakan sakitnya kehilangan"

Tatapan Yudha yang kini duduk disebelah Gina terlihat dingin. Yudha terus menatap Gina yang sedang tidur . Bahkan tanpa Yudha sadari dia telah menatap Gina semalaman

" Hoaaamm, kamu sudah bangun?" kata Gina ketika dia membuka mata dan melihat Yudha sedang memandanginya

"Hmm, apa tidurmu nyenyak?"

"Iya aku tidur sangat nyenyak" jawab Gina sambil menganggukkan kepala

"Apa kamu baik - baik saja?" tanya Yudha sambil mengelus lembut kepalanya

"Aku baik - baik saja. Kenapa?"

Gina memandangi Yudha heran

"Tidak apa - apa, aku hanya memastikan takut kamu kelelahan"

Yudha tersenyum lembut kepadanya

"Ya sudah aku mandi lebih dulu"

Yudha beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi

"Biar aku siapkan dulu air untuk mandimu"

"Tidak usah aku saja, kamu siapkan saja baju kerja untukku" jawab Yudha sambil berlalu ke kamar mandi dan Gina hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Diapun berjalan menuju lemari pakaian mereka untuk memilih baju yang akan dia kenakan, juga memilihkan baju untuk Yudha kenakan. Cukup lama dia berdiri di depan lemari dan memilih pakaian.

"Kira -kira baju apa yang akan dia kenakan ya? Hmm, apa setelan abu ini? Hmm, dasinya hitam saja, kemeja, eh hampir semuanya kemeja putih dan hitam. Apa dia tidak suka kemeja warna lain?"

Tanpa dia sadari Yudha telah berdiri dibelakangnya dan memeluk pinggangnya

"Ahh"

Gina terkejut dan langsung menoleh kebelakang

"Apa kamu hantu yang bisa melayang? Bagaimana bisa kamu berjalan tanpa mengeluarkan suara?"

"Itu karena kamu terlalu fokus memilih pakaian untukku. Pilih saja pakaian apapun. Ini pakaian yang biasa aku pakai. Jadi kamu mau pilihkan yang manapun pasti akan tetap aku pakai"

"Aku hanya ingin menyerasikan apa yang kamu pakai. Tidak mungkin aku asal memilih pakaian untukmu! Apa kata karyawanmu nanti kalau kamu memakai pakaian yang tidak sesuai?"

"Baiklah terserah kamu saja. Apa sudah selesai memilihnya? Aku sudah menyiapkan air untukmu mandi. Cepatlah mandi dan kita sarapan bersama terlebih dulu"

"Baiklah aku akan mandi, kamu bisa turun terlebih dahulu untuk sarapan. Aku yakin bi Ani telah selesai menyiapkan sarapan untuk kita"

Yudha menganggukkan kepala dan Gina berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai bersiap Yudha menghubungi Dion untuk menanyakan perihal obat yang diminum Gina semalam

Tuut tuut tuut

"Halo Yudha. Ada apa kamu menghubungiku pagi - pagi begini? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Dion langsung bertanya ketika dia menerima telepon dari Yudha

"Tidak ada. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu. Apa kita bisa bertemu hari ini?" Yudha menjawab dengan suara khasnya yang datar

"Tentu. Kamu bisa datang ke klinikku atau kita bertemu di luar saja?"

"Kalau begitu aku akan datang ke klinikmu setelah mengantar Gina ke kantor"

"Baiklah. akan aku tunggu"

Panggilan telepon pun diakhiri. Yudha duduk di kursi meja makan dengan secangkir kopi dan surat kabar dihadapannya. Ya kebiasaan Yudha pada pagi hari adalah membaca surat kabar sebelum dia berangkat ke kantor

"Bi Ani, Lina!"

Yudha memanggil kedua asisten rumah tangganya untuk menghadap padanya

"Iya tuan!"

Bi Ani dan Lina bergegas mendekati Yudha ketika terdengar panggilan darinya

"Kalian bisa kembali pada jadwal kerja kalian sebelumnya. Kalian cukup membersihkan rumah ini ketika tidak ada kami. Aku akan memanggil kalian jika kami membutuhkan bantuan dari kalian. Lagipula aku dan Gina akan sibuk kerja seperti sebelumnya"

"Tapi tuan untuk makan tuan dan nyonya"

"Kalian tenang saja. Kami bisa mengurus itu. Kalian cukup mengurusi rumah ini saja. yang lainnya biar kami urus sendiri"

"Baik tuan kami mengerti"

Gina yang telah selesai mandi dan telah rapi dengan setelan kerjanya berjalan menuruni tangga dan mendekat ke arah meja makan tak lama setelah Yudha bicara dengan kedua asisten rumah tangganya.

"Selamat pagi nyonya!" sapa bi Ani dan Lina kepada Gina

"Selamat pagi"

Mereka mengambilkan roti untuk sarapan Gina juga susu untuknya

"Setelah mengantarmu, aku akan menemui temanku sebentar" kata Yudha setelah Gina duduk di dekatnya

"Kalau begitu, biar aku membawa mobilku sendiri saja jadi kamu tidak perlu repot - repot mengantarku terlebih dahulu"

"Hmnm, mobilmu ya. Untuk sementara kamu bisa gunakan salah satu mobil yang ada di garasi. Nanti kita bisa membeli mobil yang sesuai dengan keinginan mu"

Dahi Gina mengernyit setelah mendengar perkataan Yudha

"Aku sudah punya mobil sendiri. Tidak perlu membeli mobil baru"

"Mobil itu sudah terlalu tua. Sama sekali tidak cocok denganmu"

"Hei, itu mobil aku beli sendiri. Dan baru selesai aku lunasi setelah 2 tahun mencicilnya" jawab Gina yang tidak terima dengan sikap Yudha yang seenaknya

"Sayang, apa kamu lupa? Sekarang kamu adalah nyonya dirumah ini, istri dari Yudha Arya Kusuma. Aku tidak akan membiarkan istri yang baru saja aku nikahi merasa kekurangan. Aku pernah mengatakan padamu bahwa aku bisa mencukupi semua kebutuhan mu"

Yudha bicara dengan begitu santai kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari dompetnya

"Kamu gunakan ini untuk sementara, nanti akan aku buatkan atas namamu sendiri"

Gina tercengang melihat kartu kredit yang diberikan Yudha padanya

"Aku sama sekali tidak membutuhkan kartu kredit"

"Kamu tidak diizinkan menolak apapun yang aku berikan padamu. Karena semua yang aku miliki kini juga menjadi milikmu"

Gina terus menatap kartu kredit visa infinite yang kini ada ditangannya. Kartu kredit jenis ini tidak dikeluarkan untuk umum. Ini hanya bisa dimiliki oleh sebagian orang saja yang memiliki aset lebih dari US$100.000 dalam bentuk cash.

"Seberapa kaya dia hingga memiliki kartu kredit tanpa limit seperti ini? Ya sebenarnya tidak heran juga karena dia berasal dari keluarga Kusuma. Tapi apa aku juga harus menerima semua yang dia berikan?"

avataravatar
Next chapter