39 KAMU CUKUP MELIHAT BEKAS LUKA INI SEBAGAI BAGIAN AKHIR DARI KESEDIHANMU

Keesokan paginya Gina bangun pada jam seperti biasa, dia telah mencoba agar bisa bangun lebih pagi dari sang suami. Namun tetap saja Yudha yang selalu bangun lebih dulu

"Selamat pagi sayang" sapa Yudha ketika melihat sang istri mulai membuka matanya

"Selamat pagi. Apa kamu tidak pernah tidur? Kenapa selalu kamu yang lebih dulu bangun padahal aku sudah memasang alarm untukku agar bangun lebih awal dari mu"

Gina mengeluh kepada Yudha sambil merapikan ikat rambutnya

"Untuk apa bangun pagi - pagi. Lagipula tidak masalah kamu bangun pagi atau sedikit siang. Tidak ada pengaruhnya sama sekali bagiku" jawab Yudha dengan entengnya

"Memang tidak berpengaruh, namun setidaknya sebagai istri aku bisa menyiapkan keperluanmu"

"Sayang, itu sama sekali bukan masalah penting. Lagipula kamu yang selalu menyiapkan sarapan meskipun aku yang bangun lebih pagi. Jadi,,, tidak perlu lagi mempermasalahkan ini. Oke?" jelas Yudha dengan sangat lembut

"Iya iya, aku tidak akan mempermasalahkan ini lagi. Sayang, jam berapa pestanya akan dimulai? Sepertinya Hendri sangat sibuk mempersiapkan acara ini, sampai kita tidak melihatnya selama beberapa hari"

Gina mengalihkan pembicaraan mereka, namun Yudha cukup terkejut hingga dia terdiam sesaat/ Bukan karen dia merasa cemburu karena Gina menanyakan Hendri tapi karena kata sayang yang Gina ucapkan. Itu membuat hati Yudha seakan melayang

"Sayang? Terdengar enak ditelinga" pikir Yudha sebelum menjawab pertanyaan Gina

"Pestanya akan dimulai sore hari. Jadi, kita memiliki banyak waktu untuk melakukan persiapan"

"Baiklah, kita bisa sedikit bersantai sebelum pesta nanti dimulai"

*****

Ditempat Riko, dia sedang menghubungi Siska untuk dapat hadir di acara Yudha bersama - sama

"Halo Siska, apa kamu bisa pergi denganku ke pesta yang dibuat perusahaan Kusuma?" tanya Riko begitu Siska menerima panggilannya

"Tentu saja, dan kebetulan sekali mereka juga mengundangku secara langsung" jawab Siska dengan nada suara yang lemah lembut

"Baguslah jika begitu. Aku akan kerumahmu nanti untuk menjemputmu"

"Iya Riko. Aku akan menunggumu. Sampai jumpa nanti"

Siska dan Riko mengakhiri panggilan mereka

"Apa Riko mengajakmu untuk datang bersama saat pesta?" tanya Riska begitu melihat putrinya telah selesai menelepon

"Tentu saja ma. Berita pertunangan kami telah tersebar luas. Tidak mungkin kalau dia akan datang sendirian ke pesta" Siska menjawab dengan nada bicara yang sangat sombong

"Ma, aku harus pergi ke salon terlebih dahulu sebelu nanti Riko datang kemari menjemputku. muah muah" kata Siska sambil meraih tasnya dan mencium pipi kanan dan kiri ibunya

"Baiklah sayang. Hati - hati!"

"Iya, ma. Sampai nanti!"

Siska melambaikan tangan dan pergi meninggalkan ibunnya unruk melakukan persiapan di salon. Siska menghabiskan waktu lama untuk melakukan persiapan di salon hingga tanpa hari sudah siang

"Nona, sudah selesai. Anda terlihat sangat cantik sekali"

Pekerja salon memuji Siska setelah dia selesai mendandaninya. Sebenarnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya, karena Siska memang sudah terbiasa dengan polesan make up di wajahnya, hanya gaun yang ia kenakan saat ini saja yang terlihat berbeda

"Benarkah? Terimakasih atas pujiannya"

Siska tersenyum ceria setelah mendapat pujian dari pekerja salon. Kemudian Siska memberikan kartu kreditnya untuk membayar biaya salon.

"Ini kartu kredit anda nona. Terimakasih"

Pekerja salon memberikan kembali kartu kredit Siska setelah selesai melakukan transaksi

"Terimakasih kembali. Kalau begitu saya akan pergi sekarang. Saya bisa terlambat ke pesta nanti"

Siska berdiri dari duduknya dan beranjak pergi, keluar dari salon

"Baik nona. SIlahkan datang lagi!"

Teriak salah satu karyawan salon yang mengantarkan SIska hingga keluar dari salon. Siska kembali mengendarai mobilnya pulang ke rumah keluarga Atmaja. Disana sudah ada Riko yang menunggunya untuk bisa pergi ke acara pesta bersama

"Riko, apa kamu sudah lama menunggu?" tanya Siska begitu dia tiba dirumah dan melihat Riko sedang duduk di kursi di temani Budi, ayahnya

"Siska, kenapa kamu lama sekal? Riko telah menunggumu lama disini!" tanya Budi lembut kepada sang putri

"Maaf pa salonnya penuh, jadi aku harus menunggu hingga tiba giliranku. Maaf ya Riko." Siska berkata kepada Budi dengan wajah menyesal kemudian beralih pada Riko

"Tidak apa-apa. Lagipula kita masih punya waktu. Jadi tenang saja! Sayang kamu cantik sekali. Aku yakin kamu akan jadi wanita paling cantik di pesta nanti!"

Riko mengelus lembut pipi SIska. Kemudian memperhatikan penampilan Siska lalu memujinya

"Jangann bicara seperti itu, aku jadi malu. DIsana pasti banyak tamu dari kalangan selebriti dan juga pebisnis. Aku yakin akan ada banyak gadis cantik disana" Siska berkata dengan wajah tersipu malu kemudian menundukan kepala

"Tidak peduli seberapa cantik mereka, bagiku,, kamulah yang paling cantik"

Gombalan Riko membuat Siska semakin tersipu malu

"Sudah, hentikan kemesraan kalian. Cepat berangkat sekarang!" Budi menyela di antara mereka berdua

"Tapi pa, kapan papa kembali dari tugas?" Siska bertanya pada Budi dengan wajah ingin tahu

"Papa baru saja tiba. Papa tidak akan melewatkan hari penting putri papa ini" Budi berkata dengan penuh kasih sayang sambil sedikit mencubit hidung Siska.

Sikapnya ini tidak pernah ditunjukkan lagi pada Gina setelah Siska dan ibunya masuk ke rumah Atmaja

"Terimakasih pa. Aku dan Riko pergi dulu kami bisa terlambat hingga ke pesta"

"Baiklah, kalian berhati - hatilah"

"Iya, dah papa"

"Kami permisi om"

Siska dan Riko berangkat setalah Budi menganggukan kepala

*****

Gina dan Yudha juga sedang bersiap. Yudha memilihkan gaun berwarna biru muda untuk Gina pakai, namun ada satu masalah yang Gina hadapi dengan gaun itu. Modelnya yang menggunakan tali kecil di pundak menunjukkan bekas luka di bahu Gina. Yudha yang memperhatikan istrinya yang berdiri dihadapan cermin

"Ada apa sayang? KIta akan kepesta, tapi kenapa wajahmu justru terlihat tidak senang?" tanya Yudha yang berdiri di belakang Gina dengan kedua tangannya melingkar dibagia pinggang GIna

"Lihatlah bekas lukanya. Ini sama sekali menggangguku ketika mengenakan gaun. Sebaiknya aku memilih gaun lain"

Gina dengan wajah sedih menunjuk bekas luka dibahunya kemudian hendak berbalik dan mengganti gaun lain, tapi Yudha menahannya

"Kamu sangat cantik menggunakan gaun ini, jadi tidak perlu menggantinya. Aku sudah menyiapkan ini untuk menutupi bekas luka dibahumu"

Yudha berkata dengan sangat lembut kemudian dia mengambil sebuah bros berbentuk bunga besar yang warnanya senada dengan gaun Gina dan memasangkannya sendiri untuk menutupi bekas luka dibahu Gina

"Lihatlah, bekas luka dibahumu tidak terlihat lagi, jadi tidak perlu bersedih. Kamu cukup melihat bekas luka ini sebagai bagian akhir dari kesedihanmu. Karena kedepannya aku akan selalu berusaha membahagiakanmu dan melakukan yang terbaik untumu"

Kata - kata Yudha kembali membuat Gina luluh. DIa memeluk Yudha dan berkata dengan sangat lembut

"Terimakasih banyak suamiku"

avataravatar
Next chapter