23 GINA, KAMU HANYA TAMU DISINI DAN BUKAN LAGI BAGIAN DARI KELUARGA ATMAJA. KALI INI JANGAN BIARKAN DIRIMU DITINDAS!

Hari ini Gina terus saja melamun dikantornya. Dia memikirkan neneknya, Arin yang katanya telah kembali kemari

"Nenek telah kembali? Apa aku harus datang ke pestanya? Bagaimana ini? Jika aku tidak datang, nenek pasti akan tetap mencariku. Tapi jika aku datang ke pesta, disana pasti ada ayah. Ayah akan kembali memarahiku. Aku harus bagaimana? Ah Lebih baik aku pergi ke ruangan Yudha"

Gina yang kebingungan berdiri dari duduknya dan berjalan keluar menuju kantor Yudha yang berada di lantai atas. Semua mata karyawan lain menatap curiga pada Gina.

"*Lihatlah mba Gina. Untuk apa dia naik ke lantai atas, apa menurut kalian dia mau menggoda pak direktur?"

"Mungkin saja. Kita tidak tahu kan bagaimana sifat asli dia sebenarnya? Bisa saja dia itu ternyata seorang wanita penggoda"

"Kalian benar. Mungkin saja dia dapat jabatan sebagai manajer juga karena telah naik ranjang, dan apa kalian lihat kalau hari ini dia menggunakan mobil baru yang harganya sangat mahal? Tidak mungkin jika hanya seorang manajer bisa membeli mobil sport mahal sendiri. Apalagi kalau bukan wanita murahan?"

"Hahahahahahahahaha*"

Hampir semua karyawan saling berbisik dibelakang Gina. Namun Gina tetap melangkahkan kakinya menuju ruangan Yudha. Bukan karena dia tidak mendengar setiap perkataan mereka. Hanya saja, Gina tidak mau mempedulikan perkataan mereka. Itu sungguh merepotkan!

Tak lama Gina tiba diruang Yudha

Tok tok tok

"Masuk!"

Setelah mendengar suara Yudha Gina masuk kedalam ruangannya

Ceklek

Dilihatnya sang suami tengah duduk di kursi kebesarannya dan memeriksa dokumen yang menumpuk di atas meja. Bersama Hendri yang berdiri dihadapannya

"Apa kamu sedang sibuk?" tanya Gina sambil berjalan masuk

Hendri membalikkan badan mendengar suara Gina. Dia menyapa terlebih dahulu

"Nyonya. Saya permisi dulu tuan!"

Hendri berjalan hendak keluar setelah Yudha menganggukkan kepala. Yudha langsung berdiri dan berjalan mendekati sang istri yang telah duduk di sofa

"Ada apa? Kenapa kamu terlihat murung?" tanya Yudha dengan sebelah tangan membelai rambut Gina sebelum dia duduk di sebelahnya

"Tadi Siska datang menemuiku. Katanya malam ini akan diadakan pesta penyambutan untuk nenek Arin. Dia memintaku datang" Gina menjawab dengan menundukkan kepala dan suara yang terdengar lirih

"Apa kamu akan pergi?" tanya Yudha dengan suara yang lembut

"Entahlah. Jika aku pergi, aku takut kalau ayah akan memarahiku lagi. Tapi jika aku tidak pergi,,, nenek akan terus mencariku." Gina tertunduk sedih.

Ada kesedihan juga yang tiba - tiba dirasakan oleh Yudha. Dia belum lama menikah, bahkan belum lama juga mengenal Gina, namun dia merasakan hatinya telah lama dekat dengan sang istri. Dia ingin selali melindungi sang istri dan tidak membiarkan setetes air mata pun jatuh dari matanya

"Menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Gina yang menyadarkan Yudha dari lamunannya

"Hmm, aku tidak akan melarangmu. Jika kamu memang ingin pergi, aku bisa menemanimu"

Yudha menyarankan dengan senyum yang lembut namun Gina menolaknya dengan menggelengkan kepala

"Tidak, kamu tidak perlu ikut. Jika kamu ikut pergi kesana, maka aku tidak akan tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan. Mereka tentu akan bersikap baik padaku"

"Baiklah terserah padamu saja"

"Kalau begitu aku akan kembali keruanganku. Saat makan siang nanti aku akan keluar untuk mencari gaun pesta" kata Gina sambil berdiri

"Tidak perlu repot keluar. Nanti aku akan meminta seseorang mengirimkan sebuah gaun untuk kamu pakai di pesta nanti malam. Kamu ingin gaun seperti apa?"

"Terserah kamu saja. Tapi aku ingin gaun dengan warna gelap. Karena sepertinya badanku bertambah gemuk sekarang ini"

Gina menunduk dan memperhatikan pinggangnya sendiri. Yudha tersenyum mendengar perkataan sang istri dan berdiri mendekatinya

"Biar ku periksa pinggangmu! Benarkah kamu bertambah gemuk?"

"Aahh!!"

Yudha menggoda sang istri dengan menariknya ke dalam pelukannya

"Hmm, sepertinya sama saja. Pinggang mu masih tetap ramping seperti sebelumnya" katanya menggoda Gina dengan senyum yang menyejukkan

"Sudah. lepaskan! Bagaimana kalau nanti ada yang melihat?"

Gina berusaha melepas pelukan Yudha

"Biarkan saja mereka melihat sendiri mengenai kita. Jadi aku tidak perlu repot - repot lagi memberitahukan pada mereka siapa kamu bagiku" Yudha berkata dengan nada sombong

"Tapi aku tidak ingin mereka mengetahui hubungan kita untuk sekarang ini. Mereka pasti akan bersikap baik padaku dan mengambil keuntungan darimu"

"Baiklah, sesuai keinginanmu"

Yudha tidak memaksakan keinginannya dan menghubungi Maria untuk mengirimkan sebuah gaun seperti yang diinginkan Gina. Gina kembali ke ruangannya setelah berbincang selama beberapa lama dengan Yudha. Dia kembali fokus untuk melanjutkan pekerjaannya

Tok tok tok

"Masuk!"

Gina mengangkat kepala dan melihat Risti yang berjalan masuk dengan sebuah paper bag ditangannya

"Permisi mba. Ada kiriman untuk mba Gina"

"Dari siapa Ris?" tanya Gina dengan tangan menyanggah dagu

"Entahlah mba. Sepertinya kiriman dari butik?"

"Ya sudah, letakkan saja disitu. Terimakasih ya"

"Sama - sama mba. Kalau begitu saya permisi kembali ke meja saya"

Risti meninggalkan ruangan setelah Gina menganggukkan kepala

Sore hari setelah pulang kerja. Gina tidak pulang bertepatan dengan karyawan lain, tapi dia pulang menunggu waktu hampir petang, karena berniat langsung ke pesta Arin.

Drrrrtt drrrt drrrtt

Ponsel Gina berdering ketika dia sedang berias. Dilihatnya panggilan dari snag suami

"Halo sayang, apa kamu sudah selesai bersiap?" tanyanya begitu Gina menerima panggilannya

"Aku sedang bersiap. Sebentar lagi aku selesai. Apa kamu sudah pulang?"

"Aku menunggumu di parkiran"

"Tapi aku membawa mobil sendiri"

"Ya sudah, jika kamu tidak ingin aku antar, setidaknya aku ingin melihat istriku yang cantik"

"Baiklah, sebentar lagi aku turun kebawah"

Gina menutup teleponnya dan bergegas menyelesaikan riasannya kemudian turun ke lantai bawah dan berjalan menuju parkiran. Yudha telah menunggunya di dalam mobil. Dia tersenyum melihat Gina berjalan dengan anggun dan masuk ke dalam mobilnya

"Kamu cantik sekali dengan gaun itu. Aku jadi tidak rela membiarkanmu pergi sendiri" goda Yudha yang membuat Gina tersipu malu

"Terimakasih untuk gaunnya. Kamu boleh pulang sendiri tidak perlu menungguku" kata Gina dengan lembut

"Hmm, hati - hati selama di pesta. Ingatlah kalau aku menunggumu dirumah"

"Tentu saja. Aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti!" kata Gina sambil keluar dari mobil Yudha dan masuk ke dalam mobilnya sendiri. Kemudian dia kembali berkendara ke rumah keluarga Atmaja

"Tuan apa kita akan pulang?" tanya Hendri pada Yudha

"Ikuti dia, aku merasa khawatir padanya" kata Yudha dengan nada suara yang dingin

"Baik tuan"

Hendri mengikuti mobil Gina menuju rumah Atmaja. Dia terus mengikuti Gina tanpa diketahui

Sampailah Gina dirumah Atmaja, disana sudah ramai oleh para tamu. Gina terdiam cukup lama di depan pintu yang besar itu. Dia gemetar mengingat saat makan malam terakhir dirumah ini. Gina berusaha menguatkan dirinya sendiri

"Gina, kamu hanya tamu disini dan bukan lagi bagian dari keluarga Atmaja . Kali ini jangan biarkan dirimu ditindas!"

avataravatar
Next chapter