6 DIREKTUR BARU ITU ADALAH CALON SUAMIMU SENDIRI

Pagi hari di apartemen Gina, dia bersiap untuk berangkat ke kantor, sedangkan Angel baru bangun dari tidurnya yang lelap

"Hoaaaam. Kamu sudah mau berangkat kerja Gin? " kata Angel yang baru bangun dan masih menguap

"Iya, sebentar lagi aku berangkat. Sarapan mu sudah kusiapkan di meja makan. Nanti jangan lupa untuk memakannya" kata Gina dengan lembutnya

"Oh iya Gina. Hari ini aku harus kembali. Hengky menghubungiku dan memintaku pulang hari ini"

"Dia berhasil juga membujukmu untuk pulang" kata Gina dengan nada sedikit senyum mengejek Angel

"Hei, dia tidak bisa membujukku semudah itu. Hanya saja, aku juga tidak tahu akan melakukan apa jika terlalu lama disini. Sedangkan kamu juga harus bekerja jadi kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama" jelas Angel dengan nada murung

"Baiklah, hati - hati. Nanti kamu kabari jika kamu sudah tiba disana" Gina berkata sambil memeluk Angel

"Iya, kamu juga hati - hati. Jangan diam saja jika ada orang yang menindasmu kamu harus melawannya. Jangan hanya diam saja dan bersikap tidak peduli" Angel menasehati Gina sambil menepuk pelan punggungnya

"Baik - baik. Kamu ini cerewet sekali!"

Gina melerai pelukan diantara mereka

"Aku harus berangkat ke kantor sekarang. Aku tidak tahu bagaimana karakter direktur baruku itu"

Gina meraih tas kerjanya dan beranjak pergi meninggalkan Angel

"Direktur baru itu adalah calon suamimu sendiri. Jadi santai saja!" Angel berteriak dan menggoda Gina yang mulai berjalan ke arah pintu keluar

"Berisik!"

"Hahaha, nanti kuncinya ku titipkan pada sekuriti" teriaknya lagi

"Iya!" jawab Gina sambil keluar dari apartemennya dan berangkat menuju kantor

Karena apartemen Gina masih terletak ditempat yang strategis, sehingga jarak dari apartemennya ke kantor tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan saja

Gina berjalan memasuki kantor setelah dia memarkirkan mobilnya. Masih terlalu pagi ketika dia tiba dikantor. Jam kerja belum dimulai dan karyawan lain pun masih berkerumun di depan lift menunggu giliran mereka untuk masuk ke dalam lift dan naik menuju ruangan masing - masing. Gina tidak terburu - buru dan membiarkan yang lain naik lift terlebih dahulu. Karena dia juga tidak terlalu suka keramaian.

"Selamat pagi mba Gina" kata Risti asistennya yang juga baru tiba di kantor

"Pagi Ris. Kamu juga baru datang?" jawab Gina dengan gaya bicaranya yang datar

"Iya mba. Tumben mba berangkat agak siang? Biasanya ketika saya sampai, mba sudah duduk diruangan mba?" kata Risti yang memang cukup dekat dan mengerti betul karakter Gina karena sudah cukup lama menjadi asistennya

"Kebetulan ada temanku dari luar negeri, jadi aku berbincang dulu dengannya" Gina sedikit menjelaskan

"Oh, begitu"

Ting

"Yuk mba kita masuk!" ajak Risti begitu lift berhenti.

Gina menganggukkan kepala dan naik lift bersama Risti, tanpa mereka sadari Yudha pun baru saja tiba dan ikut menaiki lift ditemani Hendri bersama dengannya

"Selamat pagi pak direktur. Pagi asisten Hendri" sapa Risti begitu Yudha memasuki lift dan Gina yang tadi menundukkan kepala sontak mengangkat kepala dan menatapnya

"Selamat pagi" sapanya kemudian

Yudha hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban

"Selamat pagi Risti. Pagi bu Gina" sapa Hendri dengan sopan

"Apa jadwalmu padat?" tanya Yudha sedikit berbisik pada Gina yang kini berdiri disebelahnya

"Kurasa tidak. Ada apa?" kata Gina menoleh pada Yudha dan sedikit mendongakkan kepala melihat wajah Yudha

"Nanti kita makan siang bersama. Aku akan menunggumu di parkiran" kata Yudha dengan nada datarnya

"Baiklah" Gina menjawab dengan singkat dan acuh tak acuh.

Hendri dan Risti hanya memperhatikan mereka dari belakang

Ting

"Permisi, kami turun lebih dulu" kata Gina pada Yudha karena ruangannya berada 1 lantai di bawah ruangan Yudha

Yudha dan Hendri menganggukkan kepala

"Mba Gina, apa anda kenal pak direktur?" tanya Risti yang mulai penasaran melihat sikap Yudha pada Gina

"Tidak terlalu. Kenapa?"

"Tidak, hanya saja gosip yang ku dengar tuan Yudha adalah orang yang dingin dan tidak mudah didekati oleh perempuan" kata Risti sambil berjalan menuju meja kerjanya

"Sudahlah. Tidak perlu pedulikan itu. Sudah saatnya mulai kerja"

Gina mengalihkan pembicaraan mereka dan berjalan masuk keruangannya meninggalkan Risti sendiri di meja kerjanya

Tak lama seseorang mengetuk pintu kantor Gina

Tok tok tok

"Masuk!" kata Gina yang sedang mempelajari sebuah dokumen ditangannya

Ceklek

Terlihat Risti yang membawa sebuah amplop putih ditangannya

"Ada apa Risti?" kata Gina mengalihkan pandangannya dari dokumen

"Ada sebuah kiriman untuk mba. Tadi seorang office girl yang membawanya kemari"

Risti menyerahkan amplop itu kepada Gina

"Apa ini? Siapa yang mengirimkannya?"

Gina mengernyitkan dahinya sambil membolak balik amplop putih yang kini berada ditangannya

"Entahlah mba, tidak ada pengirimnya juga dan office girl yang memberikan ini padaku juga tidak tahu nama pengirimnya"

"Baiklah, terimakasih ya"

"Sama - sama mba. Aku permisi dulu"

Risti beranjak keluar dari ruangan Gina dan dia segera membuka amplop putih itu setelah Risti keluar. Ternyata isinya adalah sebuah undangan makan malam keluarga yang dikirim Siska sebelum pertunangan dia dan Riko diselenggarakan

Tanpa terasa air mata Gina mulai menetes, membasahi pipi mulusnya. Dia teringat kembali akan masa lalunya bersama Riko

"Aku sudah tidak mencintaimu Gina. Aku tidak suka kamu yang sekarang. Gina yang kukenal dulu adalah Gina yang baik hati. Tapi Gina yang berdiri di hadapanku sekarang adalah Gina yang bermuka dua. Kamu tega sekali menuduh Siska yang sengaja menjebakmu agar mendorongnya jatuh dari tangga? Bagaimana mungkin ada orang yang berusaha menjebak orang lain menggunakan nyawanya sendiri. Itu mustahil"

Kepingan perkataan Riko kembali terngiang ditelinganya. Gina memegangi kepalanya dengan erat. Dia mulai kembali merasakan sakit yang sangat hebat dikepalanya.

" Aaahhh... Sakiiit hentikan ku mohon hentikan!"

Gina meringis kesakitan kemudian dia membuka laci meja kerjanya dan mengambil sebotol obat. Dengan masih meringis dia membuka botol itu dan mengambil satu butir obat penenang dan meminumnya

Gina menyandarkan kepalanya pada saudaran kursi dan memejamkan mata.

Wajahnya cukup pucat. Butuh waktu lumayan lama hingga Gina merasa lebih baik dan sakit dikepalanya mulai berkurang.

avataravatar
Next chapter