13 AKU HANYA MENGINGINKAN YANG TERBAIK UNTUK CALON ISTRIKU

"Benarkah? Itu sungguh berita yang paling menyenangkan. Selamat ya! Ku kira, kamu tidak akan pernah mau membuka hatimu untuk kedua kalinya. Seprtinya aku salah, aku turut senang mendengarnya" Maria yang tadi ceria dan begitu antusias kini menitikan air mata

"Kak, kamu bilang ini berita yang membahagiakan? Tapi ternyata kamu malah menitikan air mata. Cih dasar wanita!" Yudha tersenyum mencibir Maria

"Hei, ini tangisan kebahagiaan! Sudahlah biar aku pilihkan beberapa gaun yang cocok dengaj calon istrimu" Maria berdiri dan mulai mencari gaun yang cocok

"Kalian akan mengadakan pesta seperti apa? Biar aku menyesuaikan gaunnya!"

tanya Maria sambil melihat gaun satu persatu

"Kami tidak akan mengadakan pesta yang meriah. Hanya akad nikah dan jamuan makan malam untuk keluarga terdekat" jawab Gina dengan santai

"Hmm kemarilah! Cobalah gaun - gaun ini! Kurasa ini akan cocok untukmu"

Maria menyerahkan 5 buah gaun pada Gina, semuanya adalah gaun panjang, hanya berbeda model. Gina mengambilnya dan berjalan menuju ruang ganti. Gina mencoba gaunnya satu persatu

"Bagaimana dengan ini?"

Gaun pertama yang Gina coba adalah gaun berwarna biru muda.

"Cantik. Coba lagi gaun lainnya" kata Yudha dengan tangan menyilang di dada.

Gina pun kembali ke ruang ganti untuk mencoba baju selanjutnya.

Gaun kedua Gina mencoba yang berwarna ungu muda

"Kalau yang ini bagaimana?"

"Hmm coba yang lain lagi!"

Gina kembali lagi mengganti pakaian yang lainnya

Gina kembali keluar dari ruang ganti, kali ini gaunnya berwarna navy

"Apakah ini masih belum cocok?"

Yudha hanya menggelengkan kepala perlahan berkali - kali. Gina kembali lagi ke dalam dan Maria hanya tersenyum memperhatikan kedua pasangan ini

Gina kembali dengan gaun berwarna pink Fanta

"Yang ini? Bagaimana?"

Yudha masih menggelengkan kepala. Gina kembali ke dalam dengan 1 gaun lagi yang tersisa

Gaun terakhir berwarna salem

"Apakah ini juga tidak bagus?" suaranya sudah terdengar lemah, Gina sudah tidak bersemangat seperti pertama

"Berputar!" kata Yudha dingin

"Hah?"

"Ayo berputar!"

Gina menuruti perkataan Yudha dan mulai berputar dengan malas

"Aku suka yang ini, kamu terlihat segar. Bagaimana kak Maria?"

Yudha terlihat kagum saat melihat Gina

"Bagus Gina begitu cantik" kata Maria dengan senyum manis

"Tapi kak, aku ingin kaka bungkus saja semua ini"

Gina dan Maria saling menatap heran

"Untuk apa kamu memintaku mencoba satu persatu gaunnya, jika kamu akan membelikan ku semuanya?" tanya Gina dengan nada sinisnya

"Tidak ada. Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk calon istriku" Yudha berkata dengan nada yang tenang dan senyum yang terlihat puas

"Sudahlah, terserah kamu saja"

Gina yang kesal kemudian meninggalkan Yudha dan kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian biasa

******

Sementara itu Siska dan Riko sedang menghabiskan waktu bersama membahas persiapan pertunangan mereka

"Sayang, menurutmu kita undang berapa banyak tamu untuk menghadiri pesta pertunangan kita?"

Siska berkata dengan nada yang begitu manja

"Sepertinya tidak perlu terlalu banyak, kita undang teman terdekat saja. Untuk pesta pernikahan barulah kita undang tamu lebih banyak"

"Tapi, bukankah akan sangat memalukan jika banyak pebisnis yang tidak di undang? Perusahaan keluarga mu dan perusahaan keluarga ku cukup di kenal dikalangan bisnis. Papa juga tentara.. Bukankah akan merusak reputasi keluarga kita jika pestanya terlalu sederhana? Apalagi hanya aku sekarang putri dari keluarga Atmaja. Papa tidak ingin lagi mendengar aku membahas masalah Gina dirumah"

Wajah Siska seketika berubah sendu ketika membahas masalah Gina

"Sudahlah tidak perlu membahas Gina! Biarkan saja dia melakukan apapun yang dia inginkan" Riko berusaha menghibur Siska

"Tapi sayang, aku hanya ingin memperbaiki hubunganku dengannya. Aku ingin dia merestui hubungan kita agar tidak ada masalah lagi ke depannya"

"Siska, kamu sudah berusaha menyatukan Gina dan papanya. Tapi apa, dia malah membuat masalah ketika kita memberinya kesempatan, iya kan?"

"Iya, tapi Riko..."

"Sudahlah, aku tidak ingin lagi membahas masalah Gina. Dia sudah cukup membuatku kecewa"

Riko memalingkan wajahnya dari Siska

"Baiklah baiklah. Tapi kamu jangan murung seperti itu. Aku janjin tidak akan membahas tentang Gina lagi. Percayalah padaku!"

"Baiklah, sekarang kamu mau kemana? Kita pergi jalan - jalan atau makan siang"

"Ini sudah lewat jam makan siang. Bagaimana kalau kita pergi ke bioskop an menonton film?"

"Baik, tapi setelah ini kamu tidak boleh sedih atau memikirkan Gina lagi. Janji?"

"Iya, aku janji padamu Riko" jawab Siska dengan senyum kemenangan sambil memeluk Riko dengan pelukan yang sangat erat

"Aku janji tidak akan pernah membicarakan Gina lagi. Karena aku sudah berhasil membuat kalian membencinya. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk membicarakan dia lagi "

Setelah mengahabiskan waktu jalan - jalan bersama Yudha, Gina kembali ke apartemennya

"Kenapa kamu malah memintaku mengantarmu kemari? Kamu masih lemah, sebaiknya menginap dirumahku. Besok kita berangkat pagi " kata Yudha ketika tiba di apartemen Gina

"Tidak perlu. Aku ingin memenangkan diriku disini. Kamu bisa pulang untuk beristirahat.

Aku yakin semalam kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak karena harus menjagaku semalaman. Besok kamu bisa datang kemari untuk menjemput ku. Aku hanya ingin sendiri saat ini" Gina berkata dengan suara lemah, Yudha bisa melihat kepahitan yang Gina rasakan dari raut wajahnya. Luka yang ayahnya tinggalkan, pastilah sangat dalam ia rasakan

" Baiklah, aku tidak akan mengganggumu. Besok pagi aku akan kemari untuk menjemputmu"Yudha berkata dengan nada dinginnya dan Gina terlihat berusaha tersenyum untuk menanggapinya.

Setelah itu Yudha kembali menyalakan mobil dan meninggalkan apartemen Gina. Gina memperhatikan mobil Yudha pergi hingga tak terlihat lagi oleh mata, barulah dia berjalan masuk ke apartemennya

Gina tiba di apartemen ketika senja hari. Siang hampir ditelan oleh gelapnya malam. Matahari mulai turun dan akan berganti dengan bulan. Gina memandangi langit senja, dengan sinar matahari yang berwarna jingga hendak turun dan menghilang di kegelapan

"Cahaya matahari mulai menghilang, dan semua akan menjadi gelap, kemudian berganti hari esok yang kembali cerah. Akankah hidupku seperti hari? Akankah kegelapan yang selama ini membayangi ku berubah menjadi terang penuh dengan cahaya?"

" Siapa lagi yang dapat ku percaya? Papa yang sangat aku sayangi, yang selalu mengatakan ingin melihatku bahagian, justru dialah yang telah memberikan luka. Luka yang entah kapan bisa sembuh. Luka yang akan selalu meninggalkan bekas"

"Papa apa masih ada orang yang bisa kupercaya? Yang benar - benar menginginkan kebahagiaan ku. Setelah hari ini aku akan meninggalkan semua kenangan papa bersama luka yang papa tinggalkan. Aku tidak ingin terikat belenggu akan sebuah hubungan yang sama sekai tidak didasari rasa percaya . Papa, setelah hari ini. Papaku telah tiada."

Gina memeluk lututnya erat, membenamkan kepalanya dengan air mata yang tak berhenti mengalir, berharap air mata yang jatuh bisa mengurangi rasa sesak di dadanya. Gina melewati malamnya penuh dengan kesedihan, kesepian dan kegelapan. Dikamar apartemen yang hanya diterangi lampu tidur, dia merenungkan masa lalu yang telah ia lalui.

avataravatar
Next chapter