38 AKU HANYA BUTUH SATU ORANG WANITA DALAM HIDUPKU DAN ITU ADALAH KAMU

Sore hari ketika pulang kerja, Yudha mengirim pesan pada Gina kalau dia menunggu diparkiran. Hari ini mereka tidak makan siang bersama karena Yudha memiliki urusan lain saat jam makan siang

"Sayang, aku akan menunggumu diparkiran agar kita bisa pulang bersama"

Gina tersenyum setelah membaca pesan dari sang suami

"Sekarang dia telah berani memanggilku dengan kata sayang" gumam Gina saat membaca pesan Yudha

"Baik, aku akan segera turun ke bawah" balas Gina kemudian membereskan barangnya agar bisa segera menemui sang suami. Dilihatnya lagi surat undangan pertunangan Siska dengan Riko.

"Haaah"

Gina menghela nafas kasar karenanya, kemudian berjalan keluar dari ruangannya. Jam pulang kerja sudah hampir lewat 1 jam, jadi kantor sudah sepi oleh karyawan sehingga Gina tidak khawatir jika ada karyawan yang melihatnya bersama Yudha

"Hi, maaf membuatmu menunggu lama" kata Gina begitu dia memasuki mobil Yudha

"Tidak masalah, apa kita akan makan diluar atau langsung pulang kerumah saja?" Yudha bertanya dengan lembut sambil memasangkan sabuk pengaman Gina

"Hmmm, kita langsung pulang saja. Aku ingin makan masakan buatanmu. Apa bi Ani dan Lina ada dirumah?"

"Mereka sudah kembali ke jadwal kerja mereka sebelumnya. Kemarin aku meminta mereka ada dirumah karena kamu sakit, aku takut kamu membutuhkan sesuatu. Sekarang kamu sudah membaik, jadi mereka hanya datang untuk membersihkan rumah ketika siang hari" Yudha menjelaskan sambil mengemudikan mobil

"Kalau begitu kita belanja bahan makanan terlebih dahulu sebelum pulang" Gina menyarankan dengan ceria

"Tidak perlu, karena di dalam lemari es sudah penuh dengan bahan makanan untuk kita memasak. Bi Ani dan Lina yang akan memeriksa isi lemari es"

"Baguslah kalau begitu"

Sepanjang perjalanan Gina hanya diam saja tanpa banyak bicara. Yudha yang merasa aneh dengan sikap murung Gina, mau tidak mau bertanya padanya.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Nada suaranya rendah dan lembut

"Ehm, tadi Siska datang ke kantor. Dia mengantarkan undangan ini padaku" jawab Gian sedikit ragu dengan kepala tertunduk

"Undangan apa itu?" Yudha bertanya karena dia memang tidak tahu

"Undangan pertunangan Siska dengan Riko"

"Lantas, apakah kamu akan hadir, sayang?" tanya Yudha yang tetap memperhatikan jalan didepannya namun sesekali menoleh pada sang istri

"Entahlah, aku tidak tahu. Tapi jika aku datang mereka pasti merencanakan sesuatu. Entah untuk menyiksaku atau mempermalukanku. Akan lebih baik jika aku tidak harus datang kesana"

Suara Gina terdengar sedih, entah apa alasannya. Yudha pun mengernyitkan dahi melihat sikap istrinya

"Apa kamu masih memiliki rasa pada pria bernama Riko itu?"

Pertanyaan Yudha sontak membuat Gina menoleh kepadanya

"Tidak! Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu? Kami memang memiliki banyak kenangan manis bersama. Tapi kami juga memiliki banyak kenangan buruk yang membuatku ingin melupakannya" jelas Gina dengan tegas tanpa ingin Yudha salah paham

"Kalau begitu kamu bisa hadir nanti. Kita akan memberikan hadiah spesial untuk mereka semua" Yudha menjawab dengan nada yang datar dan acuh tak acuh

"Sepertinya kamu sudah memiliki hadiah penting untuk mereka semua?"

"Tentu saja. Dan itu akan jadi hadiah yang tidak akan pernah mereka lupakan sampai kapanpun"

Yudha tersneyum menyeringai dengan tatapan yang tidak dapat diartikan, dan membuat Gina bingung. Gina membantu Yudha melepas jas kerjanya setiba mereka dirumah

"Selagi aku menyiapkan makan malam, kamu bisa mandi terlebih dahulu. Aku akan menyiapkan makan malam dengan cepat" kata Yudha dengan tatapan yang begitu hangat.

Gina pun tersenyum dan menganggukkan kepala, lalu bergegas ke kamar untuk menyimpan tas kerja mereka dan mandi. Sedangkan Yudha, dia langsung berjalan menuju dapur untuk memasak agar makan malam mereka tidak terlambat. Yudha sedang memasak dengan lengan baju yang digulung hingga setengahnya dan menggunakan celemek ketika Gina berjalan ke dapur setelah mandi. Dia tidak sabar untuk memeluk sang suami dari belakang

"Hei, aku berkeringat dan kamu telah selesai mandi. Jangan memelukku seperti ini" kata Yudha dengan sedikit menoleh melihat sang istri yang memluknya dari belakang

"Memangnya kenapa? Tidak ada yang salah kan?"

Gina tidak berniat melepaskan pelukannya pada suami yang perhatian dan penuh kasih sayang terhadapnya ini

"Memang tidak salah, tapi aku masih bau keringat"

"Aku tidak peduli. Apa yang sedang kamu masak?"

Setelah Gian mencium aroma masakan Yudha yang sanggat menggoda, barulah dia melepaskan pelukannya

"Aku memasak sayuran dan juga daging. Tunggu, apa kamu memiliki alergi pada makanan tertentu?" Yudha terlihat serius begitu dia menanyakannya pada Gina

"Ada aku memiliki alergi makanan yang berbahan seafood" jawab Gina

"Oh kalau begitu aku akan memasak makanan yang tidak berbahan seafood"

Gina hanya tersenyum menanggapi sang suami. Makan malam pun akhirnya siap. Sementara Gian menatanya di meja makan, Yudha pergi ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian, barulah setelah itu mereka makan

"Cobalah ini! Menurutmu bagaimanan rasanya?" tanya Yudha sambil menyuapi Gina dengan sapi lada hitam

"Enak. Tuan ternyata selain kamu pandai dalam berbisnis, kamu juga sangat pandai dalam hal memasak. Aku beruntung bisa jadi Istimu. Tapi itu juga bahaya untukku, karena bisa saja berat badanku naik setelah tidak bisa berhenti memakan masakan buatanmu"

Gina terlihat sangat riang, tapi ketika membicarakn berat badan dia terlihat memurung dan menatap ke bawah

" Tidak masalah dengan berat badanmu. Kalaupun kamu gemuk aku sangat senang. Itu berarti istriku mengakui kemampuan memasakku"

Yudha tersenyum manis menggoda sang istri

"Benarkah tidak masalah? Tapi bagaimana jika ternyata kamu mencari waita lain setelah aku berubah menjadi gemuk"

"Tidak akan, nyonya. Aku hanya butuh satu orang wanita dalam hidupku, dan itu adalah kamu"

Gina tersipu, namun dia merasa senang dengan perkataan Yudha

"Setelah selesai, kamu bisa langsung istirahat karena besok kita memiliki pesta yang harus kita hadiri"

avataravatar
Next chapter