13 KEKACAUAN

"Apa kau membutuhkan bantuanku untuk menjinakkannya?" Asmodeus bertanya dengan sikap yang centil, ia memutar helaian rambutnya yang panjang dan melirik ke arah Serefina di sebelahnya, yang tidak menunjukkan emosi apapun di dalam ekspresi wajahnya sejak tadi. "Serefina, kau sungguh memiliki selera yang buruk pada seorang pria. Dia tidur dengan beberapa penyihir berambut merah ketika kau dan dia-" Ia menganggukkan kepalanya ke arah Lilac. "-tidak ada di sekitarnya."

Asmodeus menatap ekspresi wajah Serefina, namun tidak ada emosi apapun di wajahnya yang menandakan bahwa kalimat darinya sudah menyakiti Serefina.

"Cih," ia mendecakkan lidahnya. "Kau sangat tidak asik sama sekali."

Sementara Mammon membisikkan sesuatu lagi ke arah telinga Chiron, nada suaranya sangat pelan dan mengerikan, tapi apapun yang ia katakan, itu membuatnya merasa sangat senang dengan ide yang ada di dalam kepalanya itu.

"Kenapa kau tidak memberikannya rasa dari obatnya sendiri? Biarkan dia merasakan penderitaan yang sama seperti bagaimana dia membuatmu menderita selama ini? Dia sangat pantas untuk mendapatkannya." Mammon terkekeh ketika genggaman Chiron di leher Lilac semakin erat. "Kau kehilangan pasanganmu, ia memerintahkan seseorang untuk membunuh pasanganmu dan rakyatmu tepat di hadapan matamu, lantas kenapa kau tidak membiarkannya merasakan hal yang sama juga?" Mammon menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Leviathan, yang sedang berjalan untuk menghampiri mereka dan berdiri di sisi lain sang ketua dari para centaurus itu.

"Apa aku tidak iri kepadanya? Dia memiliki segalanya yang tidak kau miliki; seorang pasangan yang cantik, sebuah wilayah kekuasaan untuk diatur, rakyat yang ada di baliknya... tapi, apa yang telah dia lakukan untuk pantas memiliki semua itu?" Leviathan berbisik kepada Chiron. "Dia adalah orang yang paling kejam dan haus akan darah yang pernah kau kenal. Namun ia malah mendapatkan segalanya yang tidak seharusnya dia miliki..."

Mereka berdua terus menggumamkan kalimat demi kalimat, sehingga di akhir dari apa yang mereka ucapkan, mereka dengan serentak berbisik kepada Chiron.

"Bunuh dia, biarkan Jedrek menderita..."

"Bunuh saja dia, seperti bagaimana Jedrek telah membunuh pasanganmu..."

"Bunuh dia..."

"Bunuh dia..."

Suara dari ucapan mereka sungguh sangat mengganggu di telinga Chiron, namun mereka menyuarkan apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan hatinya.

Semua itu memang benar...

Ia harus melakukannya, bukan?

Benar.

Dia sungguh tidak pantas memiliki seorang pasangan, kan?

Benar.

"Tidak, jangan dengarkan mereka, kau tidak seperti ini." suara lembut Lilac tidak berhasil mencapai Chiron, tidak peduli apapun yang akan ia katakan.

Di bawah suara dan kata-kata gumaman di telinga Chiron dan di dalam pikirannya yang kacau, Chiron mengangkat pisau itu dengan tinggi, geramannya menggelegar di area terbuka itu dan ekspresi wajahnya berubah menjadi mengerut dengan penuh rasa sakit.

Melihat apa yang hendak Chiron lakukan, Jedrek bahkan tidak memiliki waktu untuk berpikir ketika ia melompat maju dan berubah ke dalam wujud buasnya, sementara di belakangnya, Kace, seekor makhluk buas dan kedua centaurus, meneriakkan sesuatu yang ia tidak bisa mengerti.

Kedua telinganya berdengung dan jantungnya berdetak dengan sangat kencang, ketika ia sadar bahwa ia tidak akan berhasil menghentikannya tepat waktu...

Tidak...

Ia tidak bisa kehilangan pasangannya dengan cara seperti ini.

Tidak setelah ia menyadari bahwa ia sangat membutuhkan Lilac.

Selene... ini terlalu kejam...

***

Di sisi lain dari padang rumput, Raine menutup telinganya dengan menggunakan kedua tangan dan menutup matanya ketika ia melihat Chiron mengangkat pisau yang ada di dalam tangannya dan hendak menusuk Lilac tepat di jantungnya.

Ini adalah apa yang Raine saksikan di dalam penglihatannya.

Tapi, apa gunanya sekarang ketika ia tidak bisa mengentikan atau menghalangi semua ini untuk terjadi?

Berhenti...

Berhenti.

Tolong berhenti!

Raine tidak ingin lagi melihat siapapun terluka, terlebih lagi, tidak seseorang yang sangat ia sayangi. Ia ingin semua hal ini untuk berhenti!

Ia harus melakukan sesuatu, tapi apa? Bahkan untuk membuka matanya saja, ia tidak memiliki keberanian. Untuk melihat nyawa lain direnggut tepat di hadapannya dan ia tidak berdaya untuk melakukan apapun.

Tolong hentikan semua ini!

"Raine?"

Raine merasakan seseorang menggoyangkan tubuhnya dan dengan lembut memanggil namanya.

"Raine!"

Suaranya terdengar dengan lebih keras, namun Raine masih menolak untuk membuka matanya.

"Raine!"

Kali ini kedua mata Raine terbuka dan ia melihat wajah Raine di hadapan wajahnya. Ia berkata mengenai sesuatu dengan cukup cepat.

"...melakukannya?" Hope bertanya ketika Raine menurunkan tangannya dari menutup kedua telinga.

"Apa? Melakukan apa?" Raine mengerutkan dahinya, ia tidak mendengar kalimat pertanya dari pertanyaan yang Hope ucapkan.

"Bagaimana kau melakukan hal ini?" Hope bertanya dengan sangat bersemangat, saat ia bergerak menyingkir dan menunjukkan apa yang terjadi dibelakangnya.

Disana, tidak begitu jauh dari mereka, tempat dimana Chiron memegang Lilac dengan penuh kebencian dan kedua iblis yang berbisik di telinga Chiron, Raine bisa melihat ketiga makhluk buas berlari dengan sangat cepat, sehingga mereka terlihat seperti kilatan petir berwarna putih.

Dan salah satu dari ketiga makhluk buas itu, yang Raine sangat yakini bahwa itu adalah Jedrek, mengambil Lilac dari genggaman Chiron.

Namun, itu bukanlah hal yang membuat Raine sangat tercengang, namun karena kenyataan bahwa selain dari ketiga makhluk buas itu dan makhluk buas Calleb, juga para ketiga guardian angel, tidak ada yang bisa bergerak sama sekali.

Ketujuh iblis dan para centaurus, juga wujud buas Eaton, membeku di tempat mereka masing-masing, seakan waktu hanya berhenti untuk mereka saja.

"Apa aku baru saja menghentikan waktu lagi?" Raine menggumamkan kalimatnya kepada diri sendiri.

"Kau pernah melakukan hal ini sebelumnya?" Hope bertanya sambil tercengang, kedua matanya membesar dengan terkesima ketika mereka melihat bagaimana Lilac berhasil diselamatkan oleh Jedrek dan ia kembali ke wujud manusianya sambil ia membawa Lilac menjauh dari tempat itu.

Namun, hal itu terjadi dengan sangat cepat, dan sebelum Kace, Torak atau Calleb berhasil untuk menancapkan cakar mereka yang tajam ke tubuh para iblis disana, waktu mulai berjalan lagi dan semuanya berjalan dengan normal seperti seharusnya.

Dan kedua iblis itu mundur tepat waktu sebelum kedua makhluk buas berwarna putih bisa menyerang mereka dan ketua dari para centaurus ini menusukkan pisau ke perutnya sendiri, karena Lilac sudah tidak lagi ada disana, ia terlambat untuk menyadari hal itu dan tidak bisa menghentikan dirinya sendiri.

Semuanya berubah menjadi situasi yang sangat kacau, hingga Raine dan Hope dimana mereka harus memusatkan perhatian mereka.

Dan di waktu yang bersamaan, cahaya pertama dari sinar matahari mulai menerangi tempat itu, sebuah padang rumput yang luas.

avataravatar
Next chapter