38 KAU SANGAT TAMPAN

"Merasa lebih baik?" Jedrek bertanya kepada Lilac ketika akhirnya ia berhenti menangis dan tubuhnya sudah tidak lagi bergetar seperti setengah jam lalu.

Eksekusi itu telah berakhir di atas catatan buruk bagi Lilac, itu adalah pertama kalinya ia membunuh seseorang. Tidak perlu menyebutkan bahwa ia membunuh lima orang dalam waktu yang bersamaan, namun meskipun ia tidak melakukan apapun, mereka tetap akan mati, ia hanya meringankan rasa sakit mereka.

Namun walaupun begitu, ia masih merasa bersalah atas apapun yang telah terjadi sebelumnya, dan itu sudah menguras energi Lilac secara emosional.

Maka dari itu, disinilah ia sekarang, setelah memasang topeng yang kuat, ia menangis tersedu-sedu saat ia sudah sendirian hanya bersama dengan pasangannya.

Lilac tidak menjawab pertanyaan Jedrek, tapi ia memeluknya dengan erat dan membenamkan wajahnya di dada Jedrek. Ia tidak ingin apapun lagi pada saat ini keculai melupakan semuanya dan tertidur.

Namun, dua hal itu adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin baginya untuk dilakukan sekarang.

Kejadian itu terus terulang di dalam ingatan Lilac dengan terus menerus dan lagu dari para centaurus itu terus menggema di telinganya, bahkan saat ini. Lilac menggigit bibir bawahnya dan merasakan sentuhan dari pasangannya, yang sedang mengusap punggungnya dengan gerakan yang menenangkan.

"Tidurlah bunga kecilku, hal baik akan terjadi besok." Kalimat ini pun merupakan kalimat yang selalu Jedrek ulangi pada dirinya sendiri saat ia melalui hari-hari gelap di dalam hidupnya, di bawah cengkraman jiwa mati ayahnya dan para iblis kala itu.

Ia terus mengulangi hal kalimat itu, tapi akhirnya ia bisa mencapai pada titik ini dimana ia harus menghadapi kenyataan bahwa itu semua adalah kebohongan besar yang ia katakan pada dirinya sendiri untuk bisa lari dari kenyataan.

Namun, pada saat ini, Jedrek pun tidak menginginkan apapun namun untuk hal itu menjadi kenyataan saja. Setidaknya untuk bunga kecil yang ada di dalam pelukannya saat ini. Ia tidak ingin bunganya layu hanya karena goresan kecil, karena akan ada lebih banyak kejadian mengerikan yang akan terjadi dalam waktu dekat.

Ia tidak bisa hancur hanya karena hal ini.

Ia bisa menangis sekarang, tapi ketika matahari terbit lagi besok, Jedrek ingin Lilac untuk berubah menjadi lebih kuat dan memimpin bersama dengannya seperti apa yang telah ia lakukan saat pengeksekusian dilaksanakan tadi.

"Tidurlah, Lilac kecilku.." Jedrek menenangkannya, dan kemudian ia memutuskan untuk menggumamkan senandung yang pernah ia dengar saat masih kecil, walaupun ingatan akan hal itu cukup buram mengenai siapa yang biasa menyanyikan lagu ini untuknya.

Ini adalah pertama kalinya, bagi Jedrek untuk membujuk seseorang berhenti menangis atau menidurkan seseorang dengan bersenandung, namun ia melakukannya untuk Lilac dan sang Raja berharap bahwa ini cukup.

***

Hanya seperti itu apa yang telah Jedrek rencanakan sebelumnya, meskipun sedikit terlambat karena apa yang telah terjadi kepada Lilac, namun dua hari kemudian ketika ia akhirnya sudah cukup kuat untuk pergi dalam perjalanan panjang, Lilac dan Jedrek memutuskan untuk pergi ke area timur.

Sudah beberapa pekan berlalu sejak mereka terakhir kali mendapatkan kabar dari Killian dan Tordoff. Sesuatu pasti terjadi kepada mereka dan Jedrek harus pergi mencari tahu sendiri.

Tidak hanya itu saja, ia harus melihat apa yang telah terjadi sendiri, apakah ia harus membawa penduruk area timur untuk berperang bersama degannya dalam perang yang akan datang, atau ia harus melawan mereka juga.

Hal itu baru bisa mereka simpulkan ketika ia mengunjunginya nanti.

Dan ia membutuhkan Ratunya. Bukan karena ia ingin mendengar apa pikiran atau pendapat darinya, tapi di atas itu semua, Jedrek merasa aman jika Lilac berada di dekatnya sepanjang waktu.

Ia bisa tidak terlalu merasa khawatir jika pasangannya berada di dalam jangkauan dan selalu berada di dalam pandangannya. Kejadian sebelumnya telah mengajarkannya untuk melakukan hal itu.

Sementara, masalah mengenai kerajaan, Torak sudah dipercayakan oleh mereka, meskipun keengganannya dan penolakan disini dan disana, ia tahu tidak ada orang lain yang bisa Jedrek percayakan atas tanggung jawab yang berat ini selain dirinya, karena Kace pasti akan memilih lari atau pura-pura mati, jika ia harus diberatkan dengan beban ini yang mana bersangkutan untuk dilakukan dari jarak jauh dengan kerajaan mereka.

Jedrek meninggalkan Eaton untuk berada di sisi Torak, sementara ia membawa dua orang jenderalnya, Sebastian dan Theo untuk pergi dengannya.

Ketika semua persiapan penting sudah selesai dipersiapkan dan Jedrek hendak pergi menuju ke pintu masuk istana dimana semua orang dan pasangannya yang manis telah menunggunya, ia merasakan sesuatu menuju ke arahnya dengan cepat dan dengan gerakan refleks, ia menghindarinya.

Itu bukan seseorang yang memiliki niat buruk seperti yang ia kira, itu hanya seorang gadis kecil, yang menatap ke arahnya dengan penasaran. Kedua matanya mengingatkan Jedrek pada seekor kucing liar.

Mereka menatap kedua mata satu sama lain selama sekitar dua detik lebih lama sebelum Jedrek memutuskan untuk pergi dan bertemu dengan pasangannya.

Namun, gadis kecil itu malah mengikutinya.

"Apa yang kau inginkan mengikutiku seperti itu?" Jedrek bertanya tanpa menolehkan kepalanya ataupun menatap ke arah gadis itu, tapi ia tahu bahwa anak itu masih mengikutinya. Langkah kakinya yang berisik sangat jelas untuk didengar.

"Apa kau adalah sang Raja?" Gadis kecil itu bertanya.

Ia bersama dengan Rosie sebelumnya, tapi kemudian ia melihat Jedrek, maka dari itu ia memutar langkah kakinya yang kecil dan berlari menuju ke arah Jedrek. Ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu untuk melihat sang Raja, maka dari itu ia merasa sedikit lebih semangat untuk mencari tahu lebih banyak.

Jedrek tidak menjawab pertanyaan itu. Ia mempercepat langkah kakinya dan gadis kecil itu sekarang berlari untuk menyetarakan langkah kaki Jedrek. Gadis ini tidak memiliki rasa takut.

"Apa kau adalah sang Raja? Kenapa kau melarikan diri?" Gadis itu terus bertanya, ia terengah-engah, karena harus mengejar langkah Jedrek.

Namun, gaunnya yang panjang membuatnya kesulitan untuk bisa berlari dan pada akhirnya, ia tersandung gaunnya sendiri dan hampir terjatuh dengan posisi wajahnya lebih dulu.

Untungnya, Jedrek memiliki refleks yang sangat bagus, ia meangkap gadis kecil itu dengan memegangi bahunya lalu menariknya kembali untuk berdiri tegak.

"Apa kau adalah sang Raja?" Gadis itu bertanya lagi, mengabaikan kenyataan bahwa ia hampir saja terjatuh.

"Sepertinya, iya." Jedrek akhirnya membalas, ia menatap ke arah sekelilingnya untuk melihat apakah ada yang mencari gadis kecil yang berisik ini atau tidak.

"Wow!" Bibirnya yang menggemaskan membentuk seperti huruf 'o' dan ia menepuk tangannya. "Ini adalah pertama kalinya bagiku untuk melihat seorang raja dalam jarak sedekat ini!"

"Sekarang kau telah melihatku, kau bisa kembali kemanapun tempatmu berasal." Jedrek berkata, ia hendak berjalan lagi, tapi gadis itu mencengkram jubah Jedrek dengan erat. "Apa lagi?" Jedrek berkata dengan kesal.

"Kau sangat tampan!" Ia berkata dengan senyuman lebar di bibirnya yang mungil.

"Hm?" Jedrek menolehkan kepalanya dengan penasaran. "Siapa namamu?"

"Bree." Gadis itu menjawab.

avataravatar
Next chapter