webnovel

SEBUAH NAMA UNTUKNYA

"Jangan mengutuk. Bayi itu akan mendengarnya." Ariana memelototi Kace, bukan hanya bayinya, tapi ada putrinya juga di dalam ruangan. Lycan satu ini akan membawa pengaruh buruk yang buruk nantinya!

"Aku tidak tahu bagaimana cara menggendongnya!" Kace mendesis, kepanikan terlihat di ekspresi wajahnya. Ototnya menegang dan apa yang Ariana hendak lakukan tidak membantunya sama sekali.

"Tahan saja kepalanya dan letakkan tanganmu yang lain di sepanjang tubuhnya." Ariana berusaha mencari tempat yang paling nyaman untuk menempatkan bayi di pelukan pria besar itu, tetapi dia terlalu kaku.

"Santai saja." Ariana mengucapkan kata itu beberapa kali, namun Kace tidak mendengarkan, meskipun dia menggumamkan sesuatu seperti; 'okey' atau 'aku santai', tapi dia sama sekali jauh dari kata- kata tersebut.

"Pegang dia seperti itu." Ariana perlahan melepaskan lengannya dari bawah selimut yang membungkus bayi itu.

"Tidak. tidak. Ariana… Kurasa aku belum siap untuk ini. " Kace menggelengkan kepalanya dengan kuat, tapi tetap menjaga lengannya tetap stabil, takut kalau- kalau dia menjatuhkan bayi tersebut "Tidak. Jangan! Aku akan menyakitinya! "

"Kau tidak akan menyakitinya, dasar Lycan bodoh!" Alec menimpali dengan marah, kesal dengan reaksi Kace yang berlebihan. "Kau telah menggendong Arabella, berulangkali ingat!?"

"Ini tidak sama! Arabella bisa lari saat aku menggendongnya untuk pertama kali!" Kace membalas dan saat dia merasakan bayi yang begitu ringan dan lembut dalam pelukannya, terasa begitu rapuh dan dia tahu kalau dirinya dapat menghancurkan sosok mungil ini dalam satu tebasan, sama sekali tidak membantu, seolah Kace akan meremukkannya jika dia memeluknya lebih erat dari ini.

Situasi ini terlalu membuat stres.

"Jika kau terus memeluknya seperti itu, kau akan mematahkan leher lembutnya." Komentar sembrono Serefina menyebabkan dia menerima tidak hanya dari Kace, tapi juga tatapan tajam Ariana dan Alec.

Kegugupan Kace sudah menjengkelkan untuk dilihat, tidak perlu ditambahkan dengan komentar sinis sang penyihir.

Tapi, penyihir itu hanya mengangkat bahunya saat dia mengambil segelas air dan meminumnya dalam sekali teguk. "Aku baru saja memperingatkannya, jadi dia tahu dia bisa mematahkan leher bayi itu jika dia tidak santai." Tapi mereka masih tidak mengalihkan pandangan darinya. "Aku hanya ingin membantu." Serefina mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Namun, kata- katanya itu tidak terdengar meyakinkan.

"Kau tidak membantunya Serefina." Ariana menegur sang penyihir.

"OH! OH! Bayinya sudah bangun! " Suara panik Kace terdengar di seluruh ruang tamu, ototnya tidak lagi tegang, tapi telah berubah menjadi batu yang kokoh seolah Lycan itu berubah menjadi patung. "Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan!?"

"Santai!" Ariana menggeram frustrasi saat Arabella terkikik di belakangnya, meneriakkan kata yang sama ke arah Kace.

Tapi, Kace kewalahan saat mata hitam bayi itu menatapnya dengan rasa ingin tahu, mengerucutkan bibir merah mudanya yang manis dan mungil.

Detik berikutnya, Kace mendapati dirinya tersenyum pada kehidupan berharga di pelukannya. "Halo gadis kecil..." dia menyapanya dan bayi itu memberinya senyuman paling manis yang pernah Kace lihat sepanjang kehidupannya yang penuh darah dan pertempuran.

Senyuman paling murni dan menyejukkan yang mampu membuat monster di dalam dirinya merasa tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade ini.

==============

"Bagaimana Kau menemukannya?" Kace telah meletakkan bayi tersebut di tengah ranjang dengan banyak bantal melingkar di sekelilingnya.

Dia seperti ayah yang terlalu khawatir, yang takut bayinya yang berusia dua bulan akan berguling- guling dalam tidurnya dan jatuh dari tempat tidur, meskipun Ariana telah memberitahunya bahwa itu tidak akan terjadi.

'Bayi dua bulan tidak akan berguling- guling di dalam tidurnya Kace!' itulah yang Ariana teriakan tapi, lycan tersebut tampaknya terlalu khawatir dan tidak mendengarkan.

Dan tidak ada yang cukup bodoh untuk mencoba membujuknya melakukan yang sebaliknya.

Namun, secara ajaib, saat bayi itu membuka matanya dan terlihat nyaman dalam pelukan Kace, Kace menjadi rileks dan mulai terlalu asyik dalam usahanya untuk membuat bayi senang dan tertawa, karena tawanya seperti sebuah melodi yang indah di telinga sang lycan.

Setelah itu, Kace menggendong bayi tersebut seperti seorang ahli hingga ia tertidur kembali dalam pelukannya usai meminum sebotol susu hangat.

"Dengan sedikit ini dan itu, informasi, sihir, koneksi, dan kepintaranku." Serefina berkata begitu saja dan kemudian dia menambahkan. "Dan beberapa petunjuk dari dewi bulan."

Dia sebenarnya tidak memberikan jawaban yang pasti sama sekali, seperti yang sudah diduga, Kace hanya ingin menyuarakan kebingungannya tentang bagaimana penyihir itu benar- benar berhasil menemukan pasangannya, terutama ketika dia baru lahir dua bulan lalu.

Kace menatapnya dengan jijik. "Bagaimana dengan orang tuanya? Apakah Kau baru saja menculiknya dari keluarganya? "

"Nah, aku tidak melakukan tindak pidana. Dia adalah seorang yatim piatu. " Serefina menjawab dengan malas saat dia duduk di tepi tempat tidur.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Kace mengalihkan perhatiannya dari pasangan tercintanya ke penyihir yang menyebalkan. "Apakah kita akan membesarkannya?"

"Kita?" Alis Serefina terangkat penuh pertanyaan. "Apa maksudmu dengan 'kita'? Kau tidak akan terlibat dalam hal ini, aku membawanya ke sini untuk memberi tahu Kau bahwa aku telah menemukan pasanganmu."

Kace mengerutkan kening. "Apa maksudmu? Aku pikir aku akan membesarkannya."

"Dan mempertaruhkan nyawanya karena kakakmu sangat menginginkan pasanganmu untuk mati?" Serefina berkata dengan nada mengejek.

"Nah, saudaraku adalah kekasihmu." Kace berkata, menguak luka masa lalu.

Serefina menepis kata- katanya. "Pasanganmu, kau dan aku, di satu tempat. Bayangkan bagaimana Lycan itu akan mendapatkan hadiah yang luar biasa kalau sampai dia menemukan kita. " Dia yang Serefina maksudkan mengacu pada Maximus. Lycan itu masih di luar sana, mengendus jejak Kace dan dirinya.

"Dia masih bayi…" Kace mengerutkan kening. Apakah mereka akan membunuhnya?

"Jangan lupa di malam aku menemuimu mereka membunuh sesok bayi juga. Memangnya Maximus akan berpikir dua kali karena itu?." Serefina mengingatkannya tentang malam ketika Kace memutuskan untuk menjadi seorang pelarian karena dia tidak bisa kembali ke kastil lagi.

Jedrek akan menghukumnya dengan berat, terutama ketika dia tertangkap saat bersama Serefina.

Desas- desus tentang mereka menjadi kekasih akan terkonfirmasi.

Jari Kace menelusuri pipi bayi yang chubby itu. Serefina benar. "Apa rencanamu?"

"Dia akan tinggal bersamaku." Serefina berkata.

"Apa?" Kace mengangkat kepalanya ke arahnya. "Kenapa dia harus tinggal denganmu?" dia tidak mengerti logika sang penyihir ini. "Kau mengatakan sebelumnya bahwa hidupnya dalam bahaya jika dia tinggal bersama kita berdua, tapi mengapa kau mengatakan bahwa kau ingin dia tinggal bersamamu?"

"Karena aku pandai bersembunyi dan kau tidak." Serefina menyatakan fakta tersebut. "Tapi, pertama- tama. Kau harus memberinya nama."

Next chapter