3 3. Penculik

Helmi yang masih tidak percaya jika wanita yang akan diperkenalkan oleh Anjas adalah Tasya sepupunya sendiri, dengan berat hati Helmi melepaskan wanita yang sejak dulu mencuri perhatiannya. Anjas yang mengetahui perasaan helmin terhadap Tasya hanya memberinya semangat agar bisa memilih jalan yang terbaik untuknya.

"Jika, kamu benar-benar mencintainya maka sebaiknya kamu ungkapkan pada Tasya, diterima atau tidaknya itu adalah urusan belakangan yang terpenting saat ini kamu sudah mengutarakan isi hatimu padanya." Helmi menyugar rambutnya, kata-kata yang hingga saat ini masih terdengar bahkan menggema di telinganya.

acara pesta yang berakhir pada pukul dua belas

malam, Helmi yang tidak membiarkan Tasya pulang seorang diri memutuskan untuk mengantarnya, Helmi yang ingin tahu tempat tinggal Tasya saat ini, dengan memaksanya akhirnya Helmi bisa mengantar ke rumah kontrakan Tasya.

'Apa aku harus mengatakan perasaanku pada Tasya? lalu bagaimana jika Tasya menolak perasaanku? Aku tidak mau jika Tasya akan menjauhiku setelah mengetahui perasaanku padanya.'

"Helmi apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu? kenapa sejak tadi ibu kamu terus mengaduk-aduk makanan tanpa berniat untuk memakannya? apakah kamu semalam bertemu dengan orang yang selama ini kamu cari?" tanya Lestari ibunya.

"Bu, bagaimana jika aku membawa Tasya ke sini? apakah ibu akan menyetujuinya?"

Lestari menghela nafasnya mendengar permintaan Sang Putra.

"Hel, Ibu tidak keberatan jika kamu membawa Tasya ke sini, ibu juga sangat menyayangi Tasya tapi kamu harus tahu jika Tasya adalah keponakan dari wanita itu dan kamu juga tahu apa yang akan terjadi pada Tasya jika tante dan pamanmu mengetahui jika Tasya berada di rumah kita? kamu tahu bagaimana peringai pamanmu kan? Ibu tidak ingin membuat Tasya dalam bahaya, sebaiknya biarkan dia tetap di sana sekarang kita tinggal memperhatikan Tasya kita akan membantunya tapi kita tidak bisa menjaganya secara langsung, kamu bisa meminta seseorang untuk terus mengawasinya sehingga Tasya akan tetap aman sekalipun tidak tinggal dengan kita." Helmi memahami

ketakutan ibunya, kakaknya yang memiliki emosi yang tidak bisa dipendam akan sangat membahayakan orang di sekitar jika keinginannya tidak dipenuhi.

"Baiklah, Bu. aku akan menjaganya dengan jarak yang aman." sahutnya.

Helmi kembali ke kamarnya mengingat hari ini adalah hari libur, Helmi akan menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah tanpa keluar rumah jika tidak ada hal yang penting.

Tasya yang hari ini disibukkan dengan berbagai

promosi penjualan ponsel yang harus mencapai target, dari jauh Tias memperhatikan kinerja Tasya, tersenyum penuh kepuasan karena sejak pagi Tasya telah berhasil mengumpulkan target penjualan melebihi batas. sehingga Tasya mendapatkan jadwal pulang lebih awal untuk beristirahat di rumah dengan bonus yang diberikan oleh Tias hari itu juga.

"Tasya, penjualan ponsel hari ini melebihi dari batas yang ditentukan, sekarang kamu pulanglah dan ini adalah bonus penjualanmu." Tias memberikan amplop coklat pada Tasya.

"Terima kasih Tias, lalu bagaimana dengan teman-teman? bukankah mereka sudah mencapai target?"

"Tidak, hanya kamu yang mencapai target dan hanya kamu yang berhasil menjual melebihi target yang aku minta. sebaiknya sekarang kamu pulang dan beristirahat."

setelah menerima amplop coklat dari Tias, Tasya bergegas meninggalkan pusat perbelanjaan di mana toko milik sahabatnya berada.

Tasya membeli kebutuhan untuk beberapa hari kedepan dengan langkah lebar Tasya menuju supermarket yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan. saat akan memasuki supermarket tiba-tiba ia dikejutkan dengan seorang anak kecil berlari ke tengah jalan dengan suaranya yang merdu memanggil ibu. Tasya berlari sekencangnya untuk menyelamatkan anak kecil yang terus berjalan ke tengah jalan di mana mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

"Aaarrggghhh!!!" Tasya berteriak sekencang kencangnya saat mobil berwarna merah melaju dengan kecepatan penuh kearahnya.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Tasya, saat mereka berada di seberang jalan.

"Tante siapa?" tanya gadis kecil yang berada dalam gendongannya.

"Sayang, di mana ibumu? bagaimana kamu bisa berada di tengah jalan seperti ini? apa kamu tidak tahu jika ini sangat berbahaya, bagaimana jika mobil itu menabrak kamu?" kata Tasya, yang masih kesulitan untuk mencari keberadaan ibu dari gadis kecil yang kini di dalam pelukannya.

"Tante belum menjawab pertanyaan ku? Tante siapa namamu?"

Tasya tersenyum, mendengar perkataan gadis kecil yang memeluknya dengan erat.

"Jawab dulu pertanyaan Tante, pertama siapa namamu? dan yang ke-dua dimana ibumu?"

"Namaku Nara, Tante."

"Nama yang indah, sayang kamu harus ingat ya nama Tante adalah Tasya, nah sekarang kamu harus kembali ke orang tua kamu, katakan dimana ibu dan ayahmu?" tanpa menunggu jawaban dari gadis kecil yang ada dalam gendongannya, Tasya membawanya untuk menyebrangi agar kembali ke jalan yang sebelumnya, ia yakin jika orang tua gadis yang ada di gendongannya ad Adi supermarket.

"Apa yang kamu lakukan pada putriku? dasar penculik?!" suara dingin laki-laki yang kini berdiri di depannya, membuat tubuh Tasya terlonjak kaget.

"Maaf, saya bukan penculik. tapi saya menyelamatkan putri anda. lain kali Anda harus menjaga Putri anda dengan benar, bagaimana jika putri anda tidak ada yang menolong? apakah anda masih bisa melihatnya saat ini? jadi anda tidak bisa menuduh orang lain sebagai penculik, yang seharusnya anda lakukan adalah terima kasih kepada orang yang sudah menyelamatkan putri anda." kata Tasya dingin.

"Sayang, sekarang kamu harus kembali pada ayahmu dan tante akan kembali dengan aktivitas tante yang lain, lain kali jangan berlari ke jalanan sayang, bagaimana kalau tidak ada yang melihat? itu sangat berbahaya sayang, lain kali hati-hati sampai jumpa anak manis," kata Tasya lembut, pria yang berdiri terdiam mendengar suara wanita yang telah menyelamatkan putrinya. Tasya tidak mempedulikan jika gadis yang ada dalam gendongannya menangis histeris tidak ingin dilepaskan olehnya, Tasya berhenti saat suara dingin kembali terdengar menyakitkan.

"Penculik tidak akan pernah mengaku dirinya penculik, sama halnya dengan penjahat akan mengaku bahwa dia tidak pernah melakukan kejahatan, tapi faktanya adalah mereka yang melakukannya tanpa diketahui oleh siapapun."

Tasya terdiam kejadian saat dirinya ada di sebuah tempat hiburan malam di ibukota kembali teringat, keringat dingin membasahi keningnya.

"Hei, Apa kamu sedang berpikir untuk melarikan diri dari sini? kamu tahu, ini masalah besar, dan aku akan membawa kasus ini ke kantor polisi, jadi bersiaplah dan kumpulkan semua pengacaramu untuk melawanku." Tasya terdiam dan kembali menatap manik hitam milik laki-laki yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

"Tuan, yang terhormat jika anda berpikir bahwa saya akan mencelakai atau menculik Putri anda itu salah besar. bukankah Anda orang hebat maka lakukan secepatnya untuk periksa CCTV yang ada disini. dan anda bisa melihatnya, apakah saya pelaku penculikan atau pahlawan untuk Putri anda." kata Tasya tajam penuh penekanan, tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Tasya melanjutkan langkahnya untuk masuk ke sebuah supermarket dam membeli kebutuhannya dan segera kembali kerumah, suara mungil seorang gadis membuat Tasya berhenti dan berbalik menatap wajah sendu anak berusia tiga tahun.

"Ibu, peluk aku." Tasya terpaku di tempatnya, namun tatapannya mengarah pada gadis kecil yang berada dalam gendongan pria dewasa.

"Sayang, Tante harus pulang lebih dulu dan kamu harus istirahat, jadi anak yang baik sayang dan menurut pada ayah dan ibu, sayang." Tasya berbalik, tanpa menoleh kearah gadis kecil yang ia tahu bernama Nara yang tengah menangis.pp

"Jangan berpikir jika putriku ingin bertemu denganmu lagi. dan aku tidak akan memaafkan kesalahanmu ini, jadi jangan pernah berharap untuk lebih dari ini." dengan berat hati Tasya berbalik menatap pria dingin di depannya, tidak ada kata yang keluar dari bibirnya, tatapannya sendu saat Nara minta di gendong olehnya.

"Aku, akan terus mengawasimu sampai polisi menangkap dengan tuduhan penculikan."

Tasya menggelengkan kepalanya, dan kembali melanjutkan langkahnya. tanpa mempedulikan panggilan seorang anak kecil dan ucapan pria yang menggendongnya, hatinya begitu sakit setelah apa yang ia yang dilakukannya pada putrinya, tapi bukan terima kasih yang ia terima melainkan kata-kata kasar dan tuduhan.

"Penculik tetaplah penculik."

avataravatar
Next chapter