2 2. Wanita Yang Sama.

Tasya yang kelelahan bekerja, memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur adanya alas atupun tempat tidur, baginya saat ini adalah tempat tidur ternyaman setelah seharian bekerja.

"Aku masih ada waktu untuk memejamkan mata berapa menit, hari ini benar-benar melelahkan." gumam Tasya, hanya hitungan detik ia terlelap dalam mimpi indah.

"Tasya, bangun. jangan sampai aku siram air satu ember."

Suara cempreng Tias, membangunkan Tasya yang terlelap dalam buaian mimpi indah. Tias yang sebenarnya menginginkan sahabatnya untuk melihat dunia luar, bagaimana dunia yang bisa membawa kepribadian Tasya yang tidak menyukai laki-laki, Tasya bukanlah wanita pencinta sesama jenis, tapi Tasya trauma dengan jenis mahkluk tampan di dunia fana ini. trauma melihat tantenya yang hidupnya selalu di siksa oleh pamannya yang berstatus sebagai suaminya, bahkan sang paman tidak segan-segan memperlakukan Tasya seperti budak. jika membela sang Tante. tidak jarang Tasya di bawa ke tempat hiburan malam untuk di jual, beruntung ia bisa selamat. pria yang selama ini di kenalnya pendiam telah menyelamatkan dirinya, Helmi keponakan laki-laki dari sang paman menyelematkan dan membawanya pergi keluar kota dan mencarikan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Tasya bukan hanya di perlakukan tidak baik oleh sang paman, tapi juga oleh sang Tante. wanita yang selama ini terlihat anggun dan berkelas tidak ubahnya seperti singa betina, yang mudah melakukan kekerasan padanya hingga pengusiran membuat Tasya pergi, walau pada akhirnya cindy adik dari ibunya memperlakukan dirinya bagaikan binatang.

"Aaarrggghhh!!"

Tias berlari memeluk tubuh Tasya dengan lembut.

"Apa kamu bermimpi lagi? aku sudah membangunkanmu dan kamu sudah membuka matamu tapi kenapa kamu bisa terlenap lagi?"

Tias melepas pelukannya, berlahan membantu Tasya untuk duduk dengan tegak.

"Tasya, kamu belum jawab pertanyaanku? Apakah kamu bermimpi buruk lagi?"

Tias meraih air minum yang berada di atas nakas dan memberikannya pada Tasya, yang terlihat pucat pasi. dengan tangan bergetar Tasya meraih air yang disodorkan oleh Tias untuknya.

"Terima kasih Tias, Kamu sedang apa di sini?"

"Apakah kamu lupa jika malam ini kita akan pergi?"

"Maafkan aku yang tertidur dan sekarang kamu harus menungguku untuk bersiap." kata Tasya tanpa menjawab pertanyaan Tias.

"Kamu tidak ingin menjawab pertanyaanku? katakan padaku apakah kamu bermimpi itu lagi?"

Tasya masuk ke dalam kamar mandi dan penutup pintunya dengan cepat, ia tidak ingin sang sahabat memikirkan kondisinya yang semakin terpuruk. setiap malam mimpi itu selalu datang dan mengganggunya.

"Tasya, sekalipun kamu menyembunyikannya dariku? aku yakin cepat atau lambat aku akan mengetahuinya." "Aku merasa jika kamu menghindariku? Tasya aku sahabatmu, katakan padaku apa yang kamu sembunyikan, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? kamu harus menceritakan padaku sehingga aku bisa menolongmu, memberikan yang terbaik untukmu," kata Tias, ia yakin jika Tasya mendengar perkataannya.

"Aku baik-baik saja Tias, kamu tidak perlu khawatir seperti itu."

Tasya melewati Tias yang hanya menghela nafasnya melihat sikap sahabatnya, yang terlihat seperti tidak terjadi apapun.

"Tasya, aku yang akan membantumu." Tasya meraih paper bag, yang langsung di sambar oleh Tias, dengan cekatan Tias menggambil gaun yang masih berada di dalam paper bag, gaun malam berwarna merah tanpa lengan, bagian kerah yang berbentuk belahan panjang memperlihatkan leher jenjang milik Tasya, wanita yang kini terdiam memperhatikan sahabatnya yang merubah dirinya bak seorang bidadari, Tasya memantul dirinya di cermin, ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri, rambutnya yang di sanggul rapih dengan menyisakan sehelai di samping, gaun malam yang panjang dan bagian depan yang lebih pendek memperlihatkan betisnya yang ramping.

"Kamu sangat cantik Tasya, aku hampir saja tidak mengenalimu."

Tias, tidak henti-hentinya mengangumi kecantikan sahabatnya, walau Tasya hanya memakai riasan yang tipis, namun mampu membuat dirinya terlihat sangat cantik.

"Aku cantik karena dirimu, Tias."

"Siapa bilang? kamu memang sudah cantik, hanya saja kamu malas untuk berhias, coba kalau kamu mau memoles sedikit saja, aku menjamin semua mata laki-laki akan terhipnotis melihat kecantikan mu yang luar biasa ini, aku sendiri tidak secantik sepertimu, Tasya."

"Apa kita tidak jadi pergi?"

Tias tersenyum, ia hampir lupa jika mereka akan pergi pesta.

"Jadi dong! lihat bagaimana kamu yang sudah cantik ini akan tidur manis?"

Tasya mengikuti Tias, yang lebih dulu meninggalkan apartemennya. perjalan yang memakan waktu membuat Tasya menunggu lama.

"Ayo, kita turun,"

Tasya terdiam melihat pemandangan yang terlihat indah, warna lampu dan dekorasi yang mewah memanjakan mata para tamu undangan.

"Tasya, apa yang kamu lihat? ikutlah denganku." Tias menarik pergelangan tangan Tasya yang dingin.

"Aku, menjamin semuanya aman. kamu tidak perlu khawatir."

Tasya yang merasa tidak nyaman dengan gaun yang di pakainya, saat para tamu undangan menatap kearahnya. terlebih kaum laki-laki, mereka tidak berkedip bahkan di antara mereka dengan terang-terangan menelusuri tubuh Tasya.

"Sayang, kamu sudah datang? masuklah, kita bertemu dengan pemilik pesta ini."

Anjas merangkul pinggang Tias, Tasya yang berada di sampingnya hanya diem mengikuti langkah Tias.

"Sayang siapa wanita yang mengikuti kita?" Tias menyadari jika Anjas tidak akan mengenali Tasya.

"Wanita yang mana?"

"Gaun merah yang ada di belakang kita," Tias baru menyadari jika Tasya berada di belakangnya.

"Sayang, apa kamu tidak mengenalinya?" tanya Tias memastikan jika yang di katakan oleh kekasihnya salah.

"Ya, apa kamu mengenalinya?"

Tias mengehentikan langkahnya dan menoleh kearah belakang, bersama dengan kekasihnya.

"Sayang, coba kamu lihat dengan seksama, apa kamu benar-benar tidak mengenalinya?"

Anjas mengikuti apa yang dikatakan oleh kekasihnya, berapa saat dirinya tersenyum.

"Apakah dia Tasya, sayang?"

Tias mengangguk membenarkan perkataan Anjas kekasihnya.

"Ya tuhan, Tasya maafkan aku yang tidak mengenalimu, kamu benar-benar berbeda, kamu seperti orang lain." ucap Anjas menepuk punggung Tasya, Anjas yang mengetahui kehidupan Tasya dari kekasihnya, walau awalnya tidak begitu percaya. namun setelah Anjas menyelidiki kehidupan Tasya, ia berjanji akan menjaga Tasya seperti adiknya sendiri. usia Tasya dengan Tias berbeda dua tahun. Tias yang saat ini berusia dua puluh dua dan Tasya yang belum genap dua puluh tahun, hanya tinggal berapa hari Tasya genap berusia dua puluh tahun.

"Aku akan memperkenalkan kamu pada sahabatku." Anjas mengajak Tias dan Tasya bertemu dengan pemilik pesta, Tasya yang terlihat gugup saat berhadapan dengan laki-laki yang ada di hadapannya. walau tidak bisa melihat langsung wajah laki-laki yang ada di hadapannya karena tertutup oleh punggung Anjas.

"Brow kenalkan wanita yang pernah aku ceritakan padamu."

"Tasya kenalkan dia adalah sahabatku."

"Halo, perkenalkan namaku Helmi." Tubuh Tasya terpaku mendengar suara laki-laki yang sangat dikenalinya.

"Kak Helmi?"

"Tasya? kamu ada di sini?"

Tias saling pandang dengan Anjas, selama ini mereka tidak tahu jika Helmi adalah saudara sepupu Tasya. Tias meminta penjelasan pada Tasya tentang Helmi.

"Helmi, bisa kamu jelaskan pada kami, bagaimana kamu bisa mengenali sahabat Kekasihku?" kata Anjas melihat kehidupan Helmi yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan Tasya sahabat dari kekasihnya Tias.

"Hahaha, gini brow, Tasya adalah keponakan dari istri pamanku, dan kami jarang sekali bertemu karena kesibukan kami yang sangat padat, terlebih saat Tasya masih sekolah dan bekerja paruh waktu sedangkan aku ada di kota dengan bisnis yang baru aku rintis sehingga aku jarang sekali berkunjung ke kediaman paman."

Helmi menceritakan semuanya tentang Tasya bagaimana Tasya bisa berada di Jakarta hingga bertemu dengan Tyas yang kini menjadi sahabat dekatnya.

"Oke, itu artinya aku batalkan untuk memperkenalkan kamu dengan kekasih sahabatku, karena kalian adalah saudara sepupu itu artinya kalian saling mengenal."

"Kamu, benar brow. kami adalah orang yang saling kenal dan itu artinya kamu tidak perlu memperkenalkan kami." mereka saling tersenyum melihat kekonyolan mereka karena tanpa sengaja mereka mempertemukan keduanya yang ternyata adalah sepupu yang telah lama tidak bertemu.

"Brow jadi yang selama ini kamu ceritakan padaku adalah Tasya? wanita yang sangat dekat dengan kekasihmu?" tanya Helmi setelah Tasya dan Tias berbaur dengan para tamu undangan yang lain.

"Ya, benar yang aku katakan padamu, bukankah dia sangat cantik aku tidak tahu jika kamu adalah sepupuan dengan Tasya sebenarnya aku ingin sekali kamu berjodoh dengannya.'

"Hahaha, dunia ini sangat sempit Aku tidak tahu jika wanita yang kamu ceritakan padaku adalah wanita yang sama. dengan wanita yang selama ini aku cari."

avataravatar
Next chapter