1 1. Membuang Waktu.

"Tasya, apakah kamu tidak bisa berlari lebih cepat lagi? cepatlah, kamu tidak ingin ketinggalan mobil angkutan umum dan harus naik taksi yang ongkosnya lebih mahal?" Cicit Rosalind Anastasya, pada dirinya sendiri saat berlari dari rumah kontrakan yang berada di gang sempit menuju halte bus.

Bener dugaan Tasya, panggilan Rosalind untuk orang-orang terdekatnya. saat keluar dari gang terlihat mobil angkutan umum telah berhenti di di halte.

"Tunggu!!" Seru Tasya, ketika mobil mulai meninggalkan halte bus.

"Ulurkan tanganmu." Suara seseorang yang telah mengulurkan tangannya untuk membantu Tasya agar bisa naik kedalam mobil.

"Terima kasih," Ucapnya tanpa menoleh kearah orang yang telah membantunya.

"Hum."

Sahutnya dengan menggelengkan kepalanya melihat tingkah wanita yang telah di tolongnya.

Mobil berhenti tidak jauh dari tempatnya bekerja, sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota, yang telah di lakukan berapa tahun terakhir. tepatnya setelah Tasya lulus sekolah, sebelumnya Tasya hanya seorang penjaga toko buku dimana ia hanya pekerja paruh waktu.

"Tas, Tasya!" Tasya yang tengah merapikan pakaiannya menoleh kearah samping, dimana Tias berdiri dengan wajah juteknya.

"Halo, cantik, apakah aku membuat kesalahan? sehingga kamu menatapku seperti itu?"

"Apa perlu aku katakan, Rosalind Anastasya?"

Tasya memperlihatkan giginya yang putih dan rapih di depan sahabatnya.

Tasya meraih kain dan botol kecil untuk membersihkan kaca, sebelum para pengunjung datang.

"Tasya, berhenti jangan terus menghindariku." Kata Tias, pemilik toko di mana Tasya bekerja. namun Tasya tidak bergeming, ia terus bekerja hingga selesai dan kembali setelah tiga puluh menit.

"Tias, maafkan aku. setelah hari ini aku berjanji akan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat kerja dan aku akan berusaha untuk bangun lebih pagi lagi agar tidak terlambat untuk pekerjaan." Sahut Tasya, meraih satu bungkus nasi dan berlalu dari hadapan Tias sahabat sekaligus pemilik toko tempatnya bekerja.

"Terima kasih, sahabatku dan terima kasih kamu selalu memperhatikan aku." Ucapannya sebelum meninggalkan Tias, yang hanya menatap punggung sahabatnya yang menjauh darinya.

Pengunjung yang mulai memadati toko tempatnya bekerja, Tasya adalah seorang SPG sebuah toko ponsel. Tasya yang bekerja sekitar dua tahun terakhir dan kini memilih tinggal di salah satu rumah kontrakan yang berada di gang sempit. Tias sahabat sekaligus pemilik toko memintanya untuk tinggal bersama di apartemen namun, Tasya tidak ingin merepotkan sahabatnya dan ia tidak ingin jika karyawan yang lain berfikir jika ia diperlakukan istimewa oleh bosnya.

"Permisi, apakah kamu bisa membantuku untuk mencari ponsel untuk anakku? kalau perlu yang tidak berbahaya untuk dimainkan oleh putri kecilku,"

"Maaf, yang anda cari tidak ada. tapi jauh lebih baik dan tidak berbahaya, jika Putri kecil anda tidak bermain ponsel." Sahut Tasya.

"Aku, tidak butuh nasihat mu. yang aku inginkan saat ini adalah ponsel baru untuk putriku."

"Baiklah,"

Tasya memperlihatkan beberapa merk ponsel pada laki-laki yang ada di hadapannya, tanpa mengatakan apapun laki-laki yang tidak lain adalah Elvan memilih dua ponsel untuk putrinya.

"Tolong di bungkus, tapi sebelum itu tolong kamu periksa kembali yang ada di dalam kantong itu adalah milikku?"

"Sepertinya, anda salah. karena sejak tadi saya selalu memperlihatkan merek dan barang yang Anda pilih, jadi anda tidak perlu khawatir pihak kami akan mengganti barang yang Anda beli."

Elvan meninggalkan toko, setelah barang yang dibelinya berada di tangannya.

"Tasya."

Tasya kembali bekerja setelah pelanggan meninggalkan tokonya, dan mendekati Tias, yang memanggilnya.

"Ada apa? Kenapa wajahmu muram seperti ini?" Tanya Tias saat mendapati Tasya yang tengah merapikan deretan ponsel yang berantakan. pengunjung yang semakin padat, dan beberapa dari mereka telah membeli barang. hal inilah yang membuat Tias sangat menyukai kinerja Tasya, yang cepat dan gigih.

waktu yang berlalu dengan cepat tanpa di sadari oleh Tasya telah sore, ia mengambil barang miliknya dan kembali pulang.

"Tasya, bisakah kamu menceritakan padaku? bagaimana kamu bisa mengalami hal seperti ini? aku tahu jika kamu berusaha untuk menghindariku, tapi sayangnya aku mengetahui semuanya tanpa harus menunggu kamu menceritakan padaku."

Tasya menghentikan aktivitas, saat mendapati Tias yang berdiri di sampingnya.

"Tias, apa yang harus aku ceritanya padamu? jika aku baik-baik saja, apa kamu tidak percaya padaku, Tias?" Tasya menatap wanita cantik di depannya, ia tahu jika Tias sudah berniat baik padanya. yang selalu perhatian dan selalu mengarahkan pada hal yang lebih baik lagi.

"Jika aku tidak baik-baik saja, aku pasti akan menghubungi mu, kamu adalah orang pertama yang akan tahu tentang apapun yang aku alami."

"Terserah kamu saja, aku hanya tidak ingin kamu menyembunyikan sesuatu dariku."

Tasya meninggalkan toko, kondisinya saat pulang kerja pada malam hari, membuat Tias merasa tidak tega, namun sahabatnya yang keras kepala membuatnya menggelengkan kepala.

Tasya yang tidak ada pilihan untuk tempat tinggal di, kondisi keuangan yang di milikinya hanya mampu untuk menyewa rumah kecil yang berada di gang sempit, bahkan saat berjalan dan berpapasan dengan kendaraan roda dua ia harus memiringkan tubuhnya. namun itu jauh lebih baik saat dirinya harus tinggal dengan Tantenya.

"Aku, ingin mengajakmu ke pesta. dan kali ini aku tidak ingin mendengar penolakan darimu, Tasya. aku akan menjemputmu jam delapan malam dan kamu harus sudah siap, ini pakai saat malam nanti. sekarang pulanglah denganku atau kamu akan menolakku lagi?" Tias melipat kedua tangannya, pandangannya lurus ke wajah cantik alami milik sahabatnya Tasya.

"Aku, tidak ada kekuatan lagi untuk melawan kamu." Ujarnya dengan berlari kecil menjauh dari Tias. namun Baru beberapa langkah meninggalkan Tias ,langkahnya terhenti dan berbalik arah kearah Tias yang juga menatap wajah cantik Tias.

"Tias, sepertinya aku harus menolak ajakan mu untuk kesekian kalinya, aku tidak ingin jika kehadiranku membuatmu malu, dan pergi ke pesta, itu hanya membuang waktuku untuk tidur lebih awal lagi,"

"Jadi kamu benar-benar tidak ingin ikut denganku ke pesta? dan kamu menganggap jika pergi ke pesta hanya akan membuang waktu?" Tias yang kesel karena penolakan yang di lakukan oleh sahabatnya, dan penolakan ini berlangsung untuk kesekian kalinya. Tias yang ingin pergi ke pesta bersama dengan Tasya, lagi-lagi harus menelan kekecewaan setelah penolakan dari Tasya.

"Tias, Maafkan aku tapi. kamu tahu bagaimana aku bukan? aku berjanji padamu dilain waktu, aku akan pergi bersama denganmu." Ucapnya dengan lirih, namun melihat wajah sahabat yang sendu membuat Tasya berubah pikiran.

"Oke, untuk kali ini saja aku bersedia pergi bersama denganmu. dan aku minta padamu untuk tidak lagi mengajak ke pesta, tempat yang teramat tidak disukai olehku." kata Tasya, baginya pergi ke pesta adalah orang-orang yang tidak memiliki waktu dan menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata, walau tidak semua pesta hanya untuk mencari harga bisnis tapi bagi seorang Tasya pesta adalah tempat yang menyeramkan dan membuang waktu yang berharga.

"Tasya, jangan lupa nanti malam kamu gunakan semua pakaian yang aku berikan padamu. dan kamu bisa memilih beberapa gaun yang telah aku siapkan khusus untukmu."

"Satu lagi, aku minta maaf jika kamu harus ikut denganku. tapi aku tidak bisa memilih orang lain selesai dirimu, dari perusahaan ini hanya kamu yang baru mengembalikan keadaan dan tentunya kamu sudah tahu?"

Tasya melangkah gontai menuju rumah kontrakannya, yang berada di gang sempit. mengingat ucapan sang sahabat terus saja teriang di telinganya, angan-angannya untuk tidur sore harus kandas oleh sahabatnya Tias.

pesta adalah tempat yang dihindari olehnya, namun kali ini Tasya mengabulkan keinginan sang sahabat.

avataravatar
Next chapter