2 001 Kebakaran Besar Di Rumah Keluarga Arjanta

Jakarta, 1995

Api meninggi hingga ke atap, semua sisi rumah sudah terbakar, sang api seperti kelaparan melahap semua hingga tak ada yang tersisa dari bangunan rumah keluarga Arjanta.

Gunawan Arjanta dan istrinya telah menjadi korban penyekapan di rumahnya sendiri oleh bekas karyawan yang menyatroni rumahnya lantaran sakit hati telah dijebloskan ke penjara lantaran kedapatan mencuri di kantornya. Akibat dari kebakaran itu Gunawan terjepit reruntuhan, dan untungnya seorang sahabatnya yang seolah mendapat firasat hadir di sana menembus kobaran api yang semakin membesar demi dirinya.

"Gun!... Elo dimana?" Teriak Rega matanya mencari Gunawan di tengah kobaran api.

ia

"Rega! Rega! Aku di sini Ga! Ga Please Ga!" Terak Gunawan sekuat tenaga sedangkan separuh tubuhnya tertindih oleh atap kayu yang runtuh tepat di mengenai punggungnya.

"Gun!" Rega mengikuti teriakan Gunawan hingga akhirnya dapat melihat sahabatnya itu di tengah asap yang gelap dan Gunawan berada di bawah balok kayu besar penyangga atap. Rega pun segera menyingkirkan kayu-kayu besar itu dari punggung Gunawan.

"Ga! Nggak usah Ga! Ga dengerin gue Ga! Milanna Ga, selamatkan Millana!" Tangan Gunawan meraih memohon pada Rega agar menyelamatkan istrinya tercinta.

"Tapi Gun, kita selamatkan kamu dulu, lalu kita bawa Millana keluar dari sini!"Jawab Rega terus mengangkat balok dinding yang begitu besar.

"Ga nggak ada waktu Ga! Please Ga, selamatkan Millana Ga! Ga dia itu lagi hamil anak kami Ga! Please Ga, dia bisa keracunan asap Ga. Kasihan bayi dalam kandungannya Ga!" Gunawan terus-menerus memohon pada Rega.

"Tapi Gun, di luar kalau kamu ketemu orang lain nanti bilang aku akan bertahan kamu bisa selamat kan aku nanti setelah Millana!" Gunawan terus saja bersikukuh.

Rega berada di ambang kebimbangan namun ia harus segera mengambil keputusan, ia pun menuruti permintaan Gunawan dan segera menggendong Millana yang terkapar tak sadarkan diri. Rega segera membawa Millana keluar dari kebakaran dan di halaman rumah Millana pun langsung dibantu oleh petugas pemadam kebakaran yang baru saja bisa datang karena kemacetan ibu kota yang sulit ditembus.

"Anda nggak bisa ke sana mas! Berbahaya sekali buat Anda!" Seru salah seorang petugas damkar mencoba menghentikan Rega untuk masuk kembali ke dalam kobaran api.

"Tapi sahabat saya di dalam! Saya harus bantu dia!" Seru Rega memaksa.

"Mas itu sangat berbahaya! Ia ada di ruang mana, beritahu saja kepada kami, nanti kami yang akan menolong!" Pinta petugas itu, ia pun memerintahkan pada petugas yang lain, "Ayo kalian semua masuk!"

" Dia ada di kamar lantai 2, dia terjepit reruntuhan dari lantai tiga! Tolong dia pak! Cepat!"

" Baik mas, mas tunggu saja di sini!" Tolong kamu pegangin bapak ini, jangan sampai dia menerobos api!" Pinta petugas pemadam itu pada rekanan sesama damkar.

" Mas, jangan masuk lagi mas! Api tambah besar, bahaya!" Seru Nabilla istri Rega yang berurai air mata menyaksikan Rega yang menembus api demi Gunawan.

" Lepaskan aku!" Rega tetap bersikukuh ingin masuk kembali ke dalam kobaran api menyelamatkan Gunawan.

" Mas!! Jangan Mas! Jangan balik ke sana lagi Mas! Mas Rega! Mas Rega!" Nabilla menahan Suaminya itu dengan sekuat tenaga.

"Guunn!" Teriak Rega begitu berhasil meski ke dalam rumah Gunawan yang sudah penuh api tanpa pakaian pelindung. "Dia di sana Pak!" Lanjutnya kepada petugas damkar memberitahu lokasi ia menemukan Gunawan.

" Tolong! Pak bantu saya Pak! Pintunya ketutup! Gunawan di sini Pak!" Rega berusaha membuka pintu kamar di mana Gunawan berada yang sudah tertutup reruntuhan lemari kayu besar.

Gunawan akhirnya kembali ditemukan, namun kondisi nya kini sudah tidak sadarkan diri karena kekurangan oksigen. Di kepala Gunawan sudah penuh darah. Sepertinya kepala Gunawan telah tertimpa sesuatu.

"Gun! Sadar Gun! Bantuan datang!" Bisik Rega sembari menepuk-nepuk pipi Gunawan saat para petugas damkar itu menyingkirkan puing-puing reruntuhan dari atas tubuh Gunawan. Namun tetap saja Gunawan tak sadarkan diri.

Api semakin membesar, sebagian bagunan sudah mulai runtuh tatkala para petugas damkar sudah bisa menurunkan tubuh Gunawan ke lantai satu kemudian atap berguncang keras. Bangunan rumah itu bersiap untuk runtuh karena tak kuat menahan panasnya api.

"Aaaaarrrhhh!!" Teriak Rega begitu atap mulai runtuh menjatuhi dirinya dan petugas damkar lainnya.

"Aarrhhhh!" Para petugas itu pun berteriak sembari berlari melarikan dua korban yang mereka bantu.

Lalu runtuhlah semuanya hingga habis. Dan si api berhasil mengalahkan semua. Tiada yang bersisa di antara reruntuhan itu. Semuanya hangus terbakar hingga menjelang fajar.

******

"Nabilla!" Sebut Rega saat pertama kali matanya terbuka.

"Mas Rega!" Di sampingnya tampak sang Istri yang setia menanti suaminya itu membuka matanya dan tersadar.

"Gunawan mana, Bill? Bagaimana keadaannya?" Tanya Rega ketika kesadarannya sudah pulih.

"Mas Rega jangan kebanyakan pikiran dulu. Mas Rega pulih dulu ya. Nanti kita lihat sama-sama keadaan Gunawan." Nabilla berusaha menenangkan Rega.

" Billa, aku nggak akan tenang kalau belum tahu keadaan Gunawan. Tolong Bill!" Sebut Rega dengan suara serak dan kering.

"Gunawan, Gunawan di rawat di ruang ICU, mas. Paru-parunya bocor dan kepalanya tertimpa balok mas. Dia kehilangan banyak darah." Jelas Nabilla sembari menangis tak tega menyampaikan keadaan Gunawan yang sebenarnya.

********

Setelah dinyatakan lepas dari keadaan kritis, Rega diijinkan oleh dokter untuk menjenguk Gunawan yang masih dalam kondisi kritis.

Ayah angkat Gunawan yang sudah menerima pesan dari rumah sakit belum dapat tiba di Jakarta lantaran kesulitan mendapatkan pesawat yang saat itu tebang dari Irian Jaya karena kondisi langit yang tidak mendukung untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat.

Setelah menunggui selama dua jam di sana, Gunawan akhirnya siuman. Jari-jarinya mulai bergerak. Bola matanya terlihat bergerak-gerak di dalam kelopaknya yang masih terpejam.

"Rega! Selamatkan anak dan istri ku Rega!" Bisik Gunawan di tengah kesadaran nya yang masih separuh.

"Aku nggak kuat lama-lama!" Bisik Gunawan kembali.

" Billa, aku rasa Gunawan mulai sadar. Kamu panggil Dokter, Billa!" Pinta Rega pada sang istri.

"Baik Mas! Mas tunggu di sini!" Nabilla pun bergegas memanggil dokter jaga kala itu.

"Gun, kita sudah selamat Gun! Ini sudah di rumah sakit. Milanna Sudah berada di ruang perawatan. Kamu yang sabar ya Gun!" Balas Rega sembari meraih tangan Gunawan.

"Rega! Aku mau minta tolong Ga!" Sahut Gunawan lirih.

"Minta tolong apa Gun?" Balas Rega.

"Tolong jaga Milanna dan anak-anaknya. Dia mengandung anak kembarku Ga!" Bisik Gunawan lagi.

Uhuk! Uhuk! Uhuk! Batuk-batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Jangan banyak bicara dulu Gun! Lebih baik kamu banyak istirahat!" Tutur Rega menahan Gunawan untuk tidak berbicara lebih banyak lagi.

" Rega, Milanna sendirian. Ayahku nggak mungkin peduli sama anak-anak ku kelak. Tolong jaga Milanna dan kedua anakku! Milanna anak yatim piatu seperti aku. Dia nggak punya siapa-siapa lagi." Jelas Gunawan mengkhawatirkan sang istri.

"Gun, semuanya akan baik-baik saja. Kamu dan Milanna pasti akan selamat! Dan kalian pasti akan bisa membesarkan anak-anak kalian nantinya! Sekarang pikirkan kesembuhan mu dulu." Bujuk Rega pada sahabatnya itu.

"Ga! Tolong! Berjanjilah padaku, tolong jaga Anna dan Anak-anak ku! Berjanjilah Rega!" Pinta Gunawan sembari nafasnya tersengal-sengal.

"Gun itu dokter datang Gun! Bertahan lah! Demi anak-anak mu Gun!" Pinta Rega sembali menggenggam tangan Gunawan.

"Aku nggak kuat lagi Ga! Tolong berjanjilah pada ku Rega! Tolong aku dan anak-anakku! Ku Mohon Ga!" Pinta Gunawan dan ia pun menangis mengingat keadaan keluarga kecilnya jika ia tak bisa disembuhkan.

"Hhhhhh! Haku lelah Ga! Ber- jan- jilah... Rega!" Gunawan mulai terbata-bata.

"Baiklah Gunawan aku janji! Aku janji demi persahabatan kita Gun!" Janji Rega sebelum akhirnya Gunawan menarik nafas dalam-dalam.

Gunawan membusungkan dadanya dan seperti kejang-kejang. Matanya melihat ke atas hingga tinggal bola putih terlihat di matanya.

"Dokter tolong selamatkan Gunawan Dok!" Pinta Rega pada dokter yang kala itu dengan sigap memeriksa Gunawan.

" Baik pak!" Hanya itu yang mampu dokter ucapkan.

"Sebaiknya Anda menunggu di luar! Agar Dokter mudah menangani pasien!" Pinta perawat pada Rega dan Nabilla.

Kemudian Nabilla pun mendorong Rega yang duduk di kursi roda untuk keluar dari ruangan Gunawan.

.

.

.

.

Selamat membaca "CINTA PILIHAN"

jangan lupa tinggalkan Vote untuk cerita ini ya

Vote kalian adalah motivasiku

avataravatar
Next chapter