9 9. Sentuhan lembut Dani

“Mas, jangan!” Nisa memelas, wajahnya pias penuh ketakutan jika ketahuan orang lain, pasrah, Nisa sama sekali tidak menghentikan tangan kekar milik Dani, yang kini sudah menjalar pada balik baju Nisa sehingga menjadikan wanita itu melenguh, dan sebuah desahan lepas dari mulutnya. “Aahh.”

“Lembut sekali, sayang,” ucapnya berkomentar ketika tangannya itu sudah meremas lembut dada Nisa, yang posisi wanita itu ada di jok belakang, merebahkan dirinya, sedangkan Dani, ada di jok depan, tanpa menatap atau mengarah kepada Nisa, Dani juga menikmati aksinya dengan tangan menjulur ke belakang.

Meski Nisa menolak apa yang dilakukan oleh Dani saat ini, akan tetapi ia tetap menikmatinya, terlebih memang ini adalah pertama kalinya bagi Nisa disentuh bagian tubuhnya dengan langsung. Ternyata rasanya sangat menggairahkan, bahkan nafsunya memberontak, menuntut untuk terus disentuh lagi, dan lagi.

Wanita lugu itu merasakan sensasi yang begitu mendebarkan, bahkan menjadikan dirinya kini menggeliat, seperti terasa ada aliran listrik yang menyengat.

Dani tak menggubris permintaan Nisa, ia bahkan terus saja memainkan dua gundukan kenyal, yang tangannya ia masukan ke dalam bajunya Nisa.

Yaa, pada malam itu, di bukit perkemahan, entah bagaimana tadinya Nisa dan Dani dipertemukan lagi, keduanya sama-sama sedang menuggui muridnya di sana, akan tetapi lihatlah kini dua insan yang tengah dimabuk asmara itu malah menepikan diri.

Keduanya ada di dalam mobil Dani, dengan alih memberikan tempat bagi Nisa untuk beristirahat karena memang tidak ada tenda yang tersisa untuk ditempati.

“Arrgghh!” Dani mendengus pelan, tangannya ia tarik kembali, bahkan kini lelaki itu keluar dari mobilnya, meninggalkan Nisa sendiri saja di sana.

BRUK

Nisa masih bergeming, ia belum sadar bahwa lelaki yang tadi ada bersamanya telah meninggalkannya keluar begitu saja, entah kenapa!

“Eh, kenapa, Mas Dani keluar?” tanya Nisa dalam hatinya seraya mencoba untuk memejamkan mata, karena memang malam sudah sangat larut.

Akan tetapi Nisa tidak bisa dengan mudah memejamkan matanya, sentuhan lembut yang dilakukan oleh Dani tadi masih terngiang-ngiang jelas di benaknya, seolah sampai saat ini pun, ia masih dapat merasakan bagaimana lembutnya sentuhan kekasih gelapnya tersebut.

“Duh, otakku! Kenapa jadi travelling gini ke mana-mana?” keluh Nisa pada dirinya sendiri, merutuki keinginan tubuhnya yang ingin terus mendapatkan sentuhan dari Dani.

Layaknya wanita yang normal, tentu saja akan terangsang jika bagian dadanya disentuh lembut oleh lelaki, terlebih lelaki yang ia cinta sepenuh hati.

Sementara itu, Dani kini malah menepi seorang dirinya di warung kopi, seolah ia sedang berusaha untuk menstabilkan perasaannya tersebut yang sudah dipenuhi dengan hasrat birahi kepada Nisa.

“Sial! Bisa berabe urusannya kalau aku terus di mobil dengan Nisa, yang ada malah akan berlanjut urusannya,” keluh Dani dalam hatinya.

Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, tentu saja ia masih memikirkan dampak buruknya jika ia sampai ketahuan berzina dengan wanita lain, terlebih memang Dani sendiri sudah berjanji kepada Nisa untuk tidak merusak dirinya (berhubungan badan sebelum menikah).

Dani memang benar hanya sebatas ingin mempermainkan Nisa saja, ia hanya butuh mainan yang akan ia gunakan ketika ia berada dalam mood buruk, yang tentunya bisa mengirimkan photo sexy dengan cuma-cuma.

Untuk saat ini lelaki itu tak pernah benar-benar serius kepada Nisa, segala apa yang ia ucapkan, kata manisnya, hanyalah sebuah ilusi belaka.

“Pak Dani lagi apa di sini? Sendiri aja nih ngopinya!” seru seorang lelaki usia 40 tahun, ya itu adalah rekan kerjanya sendiri di sekolah yang sama, Andri.

“Eh, Pak Andri, saya lagi ngopi aja nih,” jawab Dani seraya menoleh kepada lelaki tersebut, lelaki yang juga tertarik kepada Nisa.

Entahlah saat ini kenapa banyak sekali lelaki dewasa malah tertarik kepada Nisa, apa karena Nisa adalah wanita muda yang lugu?

“Bolehlah, saya juga mau gabung juga di sini,” ucapnya lagi seraya mengambil posisi duduk di samping Dani.

“Oh, iya, Pak Dani lihat Bu Nisa gak?” tanya lelaki berusia 40 tahun itu, akan tetapi wajahnya nampak lebih tua dari usianya.

Dani terkesiap ketika Andri tiba-tiba menanyakan tentang Nisa, wanita yang saat ini menjadi hello kitinya, mainannya semata.

“Memangnya kenapa?” tanya Dani mencoba untuk bersikap biasa saja, tetap saja meski Dani hanya sebatas mempermainkan Nisa, tentu saja ia tidak rela juga jika wanitanya itu disukai oleh lelaki lain.

“Kira-kira dia suka gak, ya sama saya? Tapi kalau lihat dari cara dia memposting photo saya sih, itu artinya dia juga suka,” celetuk Andri lagi, sehingga Dani yang mendengarnya pun kini malah membelalakan matanya tak percaya.

“Astaga, masa iya, aku harus bersaing dengan lelaki model seperti Pak Andri?” ucapnya dalam benaknya.

“Saya gak tahu, Pak, mungkin Bu Nisa itu sudah punya pacar,” jawab Dani sekenanya saja, mencoba membuat Andri agar tidak menaruh harapan lagi kepadanya.

“Masa sih? Tapi kayaknya belum deh,” sahut Andri lagi seraya menyerudut kopi hitamnya.

“Memangnya kalian berdua ada hubungan apa? Sering chat-an?” tanya Dani penasaran, jika memang itu adalah benar, tentunya Dani akan melarang keras jika Nisa menjalin hubungan dengan Andri, yang notabenenya adalah duda miskin, meski PNS, dan sudah 3 kali bercerai dengan istrinya, bagaimana pun Dani tidak ingin jika Nisa dipermainkan oleh lelaki lain, kecuali dirinya sendiri.

Entahlah Dani sendiri tidak tahu jelas dengan kehidupan Andri, sebab memang lelaki itu baru saja mutasi ke sekolah, di mana Dani mengajar juga, akan tetapi menurut kabar burung, bahwa Andri bukanlah lelaki setia, padahal wajahnya biasa-biasa saja, bahkan terkesan menyebalkan.

“Saya sih sering chat dia, tapi Bu Nisa jarang membalasnya, mungkin karena sibuk kali, ya, tapi saya yakin kalau Bu Nisa masih jomblo,” ucapnya lagi dengan begitu percaya dirinya, Dani hanya mengernyitkan dahinya saja. Ia sudah tidak tahan ingin bertanya langsung kepada Nisa.

Sesaat kemudian, lengang. Hanya menyisakan malam, yang masih terdengar bunyi gelak tawa di bagian ujung sana, mungkin memang masih ada yang bangun dan sedang bergadang karena jam baru saja menunjukkan pukul satu dini hari.

“Kamu di mana?” tanya Dani melalui pesan singkatnya kepada Nisa, ia berharap bahwa wanita mainannya itu masih terjaga.

[Di tendanya anak-anak, Mas, tapi aku di luarnya,] jawab Nisa mengirimkan balasan pesan dari Dani.

Lelaki itu kini langsung beranjak setelah mendapatkan pesan dari Nisa, dan langsung melangkahkan kakinya dengan langkah cepat.

Lima menit, Dani sampai di tempatnya Nisa, wanita muda itu nampak sedang memainkan ponselnya.

“Eh, Mas.” Nisa menoleh ketika lelaki pujaan hatinya itu datang.

“Kamu ada hubungan apa dengan Pak Andri?” tanya Dani langsung saja kepada Nisa, sehingga menjadikan wanita itu termangu beberapa saat, ia bahkan mengernyitkan dahinya.

“Lho, emangnya kenapa? Biasa aja, gak ada hubungan apa pun,” jawab Nisa santai karena memang ia sama sekali tidak merasa ada hubungan dengan lelaki tua itu, terlebih lagi lelaki tua tersebut bukanlah tipenya.

“Serius? Tadi Pak Andri malah bilang, kalau kalian berdua sering kirim pesan. Jangan-jangan kamu ada main juga, ya sama dia?” Dani kini menuduh Nisa, seolah kini ia cemburu.

DEG

Nisa yang mendengar tuduhan itu dari lelaki yang ia cinta, tentu saja kini matanya menjadi membelalak.

avataravatar
Next chapter