webnovel

11. Kamu ketahuan selingkuh lagi

"Duh, sayang. Kamu jangan parno gitu dong! Kemarin malam aku memang mimpiin kamu di sana, karena saking kangennya. Makanya aku ketika datang ke rumah, udah gak tahan lagi ingin minta jatah sama kamu, he he he.” Dani mencoba menjelaskan.

Akan tetapi Rika masih memasang wajah menyelidik, seolah ia tidak begitu saja percaya kepada ucapan suaminya itu.

“Serius, sayang! sumpah deh, kemarin malam itu aku mimpiin kamu!” Dani menegaskan lagi agar istrinya percaya.

“Ayo dong, sayang! aku udah gak kuat nih, pengin dipuasin sama kamu di ranjang, apa kamu gak kangen gitu dengan punyaku yang besar dan perkasa ini?” Dani menggoda Rika, yang memang alat kelelakiannya itu cukup besar dan panjang, menyesuaikan dengan postur tubuh yang tinggi dan pola hidup sehat dengan olah raga.

“Aku juga udah kangen dengan service kamu yang selalu bisa membuatku puas, merem melek.” Dani tak habis-habisnya merayu Rika agar lelaki itu mendapat kepuasan seks yang kemarin malam terangsang oleh Nisa.

Perlahan, Rika pun kini mulai luluh, bibirnya yang tadi datar, kini merekahkan senyum, bahagia juga hatinya jika dipuji dan dipuja seperti itu oleh suaminya sendiri.

Seketika itu pula, Rika langsung menarik tangan Dani menuju kamar, ya menuju lautan asmara terindah bagi pasangan yang sudah menikah.

***

“Pak Dani, boleh dong kalau saya minta dicomblangin sama Bu Nisa,” celetuk Andri, lelaki yang nampak lebih tua dari pada usia aslinya.

Dani sempat terkesiap menoleh ke asal suara tersebut, yang tiba-tiba saja kini lelaki itu duduk di samping Dani. Hening sejenak.

“Iya, saya kan lihat kemarin tuh pas di kemah, sepertinya Pak Dani sama Bu Nisa dekat banget, jadi saya mau minta tolong untuk dicomblangin, he he he,” sambungnya lagi.

“Lho, apa hubungannya? Saya tetap gak bisa membantu Pak Andri, lagi pula setahu saya, Bu Nisa itu sudah punya pacar,” tolak Dani pada Andri, yang tentunya jelas saja Dani tidak akan membantu Andri, sebab saat ini ia masih menjadi kekasih gelapnya Nisa.

“Wah, sudah punya pacar? Masa sih, Pak? Saya yakin kalau Bu Nisa sama sekali belum punya pacar deh,” sahut Andri lagi yang tetap saja ngeyel.

“Bu Nisa sendiri yang tadi malam bilang kepada saya, katanya pacarnya adalah kakak kelas dia dulu.” Dani mengarang cerita, demi kekasih gelapnya itu lepas dari Andri.

Andri nampak terkejut ketika mendengar penjelasan dari Dani mengenai Nisa, ada gurat kecewa pada wajahnya, yang sebelumnya cerah penuh harapan.

“Lagi pula, ya Pak, maaf aja, kan bapak itu usianya sudah sangat matang, sepertinya Bu Nisa lebih pantas menjadi anak dari pada menjadi pasangan,” ucap Dani lagi sengaja, ingin membuat lelaki itu pupus harapannya.

Dani tetap tidak rela melepaskan Nisa, apalagi ketika tahu bahwa Nisa pun tidak suka dengan Andri, mungkin ia akan melepaskan Nisa ketika wanita itu sudah benar memiliki lelaki yang mencintai dan akan menikahinya.

Sebab sudah dapat dipastikan, bahwa Dani sama sekali tidak akan pernah bisa menikahi Nisa, sesuai dengan janji manisnya dulu, ketika Nisa belum luluh kepadanya. Dani lebih cinta dengan jabatan dan kehidupannya saat ini, yang ia dapatkan dari menikahi Rika.

Ahh, pikiran orang, mudah sekali berubah, bukan? Padahal satu tahun lalu mengatakan A, tapi selanjutnya malah mengatakan B.

Andri menoleh lagi ke arah Dani, ketika ia terang-terangan bahwa menyebutnya lebih pantas menjadi ayah untuk Nisa dari pada menjadi pasangannya.

“Pak Dani jangan asal bicara, ya! Bagaimana pun saya ini juga masih muda, masih cocok untuk Bu Nisa!” nada bicara lelaki itu kini mulai meninggi dan matanya pun mulai menatap tajam kepada Dani, bahkan tanpa memberikan kesempatan Dani untuk membela dirinya sendiri, Andri sudah meninggalkan tempat itu begitu saja dengan perasaan kesal.

Sementara itu, di kursi dan meja kerja yang tak jauh dari tempat Dani dan Andri berbincang tadi, ada seorang wanita yang tengah mendengarkan perkapan keduanya dengan teliti, menguping.

“Saya gak salah dengar tuh, Pak, apa yang dikatakan oleh Pak Andri tadi kalau Pak Dani dan Bu Nisa ketika di kemah kemarin dekat sekali? Nempel aja gitu maksudnya?” tanya seorang wanita yang kini datang, selepas Andri pergi.

Dani mendengus pelan, ketika tahu siapa yang kini datang kepadanya.

“Duh, ada apa lagi sih, kepo terus pikirannya. Kayak gak punya pekerjaan aja,” keluh Dani dalam hatinya yang kini berusaha bersikap biasa saja kepada Siti, guru honorer yang masih jomblo di usianya yang sudah menginjak angka 29.

Dani yakin bahwa kejombloan Siti sampai saat ini disebabkan oleh mulutnya juga, mana ada lelaki yang betah hidup bersama dengan wanita yang tukang gossip dan menyebarkan aib?

“Pak Dani, kok diam aja sih?” wanita itu kini mulai meninggi nada bicaranya karena Dani sama sekali tidak menggubrisnya, ia masih focus dengan pekerjaannya di depan laptop.

Dani menoleh pada Bu Siti, mengembuskan nafasnya lagi, sebelum akhirnya merespon pertanyaan yang diajukan oleh wanita tersebut, pertanyaan ingin tahu dan ingin mencampuri urusan orang lain.

“Kenapa, Bu? Saya lagi sibuk dengan pekerjaan saya, nanti saja kalau mau ngobrol,” jawab Dani, lalu matanya kini kembali focus ke arah laptop yang ada di depannya, seolah ia menunjukkan kesibukannya dan tidak ingin diganggu.

“Saya kan cuma nanya aja, dan Pak Dani juga cuma tinggal jawab aja, apa salahnya? Gak akan mengganggu dan menyita waktu Pak Dani sama sekali,” cerocos Siti bersungut-sungut karena tidak suka pada Dani yang saat ini sedang mengabaikannya.

“Siapa bilang kalau Bu Siti tidak mengganggu dan menyita waktu saya? Ini buktinya, saya jadi gak focus dan lupa tadi sampai mana, lebih baik Bu Siti pergi saja dulu, saya lagi ngejar deadline!” Dani menegaskan seraya matanya tak lepas dari layar laptop di depannya.

“Issshhh!” Siti mendengus kesal, dan akhirnya wanita itu pun pergi meninggalkan Dani dengan perasaan kesal karena diabaikan.

“Awas, ya, aku akan laporkan kepada istrimu itu kalau kamu dan Nisa nempel terus di kemah,” gerutu Siti pada dirinya sendiri, sehingga tidak sengaja ia menabrak wanita yang berjalan, bertabrakan.

BRUK

“Aduh, siapa sih? Kalau jalan lihat-lihat dong! Jangan asal jalan aja.” Siti meringis, mulutnya tak hentinya mengeluh, ia kini mulai bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya karena terjadtuh tadi.

“Duh, maaf, Bu Siti. Saya sudah lihat-lihat, tapi Bu Siti sendiri yang sepertinya tadi gak lihat jalan,” ucap wanita itu yang tak lain adalah Rika, istrinya Dani.

Sontak, Siti pun kini terkejut, bagai punuk dirindukan bulan, itulah kata pepatah, moment ini akan ia jadikan sebagai kesempatan emas untuk melaporkan Dani kepada Rika, atas apa yang dilakukannya ketika di perkemahan kemarin.

Sebab sebenarnya Siti pun menaruh rasa kepada Dani, siapa pula yang tidak tertarik kepada Dani, yang mempunyai badan atletis, dan kekar, serta wajah yang tampan, bahkan ucapannya pun selalu lembut, mungkin karena darahnya adalah darah keturunan Jogja.

Siti sudah sering kali terang-terangan menampakkan perasaan sukanya kepada Dani, akan tetapi lelaki itu sama sekali tidak menggubrisnya, bahkan kini nyatanya ia malah lebih dekat dengan Nisa.

Dan hal tersebut tentu saja membuat dirinya kesal, karena seharusnya yang dekat dengan Dani adalah dirinya sendiri, bukan malah wanita lain, seperti Nisa.

“Eh, Bu Rika! Maaf, Bu, saya tadi emang lagi mengejar Pak Andri juga, yang katanya ingin dicomblangin sama Bu Nisa,” celetuk Siti kepada Rika, sehingga wajah wanita cantik dan glamour itu berubah ketika mendengar nama Nisa disebutkan.

“Pak Andri dan Bu Nisa? Memangnya ada apa dengan mereka berdua?” tanya Rika, yang juga akhirnya kepo.

“Gini loh, Bu! Kan kita sama-sama tahu kalau Pak Andri itu Duda, jadi dia minta sama suami ibu untuk dicomblangi sama Bu Nisa, tapi suami ibu malah menolak, ia tidak mau membantu Pak Andri,” jawab Siti yang kini mulai menjelaskan akar permasalahannya.

“Lho kok suami saya? Memangnya ada hubungan apa juga dengan Pak Andri yang minta dicomblangin?” Rika bertanya, ia belum faham dengan apa yang dimaksudkan oleh Siti.

“Pak Andri minta bantuan pada suami Ibu untuk dicomblangin dengan Bu Nisa, karena katanya kemarin di perkemahan melihat kalau suami ibu dan Bu Nisa dekat banget, nempel terus, makanya Pak Andri mengira bahwa suami ibu adalah orang tepat, yang bisa membantunya.”

DEG

Rika terkejut dengan penuturan dari Siti mengenai suaminya itu bahwa ternyata ia bertemu dengan Nisa, kekasih gelapnya, padahal pengakuan dari suaminya sendiri adalah Nisa sama sekali tidak ikut kemah.

Next chapter