24 24 Mengerjakan Pelajaran Kelompok

"Eh, ada tamu," ucap gadis itu tersenyum.

"Hai, sherli," sapa Riko melambaikan tangan.

"Hai, kak, kalian udah lama banget, ya, nggak ke sini, terakhir satu tahun yang lalu," ucap gadis yang bermama Sherli itu lalu menghampiri mereka di susul wanita paruh baya.

"Iya, udah lama banget nggak main ke sini. Kalian lagi sibuk, ya?" Ujar wanita paruh baya itu.

Reno, Fadli, Irma, dan Nabila menghampiri wanita paruh baya itu dan mencium punggung tangannya. Amanda hanya dian dan ikut mencium punggung tangan wanita itu.

"Iya, tante, maklum udah kelas dua belas, jadi makin sibuk sama tugas sekolah," ucap Nabila.

"Benar tuh, Tan, naik kelas pelajaran makin susah. Sekarang aja mau ngerjain tugas kelompok," ujar Fadli.

"Tumben kak Fadli ikut kerja kelompok. Biasanya kan, tunggu hasil aja," tawa sherli meledek.

"Gini-gini gue udah Rajin, apalagi bujuk dia ketika dia ngambek."

Colek Fadli ke dagu Irma yang hanya mendapat tatapan tajam Irma

Keduanya masih belum resmi baikan saat kejdian di kantin saat anak OSIS berlibur kemarin. Irma cemburu karena Fadli terang-terangan. Menggodai cewek laind depannya."bercanda sayang kamu jangan marah." Bisik Fadli Namun tak mendapat balasan dari Irma.

"Eh, kok, Tante baru lihat teman Roy yang satu ini, ya?" Tunjuknya ke Amanda.

"Eh, iya.. kenalin, Tante ini teman baru kami, beberapa bulan yang lalu dia baru pindah sekolah. Namanya Amanda," ucap Irma mengenalkan Amanda.

Amanda yang di tatap oleh wanita itu hanya tersenyum sedikit, karena merasa gugup ditatap mereka berdua.

"Nah, da, kenalin ini Tante Dona dan Sherli, mereka Ibu dan adiknya Roy," jelas Irma.

Oh, pantas aja muka mereka mirip, batin Amanda.

"Kak Amanda cantik banget," puji Sherli mendekat ke Amanda.

"Jelas, dong. Kalau nggak cantik mana mungkin jadi teman gue." Semua orang menatap ke sumber suara. Roy sudah berganti baju serba putih. Sejenak Amanda merasa kagum melihat penampilan Roy yang kerean.

Hingga kesadarannya kembali karena Nabila.

"Santai aja, sih, Da, lihatnya, nanti lo jatuh cinta," bisik Nabila.

"Apaan, sih," cubit Amanda ke lengan Nabila, membuat Nabila terkekeh.

"Hati-hati, loh, entar kakak jatuh cinta sama kak Amanda,"goda Sherli dan membuat Amanda merona.

"Bukan entar, lagi, Sher, tapi udah mulai," ujar Rika yang mendapatkan tatapan tajam dari Roy.

"Eh, sudah... Nggak kasihan apa lihat pipi Amanda memerah karena kalian. Iya, kan, Amanda? Bunda Roy terkekeh melihat Amanda.

"I_ ya... Eh... Enggak, kok, Tante. Amanda biasa aja," jawab Amanda salah tingkah.

Amanda menggaruk tengkuraknya yang tak gatal karena godaan dari mereka.

Saat Amanda salah tingkah, matanya sempat bertemu dengan Roy berap menit mereka bertatapan Amanda terlebih dahulu memalingkan wajahnya.

"Cantik, "batin Roy.

"Kenapa dada gue kaya dangdutan lihat Roy? Kenapa jadi gini? Batin Amanda berusaha menetralkan tubuhnya.

"Kak, Sherli melambaikan tangannya ke arah Roy. Namun Roy masih saja menatap Amanda yang kini menunduk.

"Kayaknya kakak gue benar-benar jatuh cinta nih sama kak Amanda," ucap Sherli membuat semuanya menatap Roy yang masih bengong.

Sherli menatap Riko dengan senyum liciknya. Riko paham apa maksud senyuman Sherli, cowok itu mendapat ide ketika Roy masih melamun. Roy menoleh terkejut dengan ciuman yang barusan di terima di pipinya. "Anjir, Riko wah, si kadal, ngapain lo cium gue, hah?" Roy meninju perut Rino hingga Riki meringis kesakitan.

"Aduh, parah banget, sih, lo! Sakit nih perut gue," ringis Riko.

"Roy!" Tegur Bundanya.

"Heheh. Maaf, Bunda. Siapa suruh cium pipi aku," ucap Roy.

"Salahin aja tih si Sherli yang kasih gue kode." Tunjuk Riko.

Roy tatap suci yang tadi menyengir. Suci benrhenti tertawa karena tatapan Roy dengan senyum liciknya. Amanda tersenyum melihat kedekatan keluarga Roy, Roy saat ini menggelitik Sherli hingga mereka berbaring di lnatai. Bunda mereka hanya geleng-geleng kepala.

"Woi, berhenti gelitikan calon istri gue, njir! Ucap Riko.

"Calon istri kepala lo!!!!" Ucap Irma dan Fadli bersamaan.

"Cie, cie... Kompak banget, sih," ledek Riko membuat Irma memutar bola matanya malas.

"Kita, kan, sehati. Iya, kan, sayang?" Goda Fadli.

"Apaan, sih," jawab Irma datar, membuat Fadli memanyunkan bibirnya.

Sementara Amanda dan Nabila terkekeh melihatnya.

"Kayaknya ada yang mau uang jajanya bunda potong nij," ucap Mirna, membuat Roy menghentikan aksinya.

"Roy berhenti, kok, Bunda," kata Roy memeluk Bundanya dan mencium pipi wanita paruh baya itu.

"Makanya anak bunda mau dilawan, jelas kakak kalah, lah. Sherli sudah berdiri di samping Roy dan ikut berpelukan.

"Kakak anak bunda!" Ucap Roy.

"Sherli!"

"Kakak!"

"Sherli!!!"

"Kakak!!!"

"Aduh kalian berdua kayak anak kecil saja, sih. Dua-duanya anak Bunda, kok. Lihat nih, heh!!!" Mirna menjepit kepala anaknya menggunakan lengan.

"Aduh, aduh, Bunda!"

"Sudah, jangan berdebat lagi, Bunda maubke dapur dulu."

Semua tertawa melihat adegan itu, kecuali Amanda. Amanda merasa iri melihat, kebahagiaan anatara Roy, adik, dan Bundanya. Andai saja keluarganya bisa seharmonis itu bisa bercanda bersama, tertawa bersama seperti dahulu, mungkin dia tidak akan merasa iri.

Lo beruntung banget punya keluarga seperti ini, gue iri lihat lo, gue mau kelluarga gue kayak dulu lagi. Tapi mereka malah benci sama gue, gue anak pembawa sial, batin Amanda menatap Roy dengan mata berkaca-kaca.

Amanda menatap mereka sangat lama hingga air matanya menetes, buru-buru dia memutar tubuhnya lalu melangkah keluar.

"Eh, da, lo mau ke mana? Tanya Roy melihat Amanda hendak pergi.

"Gu_"gue keluar dulu," ucap Amanda melangkah pergi.

Suara Amanda yang bergetar sangat dikentarai oleh Roy. Dia nangis? Batinnya.

"Kok, Amanda aneh, sih?" Tanya Nabila.

"Tatapan dia mengarah saat ketawa bareng Tante dan Sherli, seru Irma.

"Hubungannya apa coba?" Ujar Riko membuat semuanya mengedikkan bahu kecuali Roy.

Roy akhirnya paham dengan Amanda. Buru-buru dia melangkah keluar menyusul Amanda meninggalkan temannya yang bingung.

Dia pasti ingat keluarganya, batin Roy.

Dugaan Roy benar, trrlihat dengan jelas bahu gadis itu bergetar.

Gadis itu belum menyadari kedatangan Roy di belakangnya. Roy menghela nafas kemudian menghampiri Amanda dan memegang bahu gadis itu membuat Amanda terkejut melihat Roy. Dengan cepat Amanda menghapus air matanya dan memalingkan wajah agar Roy tidak melihatnya menangis.

Meskipun gue nggak tahu apakah pertemanan kita akan bertahan lama, da. Gue nggak tahu kenapa saat lihat lo nangis hati gue juga sakit, gue nggak mungkin jatuh cinta sama lo, kan? Gue takut jatuh cinta dan buat lo celak kayak dia, batin Roy sedih.

Roy, bisa nggak, lo jangan buat gue baper? Pelukan lo buat gue nyaman banget. Gue nggak mau jatuh cinta secepat ini, gue nggak mau lo tinggalin gue kayak Rendy, batin Amanda.

avataravatar
Next chapter