webnovel

BAB 1

Jakarta

Di Gedung Graha Zeni TNI AD..

"Pastikan semuanya aman dan jangan sampai bapak dan keluarga kenapa-kenapa, mengerti ?", tanya Irfandi.

"Siap laksanakan", jawab Rian.

"Baik, saya sendiri harus memantau ke seluruh gedung ini", kata Irfandi.

Empat puluh lima menit kemudian..

Masih di Gedung Graha Zeni TNI AD..

"Hari ini adalah hari ulang tahun anak saya yang ke dua, sehat selalu, murah rezeki, dan berguna bagi nusa dan bangsa, restu ayah bersamamu putraku", kata pak Roy.

"Iya ayah, terimakasih dengan semua ini, tapi ayah ada satu yang kurang ayah", sambung Dimas.

"Yang kurang, apa itu putraku ?", tanya pak Roy.

"Mbak Sinta, ayah", jawab Dimas.

"Saya harus memberikan kabar pada pak Andi", kata Wahyu.

"Fandi", kata pak Joko.

"Siap pak", sambung Irfandi.

"Ayah saja jangan pak", keluh pak Joko.

"Maaf pak, kita sedang bertugas jadi, saya tidak bisa memanggil ayah", kata Irfandi.

"Ya sudah, saya kesini ingin bertanya apakah semuanya aman ?", tanya pak Joko.

"Ya semuanya sudah saya periksa dan semuanya juga aman pak, banyak yang mengawasi di depan", jawab Irfandi.

"Bagus, baiklah sekarang kamu lanjutkan tugasmu dan saya akan melanjutkan tugas saya menjaga pak Roy", kata pak Joko lagi.

"Laksanakan pak", sambung Irfandi lagi.

Di depan Gedung Graha Zeni TNI AD..

"Tunggu aba-aba dari saya, setelah itu baru, ingat sasaran utama kita adalah Jendral Roy", kata Andi.

Di Gedung Graha Zeni TNI AD lagi..

"Baik pak, laksanakan", kata Wahyu.

"Sekarang silahkan nikmati jamuan yang sudah di hidangkan, terimakasih", kata pak Roy.

Di depan Gedung Graha Zeni TNI AD lagi..

"Sekarang tembak..", kata Andi.

Di Gedung Graha Zeni TNI AD lagi..

"Baik pak", kata Wahyu.

Wahyu pun melaksanakan perintah dari Andi (pemimpin militan radikal) yang ingin membalas dendam oleh pak Roy.

Wahyu memegang pistol dan siap menembak ke arah pak Roy, pak Joko yang melihat pak Roy ingin di tembak oleh Wahyu segera menyelamatkan pak Roy, dan pak Joko lah yang terkena tembakan Wahyu, Irfandi yang mengetahui ayah nya kena tembak berlari ke arah ayah nya, ayah nya pun menghembuskan terakhir.

Sebelum pak Joko menghembuskan nafas terakhir pak Joko menginginkan anak pertamanya (Arfani) pulang ke Indonesia setelah ayah nya menghembuskan nafas terakhir nya.

Lalu pak Roy juga meminta Irfandi untuk menjalankan misi yaitu menjaga putri pertamanya dari militan radikal.

Irfandi menolak permintaan dari pak Roy, lalu pak Roy memberitahu Irfandi, kalau kakak yang Irfandi cari berada di Belanda.

Akhirnya Irfandi pun melaksanakan perintah dari pak Roy dengan cara menyamar sebagai mahasiswa di Belanda.

Masih di Gedung Graha Zeni TNI AD..

"Pak Roy..!!", pak Joko menyelamatkan pak Roy yang terkena tembak.

"Ayah..!!", Irfandi yang melihat pak Joko terbaring dengan luka tembak.

"Irfandi, sebelum ayah pergi ayah ingin kamu mencari kakak mu, dia adalah saudara kembar mu, kalian terpisah dari kecil, ayah ingin kamu mencarinya dan membawanya pulang, dia berada di Belanda, bersama ibu mu", pak Joko menghembuskan nafas terakhir nya.

"Ayah..!!", seru Irfandi.

Keesokan harinya..

Jakarta

Markas Besar TNI AD

Di ruang kerja pak Roy..

"Assalamu'alaikum, permisi pak Roy, ada apa pak Roy memanggil saya, dan apa yang bisa saya bantu untuk pak Roy ?", tanya Irfandi.

"Wa'alaikumussalam, silahkan masuk Irfandi, jadi seperti ini, saya mempunyai seorang putri yang bernama Sinta di kuliah di Belanda dan saya memberikan tugas untuk kamu yaitu untuk melindungi putri saya dari ancaman Andi, Andi adalah pemimpin militan radikal", jawab pak Roy.

"Maaf pak, saya tidak bisa, karena saya ingin mencari..", kata Irfandi yang di potong perkataan nya oleh pak Roy.

"Ya saya sudah tau, ayah mu sudah menceritakan semuanya pada saya dan Belanda ada hubungan nya dengan tugasmu Irfandi", sambung pak Roy yang memotong perkataan dari Irfandi.

"Maksudnya bapak, kakak saya ?", tanya Irfandi lagi.

"Ya, kakakmu ada di sana, di Belanda, dan saya baru saja mendapatkan informasi kalau kamu mempunyai keponakan bernama Rama Adhi Saputra", jawab pak Roy lagi.

"Baiklah pak, saya terima tugas dari bapak untuk melindungi putri bapak dari militan radikal", kata Irfandi.

"Baik, kalau begitu besok kamu berangkat", sambung pak Roy.

"Baik pak", kata Irfandi lagi.

Di rumah pak Joko

Di ruang kerja pak Joko..

"Ayah sebentar lagi keinginan mu akan terwujud dan aku berjanji akan membawa kakak ku pulang ayah", kata Irfandi.

Keesokan harinya..

Amsterdam - Belanda

Di bandara..

"Akhirnya sampai juga di bandara", kata Irfandi.

Di rumah pak Roy

Di kamar Irfandi..

"Besok saya sudah mulai masuk kuliah dan sebagai mahasiswa", kata Irfandi.

Keesokan harinya..

Universitas Amsterdam (kampus Rama & Sinta).

Di taman kampus Rama & Sinta..

"Reihan kalah dan hukumannya adalah menjahili mahasiswa yang akan masuk ke kampus", kata Rama.

"Oke siapa takut", sambung Reihan.

"Oke, kalau begitu di mulai dari sekarang", kata Sinta.

"Oke..", sambung Reihan lagi.

Irfandi masuk ke kampus (Universitas Amsterdam) dan Reihan pun menjahili Irfandi yang kalau lomba balap lari, salah satu dari teman Rama dan Sinta (Reza) menyangka kalau Irfandi itu adalah dosen baru untuk jurusan Accountancy and Control (akuntansi).

Lalu di kelas pak Tito memperkenalkan Irfandi pada Rama, Sinta, dan teman-temannya sebagai mahasiswa.

Irfandi pun meminta Sinta menjadi temannya, Sinta pun menolak untuk berteman dengannya.

Tak beberapa lama akhirnya Sinta menerima Irfandi menjadi temannya, karena Irfandi sudah menyelamatkan Rama yang akan jatuh dari gedung universitas.

Di depan Universitas Amsterdam (kampus Sinta dan Rama).

"Eh tunggu dulu itu kan dosen Accountancy and Control, yang artinya itu dosen kita yang baru", kata Reza.

"Haduh mati aku..", sorak Rama, Sinta, dan Tasya.

"Itu punya ku", keluh Reza.

"Hehe..", Rama, Sinta, dan Tasya hanya tertawa.

"Ya sudah kita hentikan saja Reihan", kata Tasya.

"Yuk za", sambung Rama.

Beberapa jam kemudian..

Di ruang 209 (kelas Rama & Sinta).

"Goedemorgen kinderen"

(Selamat pagi anak-anak), kata pak Tito.

"Goedemorgen Mr. Tito"

(Selamat pagi pak Tito), sambung semua mahasiswa.

"Vandaag wilt u u voorstellen aan uw nieuwe vriend, waarin uw naam wordt geïnstalleerd en waar kom je vandaan"

(Hari ini bapak ingin mengenalkan kalian kepada teman baru kalian, perkenalkan namamu dan darimana kamu berasal), kata pak Tito lagi.

"Nou je vader"

(Baik pak), sambung Irfandi.

"Goedemorgen vrienden, voorzover mijn naam Irfandi, ik ben gebruikt om Fandi te bellen, ik kwam uit Jakarta, Indonesië"

(Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Irfandi, saya biasa di panggil Fandi, saya berasal dari Jakarta, Indonesia), kata Irfandi yang memperkenalkan diri di kelas.

"Sorry mijn sir Tito sneed ik het je te vragen ?"

(Maaf pak Tito saya potong, saya ingin bertanya boleh ?), tanya Rama.

"Natuurlijk, adhi, het kan het"

(Tentu saja Adhi, boleh), jawab pak Tito.

"Sorry, is het niet ?"

(Maaf usianya berapa, kenapa baru kuliah ?), tanya Rama lagi.

"Ik ben dertig, ik ben nieuw, lezing, ik werk een tijdje en ik bespaart voor de universiteit, je vraagt je zeker af waarom ik naar de universiteit kan gaan naar de universiteit van Amsterdam, is het niet ?"

(Saya berusia tiga puluh tahun, saya baru kuliah, karena saya bekerja terlebih dahulu dan saya juga menabung untuk kuliah, pasti kalian bertanya-tanya kenapa saya bisa kuliah di Universitas Amsterdam, bukan ?), tanya Irfandi.

"Ja, antwoord dan ook"

(Ya, tolong di jawab yang itu juga), jawab Sinta.

"Ik krijg een beurs"

(Saya mendapatkan beasiswa), kata Irfandi.

"Oh..!!", seru semua mahasiswa.

"Nou, is er vragen van kinderen ?"

(Baik, apakah ada pertanyaan lagi anak-anak ?), tanya pak Tito.

"Er is geen vraag"

(Sudah tidak ada pertanyaan lagi pak), jawab Rama.

"Nou, nu kun je Irfandi zitten"

(Baik, sekarang kamu boleh duduk Irfandi), kata pak Tito lagi.

"Goede heer, bedankt"

(Baik pak, terimakasih), sambung Irfandi.