webnovel

Bab 1

Cinta Nara

Part 1

Senja datang kembali. Senja yang selalu kutunggu. Menanti sang kekasih dibibir pantai. Sungguh indah lukisan langit jingga disenja sore ini. Deburan ombak memecah lamunanku. Semilir angin yang menderu laksana cintaku yang terseret angin pantai dan menepi pada sosok Angga. Iya, dialah cinta pertamaku. Seorang kakak kelasku waktu di SMA. Sekarang Kak Angga sudah bekerja disebuah instansi pemerintah sebagai seorang pns dikotaku.

" Hai, sayang sudah lama dipantainya, jawab Angga sambil tersenyum pada Nara.

" Iya nih, lama banget. Emang ngapain aja dikantor. Lalu aku disuruh datang sendiri ke pantai. Mbok ya , aku dijemput dari rumah. Mana sudah hampir setengah jam disini," jawab Nara manyun.

" Begitu aja marah, Angga menghampiri Nara sambil mencolek dagu kekasihnya itu. "Aku bawain sesuatu nih untukmu. Pejamkan mata dulu ya.Tara..., Angga lalu memberikan cincin emas putih yang langsung dipasangkan kedalam jari manis kekasihnya.

Nara tercekat tak bisa meluapkan rasa bahagianya dengan kata - kata. Aliran darahnya seperti berhenti sesaat. Disudut ujung matanya bulir- bulir air mata tumpah perlahan. Sangat terharu dengan pemberian Angga padanya.

" Jangan melow gitu sayang, ini pasangin juga ke dalam jari aku. Angga lalu mengeluarkan cincin emas putih yang sama persis dengan yang dimiliki Nara. Cincin yang tadi tersimpan dibalik saku baju Angga kini telah melingkar kedalam jari manisnya sendiri.

Ckrek.., lalu kedua pasangan yang saling mencintai itu mengabadikan momen senja dipantai nan indah. Pantai panjang. Pantai yang keelokan alamnya dengan hamparan pasir putih yang memukau para pengunjungnya untuk sekedar menjejaki kakinya dipasir putih yang lembut. Pantai dimana banyak pohon cemara dan pinus disisi jalan yang memberikan kesan asri dan menambah kesejukan suasana pantai disenja sore ini. Pantai yang menjadi saksi bisu sepasang kekasih telah mengikat janji tak kan pernah saling meninggalkan.

"'''''""

Sudah hampir 3 bulan berlalu. Nara setiap sabtu sore selalu mengunjungi pantai ini. Alasannya sederhana. Ia hanya ingin menikmati lembayung senja.Menikmati setiap keindahan ombak yang berkilau lewat pantulan sinar mentari yang mau tenggelam disamudera yang maha luas saat senja datang. Melihat cahaya jingga dipantai ini menyeruak kenangan indahnya bersama kekasihnya. Angga. Lelaki yang kini pergi jauh menimba ilmu ke tanah jawa. Pergi meninggalkan Nara seorang diri. Pergi tanpa memberitahu dirinya sebelum keberangkatan untuk melanjutkan tugas belajarnya.

Rasa sakit didada yang dirasakan Nara saat nama Angga selalu terbesit di relung hatinya. Membuat hatinya makin tercabik - cabik saat orang yang lain yang lebih tahu dimana keberadaan Angga berada.

" Maafkan Angga .., Nara. Kepergiannya memang mendadak. Pengumuman kelulusannya mendadak. Jadi semua terkesan terburu - buru." Kata - kata ini yang diucapkan ayahnya Angga saat Nara terpaksa mendatangi kediaman orangtua Angga.

Hari - hari dilalui Nara dengan kesedihan yang mendalam. Pekerjaaannya sebagai seorang guru TK tetap tak bisa menyembunyikan rasa kehilangannya.Senda gurau dan kelakuan anak - anak yang masih polos itu hanya bisa dirasakan sesaat saja. Ketika tiba dirumah, apalagi dikamar seorang diri. Nara selalu terbayang wajah Angga. Cincin pemberian Angga terpaksa dilepas oleh Nara. Ingin rasanya Nara pergi menyusul Angga, meminta penjelasan atas apa yang terjadi. Mengapa pergi begitu saja, pergi tanpa meninggalkan kata perpisahan.

Angga adalah cinta pertama Nara. Merajut cinta sejak Nara kelas 1 SMA. Sedangkan Angga duduk dikelas 3. Perkenalan pertama kali saat MOS ( masa orientasi siswa). Kak Angga adalah kakak ketua panitia MOS.

" Hei..., teman - teman. Lihat ada adek manis banget nih, ucap Angga ketika Nara sedang latihan baris bebaris bersama teman - teman angkatannya yang baru masuk.

Semua mata akhirnya tertuju pada Nara. Nara lalu tersipu malu. Mukanya memerah antara senang dan takut. Senang ada seseorang yang memujinya. Takut nanti kakak angkatannya ada yang marah padanya. Bagaimana tidak kak Angga adalah sosok kakak kelas yang paling tampan dan cerdas menurut Nara. Hehe..., padahal baru seminggu ketemu. Memujinya sudah selangit. Haha...

Itulah pesona kak Angga selalu menebar senyum ke setiap orang yang baru dikenalnya, sosoknya sudah membuat teman angkatan Nara banyak yang klepek - klepek pada kharisma kak Angga.

Nara beruntung karena dari sekian banyak teman - temannya kak Angga memilihnya untuk menjadi pacarnya. Duh senangnya hehe..

Sst.. ternyata kak Angga pernah pacaran dengan teman sekelasnya.Tapi itu dulu.Tak mengapalah karena sudah menjadi mantan. Dan sekarang akulah kekasih hatinya yang selalu dirindukannya. Ucap Nara dalam hatinya dikala itu.Hehe...

Setelah kak Angga menamatkan SMAnya. Kak Angga kemudian kuliah di Universitas Negeri dikota kami. Memilih jurusan Akutansi melalui jalur PMDK. Karena sosoknya yang cerdas kak Angga berhasil masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes. Menyelesaikan kuliah kurang lebih empat tahun. Tak tanggung tanggung kelar kuliah meraih peringkat coumlaude. Ckck..

Tak berapa lama setelah menyelesaikan kuliah kak Angga pun mengikuti tes CPNS dan alhamdulillah lolos. Dewi fortuna memang selalu menghantui kak Angga.Hehe...

Selama itu pula aku selalu mendamping kak Angga. Menjadi kekasihnya hampir tujuh tahun lamanya. Ini menginjak tahun ke delapan usia pacaran kami. Tinggal selangkah lagi untuk meresmikan hubungan ini. Tapi sekarang, kak Angga raib. Seperti menghilang tanpa jejak.

Nara telah berupaya menelpon Angga melalui ponselnya. Tapi nomor Hpnya pun telah berganti. Bisa saja Nara meminta nomor hp kak Angga pada adiknya. Tapi kan kak Angga tahu nomor hpku. Seharusnya dia yang menghubungiku terlebih dahulu. Itu yang selalu disesalkan oleh Nara. Semua pertanyaan menyeruak dibenaknya. Mengapa? Ada apa?. Semua tak bisa memberikan jawaban yang diinginkan Nara.

Hanya Angga yang tahu jawabannya. Hanya dia. Apa yang harus kulakukan. Jerit Nara dalam hatinya. Jerit seorang kekasih yang ditinggal pergi kekasihnya tanpa pesan. Semua berkecamuk dalam pikiran Nara. Hanya bantallah yang menjadi tempat tumpahan air mata Nara disetiap malamnya. Berharap suatu hari Angga akan mengabarinya. Berharap akan ada jawaban dari segala hal yang berkecamuk dipikirannya.

Next chapter