47 Semua Orang Panik

"Za, lo bisa balik ke Jogja nggak sekarang?" suara Raffi terdengar lemah.

"Nggak bisa, gue udah abisin cuti kemarin. Kenapa emangnya?" suara Fares terdengar nyaring.

"Gue khawatir nggak bisa boong lebih lama."

"What's wrong?" kini Fareza terdengar khawatir.

"Gue baru tau kalo nama Sita itu Rivio Sita Heinrich. Dia di ICU sekarang."

Diujung telepon, Fareza tidak mempercayai apa yang di dengarnya.

"Maksud lo?" Fareza berusaha memperjelas keadaan.

"Hari Minggu kemarin dia keceleakaan. Sekarang ada di ICU. Dan polisi yang menghubungi telepon ke nomer Farani. Untung gue yang angkat. Farani belum tau sampe sekarang."

"Keluarga dia udah tau?"

Raffi menggelengkan kepalanya, tapi dia segera menyadari bahwa Fareza tidak bisa melihat dia menggelengkan kepala segera menjawab, "Belum. Gue bingung kudu ngomong apa."

"Trus gimana keadaan dia sekarang?"

"Kemarin dia udah operasi. Ini nunggu dia siuman."

Bila tidak menyangkut Farani, Raffi dengan senang hati melihat Sita terbaring disana. Itu artinya bila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Farani akan terbebas dari Sita. Yang menjadi masalah sekarang adalah Sita masih terikat dengan Farani. Dan Raffi yakin bahwa Farani akan sangat sedih saat mengetahui keadaan Sita saat ini.

"Gue nggak bisa balik dadakan. Mungkin paling cepet dua hari gue baru bisa ngabarin." Fareza berusaha mencari jalan keluar.

"Gue nggak bisa boong terus ke Farani."

"Tenang, kita bisa ngadepin masalah ini. HP Sita ada di lo?"

"Iya, tapi dikunci pake sandi. Gue nggak tau sandinya."

"Sandinya 150901. Lo telepon bokap dia soal kondisi Sita, dan kirim pesan ke Farani, bilang kalo dia lagi diluar kota."

"Dari mana lo tau sandinya? Kenapa harus bilang kalo Sita lagi di luar kota?"

"Kalo Sita di luar kota, Farani nggak bakal dateng ke rumah Sita. Kan gawat kalo adek dateng pas ada bokapnya Sita." dengan sabar Fareza menjelaskan.

Setelah menyelesaikan telepon, Raffi segera melaksanakan perintah Fareza satu per satu. Dan benar, sandi HP sita 150901. Itu adalah tanggal lahir Farani, yang akan berulangtahun ke 18 dua minggu lagi.

Saat mendengar kabar bahwa putra pertamanya berada di rumah sakit, Papa Sita langsung bergegas memesan tiket pesawat, meninggalkan rapat yang sedang dihadirinya. Tanpa berkata sepatah kata pun, Papa Sita meninggalkan kantor untuk menuju bandara.

Terakhir adalah pesan untuk Farani. Ini menjadi sedikit rumit karena Farani adalah orang yang sangat teliti. Dia bisa mengetahui bahwa yang mengirim pesan bukan Sita karena perbedaan cara menulis pesan. Iya, seteliti itulah Farani. Raffi sudah pernah membuktikannya saat dia dulu pernah mengerjai Farani menyamar dengan nomor asing. Dan hanya dari 2 kali percakapan pesan, dia sudah mengetahui bahwa itu adalah Raffi.

Tanpa bermaksud membaca pesan pribadi yang ada di HP Sita, dia mengopy beberapa teks yang ada di percakapan itu. Berusaha semirip mungkin dengan teks yang dikirim oleh Sita sendiri. Dan ini membuat Raffi merasa frustasi. Menurut dia, ini lebih sulit daripada ujian nasionalnya tahun lalu. Ditambah lagi kondisi Sita yang naik turun, membuat Raffi sport jantung. Bagaimanapun, keadaan Sita akan berpengaruh terhadap Farani.

Hampir setengah jam Raffi berkutat dengan HP Sita. Seluruh pikiran dan tenaganya dia fokuskan untuk membuat pesan yang akan dikirimkan ke Farani. Disaat tengah berkonsentrasi penuh, Raffi dikagetkan dengan adanya panggilan masuk di HP Sita. Dan yang menelepon adalah Farani. Iya, Farani yang itu. Farani yang pacarnya Sita itu. Saking kagetnya, Raffi sampai menjatuhkan HP Sita. Untung saja HPnya tidak hancur.

Tak tahu harus berbuat apa, Raffi hanya bisa membiarkan panggilan masuk dari Farani, berharap panggilan itu segera diakhiri setelah sekian waktu tidak diangkat. Bukan Farani namanya kalau tidak dengan gigih tetap menelepon Sita.

*

"Lu, menurut lo aneh nggak sih kalo Sita cuekin gue?"

"Aneh kenapa? Mungkin dia sibuk kerja."

"Emang dia kerja 24 jam gitu? Sampe nggak bisa luangin waktu barang semenit buat ngirim pesan?"

"Lo kenapa sih? Lagi PMS?"

"Nggak tau. Tapi kali ini Sita aneh deh."

Kling. Sebuah pesan masuk ke HP Farani. Dari Sita.

"Panjang umur, baru diomongin eh langsung ngasih kabar." ucap Farani sumringah.

'Sorry gue di luar kota, nggak tau kapan balik. I miss you.'

Menghela napas dan melemparkan HPnya ke kasur, Farani berjalan dengan lemah ke arah Lulu. Lulu yang sedang memasang masker wajah menghentikan aktifitasnya. Kalau membaca raut wajah sahabatnya, nampaknya ada yang galau.

"Kenapa lagi? Kan baru aja dapet kabar kan."

"Iya, lagi diluar kota, nggak tau kapan balik. Kok gue berasa ngenes ya LDR gini?"

"LDR dalam satu negara mah masih mending. Gimana kalo beda benua? Beda dunia malah lebih ekstrim coba."

Memberikan tatapan yang tajam, Farani lalu ikut memakai masker yang digunakan Lulu. Iya, lebih baik dia maskeran daripada harus memikirkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Lagipula selama ini mereka baik-baik saja saat Sita harus keluar kota untuk mengurusi pekerjaannya.

Gue percaya, bati Farani mantap.

Sisa malam itu dihabiskan Farani dan Lulu untuk memanjakan diri. Setelah menggunakan masker, keduanya lalu mengecat kuku mereka. Dan juga beberapa kali membuka aplikasi belanja online untuk membeli 'barang yang tidak dibutuhkan tapi siapa tau jadi butuh'

Dan ketika bunda masuk ke kamar Farani, beliau melihat dua gadis yang tidur bersandarkan lemari. Juga beberapa peralatan untuk manicure dan padicure yang berserakan disekitar keduan gadis itu.

"Kalian mau tidur sampai jam berapa? Matahari udah tinggi ini. Katanya ada janji mau keluar sama Raffi." bunda dengan sabar membereskan barang-barang yang berserakan.

Dengan berat hati Farani membuka matanya, mengamati sekitar dan lalu meregangkan tubuhnya. Semua bagian tubuhnya sakit karena posisi tidur yang duduk dan meringkuk. Pun begitu dengan Lulu. Dia mengeluhkan badannya sakit semua setelah bangun.

"Makanya, udah disiapin kasur juga kenapa masih tidur di lantai coba?"

Keduanya bangun dengan susah payah. Merasakan badan yang sakit dan membuat mereka kesusahan, bahkan sekedar untuk merentangkan tangan.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9.30 WIB, baik Farani maupun Lulu langsung kelabakan. Mereka sudah berjanji kepada Raffi untuk datang ke rumahnya jam 9 pagi. Masing-masing mengecek HP, disana terdapat notifikasi panggilan tak terjawab. Semuanya dari Raffi.

'Sorry Raffi ganteng, kita baru bangun. Ini kita buruan ke rumah lo. Wait for us.' dengan cepat Farani mengirimi Raffi pesan.

Tanpa banyak kata, Farani dan Lulu berebut untuk ke kamar mandi di kamar Farani. Karena keduanya tak ada yang mau mengalah, akhirnya mereka menggunakan kamar mandi bersama.

Farani kali ini menjadi yang tercepat keluar dari kamar mandi. The power of kepepet yang Farani anut, saat sudah terlambat, jangan buang waktu hanya untuk mandi. Dia hanya membasuh muka dan gosok gigi, lalu menyisir rambut. Tadaaa, inilah rahasia Farani saat terlambat bangun.

avataravatar
Next chapter