10 Kakakku juga Tampan

Setelah pertemuan terakhirnya dengan Farani, Sita tidak pernah mengiriminya pesan lagi. Bukan karena sudah menyerah, Sita berusaha menghargai keputusan Farani. Percakapan singkat sewaktu menjemput Farani terakhir kali membuatnya sadar, bahwa apa yang menurut dia baik belum tentu baik juga untuk orang lain.

Fareza yang melihat temannya sedikit lebih pendiam memberikan perhatian lebih. "Kenapa lo?"

Sita menyadari kehadiran Fareza, mendongak, "Lagi baca buku, kenapa emangnya?"

"Nggak, bukan itu yang gue maksud."

Sesaat Sita diam, Fareza terkadang memiliki insting yang tajam. "Bukan apa-apa. Kenapa?"

"Lo kangen adek gue?" tembak Fareza tepat sasaran. "Dateng aja ke rumah nanti sore. Dia nggak les."

Fareza lalu berlari kecil kearah Rere. Sebelum sampai ke Rere, Fareza berbalik dan mengacungkan jempolnya. Sita sedikit ragu dengan kode yang diberikan oleh Fareza. Bisa diartikan bahwa Fareza memberikan lampu hijau untuknya mendekati adiknya, tapi bisa juga berarti 'tolong jagain adek gue sebentar'

Kling.

HP Sita berbunyi, menandakan ada pesan masuk.

'Ajak Farani nonton, dari kemaren dia pengen nonton.' Begitu lah pesan yang Sita terima. Bisa ditebak siapa pengirimnya, Fareza. Meski hanya sesaat, jelas tergambar sebuah senyuman di wajah Sita.

Setelah membaca pesan dari Fareza, Sita lalu memacu mobilnya untuk kembali ke rumah. Dia merasa harus mempersiapkan segala sesuatunya demi kelancaran nontonnya dengan Farani nanti sore.

Melihat kakaknya yang pulang lebih awal dari jadwal yang seharusnya, Kia merasa ada yang aneh.

"Kenapa kakak pulang lebih cepet?"

"Kakak nanti ada acara." ucap Sita dengan berseri-seri.

"Farani?" Kia mencoba menebak hal yang membuat kakaknya berbunga seperti itu. Tanpa banyak berkata, Sita hanya pengedipkan matanya seraya berjalan menuju kamarnya.

Kia yang memahami kode sang kakak segera mengikutinya di belakang, memasuki kamar kakaknya dan ikut memilihkan beberapa baju yang akan dikenakan oleh sang kakak.

"What are you doing?" Sita merasa keheranan melihat tingkah Kia. Hampir semua baju di dalam lemari Sita keluar.

"Helping you."

'It's okay, I can do it by my self." seraya membereskan baju yang berantakan oleh ulah Kia, Sita memikirkan beberapa baju yang akan menjadi pilihannya.

Dengan bantuan sang adik, Sita akhirnya memilih kaos polos abu-abu yang dipadukan dengan celana jeans. Sentuhan akhir dari Kia adalah menambahkan kemeja berwarna biru tua.

"You look so handsome." puji Kia melihat kakaknya.

"I know." sambil mencubit pipi adiknya dengan gemas, Sita berjalan ke kamar mandi untuk ganti baju.

Kling.

Sebuah pesan masuk ke HP Sita. Melihat pesan di HP kakaknya, Kia langsung membuka dan membaca. Dan tanpa sepengetahuan kakaknya, Kia mengirimkan pesan kepada seseorang lainnya.

"I'm sorry, Kakak akan keluar lagi ninggalin kamu." setiap akan keluar, Sita selalu pamit kepada adiknya.

"It's okay, aku udah biasa." balas Kia sambil meyakinkan kakaknya.

"Kalo ada apa-apa, cepet telepon ya. Kakak juga udah pesen ke bibi."

"Enjoy your movie." Kia melambaikan tangannya ke arah Sita. Antara mengusir dan mendoakan semoga acaranya berjalan lancar.

*

Mall Kota C di sore hari.

Banyak pengunjung yang berseliweran di mall, membuat Sita sedikit kesulitan mencari tempat parkir terdekat. Setelah 15 menit berkeliling, barulah Sita mendapatkan tempat parkir. Sebelum turun dari mobil, Sita menyempatkan melihar jam tangan, jam menunjukkan pukul 16.20 WIB. Masih ada waktu sekitar satu jam sebelum film dimulai.

Langkah ringan membawa Sita ke lantai 3 dimana bioskop berada. Seperti dapat melihat, kaki Sita berjalan dengan mulus dan lancar untuk sampai ke bioskop.Setelah emngedarkan pandangan, Sita belum melihat sosok Farani, 'mungkin dia masih di jalan', batin Sita.

"Udah lama nunggunya? Mana Abang sama Rere?" suara yang akrab mengagetkan Sita dari belakang. Berbalik, disana berdiri sosok yang sangat cantik di mata Sita, Farani.

"Nggak tau." jawabnya singkat.

Fareza dan Rere mengatur acara nonton hari ini. Mereka memesan tiket untuk 4 orang, 2 tiket sudah diberikan kepada Sita tadi siang, 2 tiket lagi dipegang oleh Fareza.

"Gue cuma dikasih 2 tiket ini doang."

Melihat tiket yang ada di tangan Sita, Farani mengangguk lalu mengajak Sita memilih tempat untuk menunggu. Bioskop yang saat itu ramai tidak menyisakan bangku kosong untuk Farani dan Sita duduk sembari menunggu.

"Ya udah, kita nunggu di luar aja." Farani berjalan keluar bioskop, mengedarkan pandangan lalu berjalan menuju toko buku. Sita dengan tenang mengikuti Farani, berjalan disamping Farani.

"Gue ke arah sana," Farani menunjuk ke arah deretan novel, "nanti kita ketemu lagi setengah jam disini." Sita mengangguk sebagai tanda mengerti.

Sita berjalan berlawanan arah dengan Farani. Deretan buku komik selalu bisa menarik perhatiannya, tapi ada hal yang lebih menarik perhatiannya ketimbang buku komik hari itu. Siapa lagi kalo bukan Farani.

'Apa kek gini rasanya kasmaran?' batinnya sambil mencari jalan lain, berusaha mencari keberadaan Farani.

Berjarak tiga rak buku jauhnya, Sita menangkap keberadaan Farani. Gadis dengan tinggi sekitar 158 cm itu tengah membolak-balik buku novel, melihat dengan seksama lalu mengembalikan ke rak tempat semula. Begitu terus, sampai tanpa sadar dia menabrak seseorang.

"Maaf, nggak sengaja." kata Farani sambil sedikit membungkukan badannya. Orang yang ditabraknya mengangguk lalu berpindah tempat.

'Ada gitu orang yang saking seriusnya liat-liat novel sampai nggak sadar ada orang di deketnya?' pertanyaan itu menggelitik hati Sita. Dan untuk menjawab rasa penasarannya, Sita mencoba bereksperimen.

Diletakkannya komik ke tempat semula, dan dalam diam Sita berpindah tempat. Mendekat ke arah Farani tanpa bersuara.

Lagi, Farani menyenggol seseorang, "Maaf, nggak sengaja." membuat buku yang sedang dipegang oleh Sita terjatuh. Dengan sigap Farani mengambil buku yang terjatuh itu.

Setelah memandang siapa pemilik buku, Farani lalu manyu, "Kenapa nggak ngomong kalo itu lo?"

"Emang kenapa kalo gue?"

"Nggak, nggak papa." Farani berusaha meredam kata-katanya, banyak orang yang melihat mereka beradu argumen.

"15 menit lagi film mulai, mau balik sekarang atau nanti?" tanya Sita, memecah suasana canggung. Farani melihat jam di HP, lalu mengangguk.

Sebelum memasuki theater, Farani menyempatkan membeli makanan dan minuman ringan. Melihat Farani yang kesulitan membawa barang belanjaannya, Sita lalu mengambil gelas minum dari tangan Farani. Mendapat bantuan tak terduga, Farani lalu memberikan senyuman sebagai tanda terima kasih.

Sita dan Farani menunggu sebelum benar-benar masuk ke dalam theater, menanti kedatangan Fareza dan Rere. Bahkan sesaat sebelum film dimulai, Fareza dan Rere tidak menampakkan batang hidungnya.

avataravatar
Next chapter