19 Ini kebenarannya

Rumah kembali sepi. Yoga, Mikha dan Kia ada di kamarnya masing-masing. Untuk Kia, setelah kelelahan menangis, tertidur dengan tangan yang menggenggam tangan Farani. Setelah memastikan Kia terlelap, Farani perlahan melepas genggaman tangan Kia dan berjalan meninggalkan kamar Kia.

Pukul 20.30 WIB.

Sita menunggu Farani di ruang tengah, tengah sibuk dengan laptopnya.

"Perkataan lo tadi siang bikin Kia sakit hati. Itu sebabnya Kia murung sedari siang." tanpa basa basi, Farani mengungkapkan apa yang terjadi pada adiknya kepada Sita.

Tanpa mengalihkan padangan dari laptop, Sita menganggukkan kepala. mendapat tanggapan seperti itu, emosi Farani tersulut. Ingin rasanya dia menampar Sita saking kesalnya. Namun akal sehat masih menguasai dirinya. Dengan penuh emosi, Farani membanting tubuhnya duduk di sofa sebelah Sita.

Menyadari apa yang telah dilakukannya membuat Farani kesal, Sita segera meletakkan laptopnya. Memandangi Farani dengan seksama.

"Gue nyari kerjaan di Jogja."

"Trus gimana adik-adik lo?"

"Sama aja mau disini atau di Jogja, mereka tetep ditinggal kerja."

Benar perkataan Sita. Mau di Jakarta atau di Jogja, adik-adiknya akan tetap mendapat perlakuan sama, tetap ditinggal kerja oleh Papa dan Kakak mereka.

"Paling nggak, lo tetep bisa ngumpul sama keluarga pas balik kerja."

"Apa gue nggak boleh memperjuangkan perasaan gue?" kini Sita yang tersulut emosinya. Membuat Farani bingung. "I just want to be by your side."

Perkataan Sita membuat Farani tercengang. Banyak kejutan untuknya hari ini. Ini bukan April Mop kan? Farani tidak tahu harus berkata apa.

"Apa yang gue bilang ke Fareza itu beneran, gue suka sama lo. Gue nggak pernah ngomong secara langsung karena menurut gue itu kaya anak kecil, makanya gue ngasih perhatian lebih.

'Perhatian lebih? Yang mana?'

Berbagai pemikiran berkecamuk dipikiran Farani. Ujian nasional yang sebentar lagi di depan mata menyita sebagian besar perhatiannya, tapi keberasaan Sita juga tidak bisa diabaikan oleh Farani.

Diakui Farani, selama perkenalan mereka, Sita memang mempelakukannya secara berbeda. Jika yang lain akan memperlakukannya bagai seorang putri raja, berbeda dengan Sita. Dia hanya akan memperhatikan Farani saat ada perlu. Sejauh itu, begitulah pengamatan Farani tetang Sita.

"Gue tunggu sampai lo kelar UN." secara sepihak Sita memutuskan.

Menurut Sita, itu lebih baik daripada menggantung. Karena dia juga menyadari fokus Farani saat ini ke ujian yang akan dihadapi minggu depan.

"Gue antar balik."

Setelah berpamitan dengan Yoga yang masih terjaga, Farani pulang. Mikha dan Kia sudah sama-sama terlelap di kamar masing-masing. Khusus untuk Kia, Farani memberinya kecupan selamat malam dan membisikkan ucapan selamat tinggal.

Entah kenapa, Farani merasa bahwa dia dan Kia akan bertemu untuk waktu yang sangat lama setelah perpisahan hari ini.

*

Setelah membaca pesan yang dikirim oleh Farani, Lulu menunggu kedatangan Farani di pintu depan. Tepat pukul 22.00 Farani sampai di rumah Om Juna.

"Puas?" sambut Lulu sambil berkacak pinggang.

Melihat Sita keluar dari mobil, Lulu merasa kaget. Mereka pernah bertemu sebelumnya, dan beberapa kali Farani membicarakan sosok lelaki tersebut saat makan siang di kantin. Dan sekarang dia keluar bersaa Farani.

Anggukan penuh makna dari Lulu membuat Farani salah tingkah. Jelas Lulu akan menginterogasinya sepanjang malam, meminta penjelasan dengan apa yang sudah dia lewatkan.

"Gue balik."

Farani dan Lulu mengangguk bersamaan. Setelah mobil Sita megnhilang dari pandangan, kedua sahabat itu langsung menuju kamar. Terlihat wajah Farani yang kelelahan. Tak dapat dipungkiri, kemacetan Jakarta memang membuat siapa saja merasa kelelahan di jalan. Bahkan bila mereka hanya duduk di dalam mobil.

"Jadi, lo mau mulai cerita dari mana?" Lulu memulai interogasinya setelah melihat Farani keluar dari kamar mandi.

"Gue bakal cerita setelah lo bawain gue susu hangat." jelas Farani tau cara memanfaatkan keadaan.

Karena rasa penasarannya, Lulu akhirnya mengabulkan permintaan Farani. Meski dengan berat hati, Lulu tetap menyiapkan susu hangat untuk sahabatnya itu. Saking baiknya, bahkan Lulu membawakan beberapa cemilan untuk Farani.

"I'm ready."

Setelah mengosongkan gelas susunya, Farani mencari posisi tang tepat untuk mulai bercerita. "Kita mulai darimana?"

"Sejak kapan lo akrab sama dia?"

"Kapan ya?" kebingungan melanda Farani, dia sendiri tidak yakin kapan mulai akrab dengan Sita. "Lo inget pas gue nonton film kan?" angguk Lulu, mengingat cerita Farani tentang dia bersama abangnya menonton film horor yang sangat dibencinya itu.

"Bukannya sama abang lo juga ya nontonnya?"

Farani menggelengkan kepalanya, "Nggak, cuma gue sama Sita. Abis itu kita makan, nah trus dia telepon adeknya dan bilang kalo ada sesuatu hal yang terjadi di rumahnya."

Segera Lulu menjadi pendengar yang setia. Dia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Farani dengan seksama dan penuh perhatian. Sampai pada akhir cerita, berbagai pertanyaan bermunculan di benak Lulu.

"Trus lo gimana? Mau backstreet atau nentang abang lo?"

Pertanyaan Lulu mengena di hatinya. Bahkan Farani belum memikirkan jawaban untuk pertanyaan Lulu. Sambil mengangkat bahu, Farani berjalan ke tempat tidur.

"Kita tidur yuk, besok ngegembel abis itu balik."

Menyetujui perkataan Farani, Lulu lalu ikut naik ke tempat tidur dan segera terlelap.

Pikiran Farani berkelana. Mengalihkan perhatian, Farani membuka pesan dari Raffi yang sedang sibuk liburan di Bali.

Pesan dari Raffi hanya foto-foto liburannya dengan orangtuanya. Setiap aktifitas Raffi dia abadikan dengan HP dan mengirimnya ke Farani. Termasuk kegiatannya berbelanja oleh-oleh.

"Mama berharap lo disini, jadi bisa shopping bareng. Gitu katanya."

Tidak hanya Raffi, Mama juga amengirimi Farani beberapa pesan dan gambar. Meminta pendapat tentang beberapa baju yang akan beliau gunakan bersama Farani. Baju couple gitu ceritanya. Sama seperti Raffi, Mama juga berharap Farani ada di Bali, ikut meramaikan liburan yang singkat itu.

"Maaf Ma, Farani nggak bisa ikut. Next time kalo udah kelar ujian atau kapan ada waktu, Farani pasti ikut." isi pesan Farani membalas pesan dari Mama Raffi.

Farani sering berpikir bahwa hanya keluarganya yang sayang padanya. Namun belakangan ini pandangannya berubah. Ada Mama dan Papa Raffi yang sayang kepadanya, bahkan terkadang Raffi yang anak kandung beliau pun merasa iri dengan ungkapan kasih sayangnya kepada Farani. Belum lagi Kia yang polos menunjukkan rasa sayangnya tanpa syarat. Lulu yang selalu berada disisinya, tanpa ungkapan yang lebay juga sayang kepadanya.

Kini ditambah Sita. Orang yang tak pernah dia harapkan untuk memberinya kesan lain dalam hidup. Nyatanya, Sita adalah orang yang pada akhirnya memiliki perasaan khusus untuk Farani, perasaan yang tidak pernah dia harapkan. Paling tidak sampai dia menginginkan perasaan itu.

Otaknya yang sejak kemarin sudah di setting untuk fokus ke ujian nasional akhirnya menjadi kacau.

"Mungkin otak gue overload." ucap Farani sambil menarik selimut, menutupi tubuhnya yang kelelahan.

avataravatar
Next chapter