5 Disengaja

Setelah beberapa hari berjuang dengan latihan ujian, tibalah hari terakhir. Semua murid kelas XII tidak sabar untuk segera menyelesaikan soal latihan. Bayangan untuk sekedar bersantai dari buku pelajaran dan semua catatan menghambur dari benak para murid. Bahkan beberapa sudah mengagendakan untuk jalan-jalan setelah mereka selesai mengerjakan soal.

Pihak sekolah menyadari bahwa para murid sudah berusaha dengan baik, sebagai reward pihak sekolah memberi libur kepada siswa XII dua hari untuk mendinginkan orak mereka. Jelas pengumuman itu disambut baik oleh siswa XII, mengingat mereka sudah bekerja keras untuk menghadapi dan melewati latihan ujian kali ini.

"Bahagianya bisa libur 2 hari. Bisa puas-puasin main game." salah seorang murid mengungkapkan agendanya.

Farani yang memasuki kelas langsung disambut oleh Lulu. Tidak seperti biasanya, wajah Lulu terlihat kusut dan tak bergairah.

"Kenapa Lu?" tanya Farani kepada sahabatnya itu.

"Ada berita baik dan berita buruk. Mau denger yang mana dulu?"

"Berita baik aja deh." jawab Farani sambil mempersiapkan alat tulisnya.

"Mama sama papa balik Fa"Lulu masih menunjukan raut wajah kusut. Farani diam, menunggu kelanjutan cerita sahabatnya itu. "Mereka pengen gue lanjut kuliah di Aussie."

Kalimat terakhir jelas diartikan sebagai berita buruk oleh Lulu. Farani pun menganggapnya begitu, mengingat mereka akan berpisah kalau Lulu benar-benar harus kuliah di luar negeri.

"Sisi baiknya, kan lo bisa ngumpul sama keluarga, Lu." Farani mengusap pundak sahabatnya sambil menyemangati. "Ya udah, kita ujian dulu. Ntar kelar ujian gue traktir es buah."

*

Pukul 10.00 WIB

Latihan ujian resmi berakhir!! Murid-murid berhamburan keluar kelas untuk merayakan sedikit kebebasan mereka.

Farani dan Lulu keluar kelas dan langsung disambut oleh Raffi.

"Udah baca pesan dari abang?" tanya Raffi begitu melihat Farani keluar dari kelasnya. Farani hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Raffi. "Kita ke kafe, udah ditunggu sama abang."

Farani hanya diam sembari memeriksa beberapa pesan yang masuk. Ada dari Bunda, Ayah dan tentu abangnya.

"Yah, kalo kalian ke kafe trus gue gimana dong?" tanya Lulu dengan wajah cemberutnya.

"Ya udah ngikut aja lah." jawab Farani sambil menarik lengan Lulu.

Ketiganya lalu berjalan keluar area sekolah, menuju parkiran 'ilegal' yang ada di samping sekolah. Banyak para murid yang tidak bisa memarkirkan kendaraan mereka di parkiran 'ilegal' ini. Alasannya simpel, karena sekolah tidak menyediakan parkiran mobil untuk para muridnya. Salah satunya Raffi.

Honda Jazz pink kebanggaan Raffi telah menanti di parkiran. Banyak yang merasa aneh dengan selera Raffi. Anak basket yang diidolakan banyak siswa perempuan itu memilih mengendarai mobil berwarna pink. Iya, PINK!!

"Kapan lo bakal ganti warna mobil?" tanya Lulu yang sedari dulu merasa aneh dengan selera Raffi.

"Ntar kalo gue keterima di universitas pilihan nyokap." jawab Raffi sambil nyengir.

"Paling nggak, jangan pink lagi ya." Lulu berharap dengan sangat.

"Suka-suka gue lah, orang gue yang make juga."

Perjalanan dari sekolah menuju kafe lumayan lama, 60 menit. Itu karena Farani menepati janjinya untuk menraktir Lulu es buah. Ditambah Raffi. Makan es buahnya sih cepet, tapi ngobrolnya yang bikin lama. Dimaklumi saja, karena anak perempuan harus mengeluarkan 20.000 kata perhari jadi ngobrol mereka lebih banyak. Walaupun topik pembicaraannya itu lagi, itu lagi.

Raffi yang sudah hapal dengan kebiasaan kedua temannya itu hanya bisa memaklumi. Lagi pula hari ini dia tidak ada acara, makanya dia menyetujui ajakan Fareza untuk main ke kafe bersama. Dan juga ini kesempatan untuk bisa lebih lama bersama Farani.

Sesampainya di kafe, hanya terlihat Fareza yang menanti kedatangan mereka.

"Tumben abang sendirian?" Farani yang langsung duduk dan menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak.

"Rere masih ada kuliah, yang lainnya belum pada dateng." jawab Fareza sambil mengutak-atik laptopnya.

Sebenarnya, agenda kumpul mereka adalah membahas game terbaru. Ini adalah agenda para lelaki, tapi Farani dilibatkan karena Fareza harus 'mengasuh' sang adik tersayang.

"Pesen sono gih. Abang mau nge-game bentar sama Raffi." perintah Fareza untuk adinya dan Lulu.

Raffi hanya mengedipkan mata untu kedua temannya itu, Farani dan Lulu langsung membalas dengan lirikan mata yang tajam.

"Oh jadi ngajakin kesini cuma mau ditinggal nge-game gitu?" Lulu langsung bangkit dan meninggalkan kedua lelaki tersebut. Farani mengikuti dibelakang Lulu dengan tatapan mematikan.

Kafe Book memang menjadi tempat langganan Fareza untuk berkumpul dengan teman-temannya. Selain tempatnya yang nyaman, dia juga sudah akrab dengan pemilik dan pegawainya. Alasan yang lebih spesifik lagi adalah karena di kafe ini lah dia dan Rere bertemu dan akhirnya menjadi akrab.

Farani dan Lulu memilih untuk membaca beberapa buku, sembari menikmati cemilan dan minuman untuk mengganjal perut. Dan tak terasa, di meja sebelah sudah rame dengan teman-teman Fareza yang sudah berdatangan. Tak terkecuali Sita.

Melihat sosok Sita yang tengah sibuk memainkan laptopnya, Farani tanpa sadar melihat ke arahnya. Bahkan Farani melupakan obrolannya dengan Lulu.

"Ih kok gue jadi dicuekin sih? Liat apa sih Dek?" tanya Lulu yang penasaran melihat Farani diam saja. Dilihatnya Farani sedang menatap ke arah kerumunan Fareza Cs. Lulu mengikuti pandangan Farani, tapi dia tidak mengetahui siapa yang berhasil menarik perhatian sahabatnya tersebut.

"Liatin sapa sih?" kali ini bisikan Lulu berhasih menyadarkan Farani.

"Apaan sih." Farani langsung membalik bukunya dan menenggelamkan wajahnya dalam buku.

Mendengar sedikit keributan di meja sebelah, orang yang sedari tadi diperhatikan Farani menoleh. Memandangi Farani yang wajahnya tertutup buku.

Sudah hampir tiga jam Farani dan Lulu di kafe, menemani Fareza dan Raffi nge-game. Jelas mereka berdua merasa bosan. Dari mulai pose cantik membaca buku sampai pose tidur Lulu yang sudah terlelap dari sejam yang lalu, dari mulai segelas minuman hingga sekarang tiga gelas. Kesabaran Farani mencapai batasnya. Apalagi Rere yang menolak untuk datang setelah tau mereka hanya akan menjadi 'penjaga lilin' saat para lelaki bermain game.

'Bang pulang yuk, adek capke nih.' Farani mencoba mengirim chat kepada kakaknya.

Fareza yang membaca chat Farani hanya menoleh sambil berkomat-kamit berkata 'sebentar'

"Lu, balik yuk." ajak Farani sambil mengguncang badan Lulu.

Lulu yang masih setenagh sadar hanya memandang Farani dengan tatapan bersalah. "Apa?"

"Ayo bali, gue udah bosen disini."

"Oke deh, gue juga udah capek."

Farani dan Lulu lalu membereskan buku yang mereka baca, juga gelas dan piring bekas makan mereka.

"Taruh situ aja, nanti biar aku yang beresih." kata Iyan, pegawai kafe yang sudah hapal dengan muka Farani.

"Makasih Iyan." kata Farani sambil tersenyum.

Tak ada yang menyadari kepergian Farani dan Lulu, padahal mereka lewat di dekat Fareza.

"Kita pulang naik apa nih? Kalo angkot gue nggak tau kudu naik yang mana." pertanyaan Lulu menyadarkan Farani.

Iya juga ya, kalo naik angkot harus naik yang mana? Sedangkan kalo naik taksi uang mereka jelas tidak akan cukup.

"Hehehe, nggak tau." Farani nyengir sambil melihat ke arah Lulu.

"Jangan liatin gue kek gitu. Gue juga nggak ada uang lebih buat naik taksi."

"Gue anter aja kalo gitu." terdengar suara di belakang mereka. Suara yang sedikit asing.

Saat Farani dan Lulu membalik badan, mereka terkejut dengan fakta siapa yang menawarkan bantuan tadi. SITA.

"Wah boleh tuh" sambar Lulu dengan wajah sumringah. Jelas tawaran Sita seperti oase di padang pasih untuknya, tapi tidak untuk Farani. Namun Farani hanya diam saja.

avataravatar
Next chapter