17 Bertemu lagi

Masih pukul 5 pagi, tapi Jakarta sudah bangun dan memulai aktifitasnya lebih awal.

Hampir satu jam lebih perjalanan menuju rumah saudara Lulu, dan akhirnya mereka sampai. Rumah bergaya minimalis, berlantai dua.

"Kamarnya udah disiapin, kalian istirahat aja dulu. Nanti siang Mama pulang."sekali lagi, dengan ramahnya Om Juna mengantarkan Lulu dan Farani kekamar mereka.

"Makasih Om."

Hal yang dilalukan oleh Lulu dan Farani adalah membersihkan wajah. Baru setelahnya mereka melanjutkan tidur yang sempat tertunda.

Satu jam berlalu, Farani belum bisa tidur juga. Berbeda dengan Luluyang langsung terlelap setelah kepalanya menyentuh bantal. Kebiasaan Farani tidak bisa tidur di rumah orang lain karena dia jarang menginap ketempat orang lain. Bahkan sekedar menginap di rumah neneknya pun jarang.

Kling.

'Jam berapa ada waktu? Gue jemput.'

Singkat, padat dan pelit ketikan. Begitulah pesan Sita yang selama ini dia terima.

'Sekarang bisa.'

Sekali sentuh, Farani mengirimkan lokasi dimana dia berada.

'Be there soon.' balasan Sita datang tak lebih dari semenit.

Sembari menunggu Sita datang, Farani memutuskan untuk mandi dan berdandan.

'Ngapa pake dandan coba? Kek mau ketemu pacar aja.'

Farani meletakkan lipstiknya di meja, memasukkan beberapa alat make up-nya ke dalam pouch dan menyimpan ke koper. Melihat wajahnya yang sedikit pucat karena tak ada warna, Farani mengambil lagi pouch make up-nya dan mengoleskan lipstik secara tipis dan merata. Setelah mengamati hasilnya, seketika Farani merasa menyesal karena terlalu menor.

Pukul 09.00 WIB

Om Juna mengetuk pintu kamar,"Farani, ada yang nyariin."

"Makasih Om." balas Farani dengan wajah sumringah. Itu pasti Sita.

Sesosok pria jangkung berdiri membelakangi pintu utama. Kaos Polo warna hitam, kontras dengan warna kulitnya yang putih tampak menawan. Kalau bukan dirumah orang, Farani akan langsung berlari memeluk Sita dari belakang. Rasa rindu yang sudah ditahan bisa sewaktu-waktu lepas kendali.

"Hai."

Sita menolehkan kepala, mendapati Farani berdiri dibelakangnya. "Hai."

Pandangan mata mereka bertemu. Seolah saling berbincang lewat tatapan mata, keduanya saling pandang untuk sesaat.

"Aku ambil tas dulu." Farani segera berbalik, masuk ke kamarnya dan mengambil tas.

Melihat sahabatnya masih terlelap, Farani hanya menuliskan pesan disecarik kertas untuk Lulu. Di bawah, Farani juga menitipkan pesan kepada Om Juna perihal kepergiannya. Setelah membukakan pintu untuk Farani, Sita beralih ke kursi kemudi dan segera melajukan mobilnya.

Entah berapa hari atau berapa minggu mereka tidak bertemu. Walaupun sudah beberapa lama mereka tak bertemu, tak ada yang berusaha memecah keheningan dengan obrolan ringan. Lalu tiba lah mereka di sebuah rumah yang cukup luas. Rumah bercat hijau dan sekitar yang juga berwarna hijau membuat mata terasa segar.

"Ini rumah Mama."

Tetiba Farani merasa deg-degan. Ini memang bukan pertama kalinya dia bermain ke rumah teman laki-lakinya, tapi Farani merasa gugup. Perlahan, Sita membimbing Farani masuk ke dalam rumah. Sepi.

"Cuma gue yang di rumah. Yang lain pada sekolah."

Di ruang keluarga, terdapat banyak foto yang dipajang. Itu foto keluarga Sita.

"Gue ganti baju sama ambilin minum dulu." segeraSita berbalik, menaiki tangga dan menghilang di balik pintu kamar.

Sembari menunggu Sita, Farani berkeliling ruangan itu, mengamati satu-satu foto yang dipajang. Beberapa foto Sita juga terpajang disana. Foto saat Sita masih SD ada, bahkan foto saat masih balita pun ada. Dari empat bersaudara, hanya Sita dan Kia yang terlihat mirip. Kedua adik Sita lainnya memiliki garis wajah yang berbeda.

Saking asiknya mengamati foto-foto yang ada di ruangan, Farani sampai tidak menyadari kehadiran Sita. Duduk di sofa, Sita mengamati Farani dengan tatapan tajam, seolah dia tidak mau kehilangan gadis yang ada di depannya.

"Itu foto waktu gue camping." tetiba Sita berkata, ikut mengamati foto dirinya yang menarik perhatian gadis pujaannya itu.

Perlahan Farani mundur kebelakang, duduk disamping Sita persis. "Lo imut waktu kecil."

"Jadi sekarang nggak imut lagi?"

Mendengar pertanyaan itu, entah kenapa wajah Farani berubah menjadi merah. Dan Farani tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan Sita. Kalau boleh jujur, sekarang Sita bukan imut, melainkan tampan.

"Gue pindah kesini. Besok wisuda baru balik ke Jogja."

Betapa terkejutnya Farani mendengar perkataan Sita. Berusaha mengatasi keterkejutannya, Farani lantas bertanya, "Gimana sekolahnya Kia?"

"Dia udah pindah. Sekarang kita ngumpul disini, termasuk Papa."

"Oh, bagus dong. Sekarang lo sama Kia nggak cuma berdua aja." dalam hati Farani merasa kehilangan.

"Lo nggak kangen sama gue?" dengan ragu, Sita menanyakan pertanyaan yang sedikit menyesakkan.

Ingin Farani mengatakan semua yang dia rasakan. Terlebih perasaannya terhadap Sita, namun yang keluar hanyalah, "Biasa aja, lagian kita nggak akrab kan."

Sita hanya menganggukkan kepalanya.

Baik Sita maupun Farani tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Suasana hening terpecahkan, saat Sita mendapati HPnya berbunyi. Telepon masuk dari Kia. Sita menjawab telepon sambil berjalan agak menjauh. Tak berapa lama, Sita kembali ke ruang tengah dan mengambil kunci mobilnya.

"Ayo, jemput Kia."

*

Sekolahan Kia.

Sekolah bertaraf internsional yang merupakan salah satu sekolah terbaik di kota ini tampak megah. Jenjang pendidikan dari TK sampai SMA menjadi satu. Setelah memarkirkan kendaraannya, Sita segera berjalan menuju kelas Kia. Kelas Kia ada di lantai tiga.

Baru menaiki beberapa anak tangga, Farani sudah kelelahan. "Gue tunggu di bawah aja ya."

Sita lalu melanjutkan perjalanannya menuju kelas Kia.

Di depan pintu kelas, Kia seorang diri menunggu kakaknya.

"Where have you been?" dengan pandangan penuh selidik, Kia memarahi kakaknya.

"I'm sorry." Sita memasang wajah memelas. "Guess, what I'm here with?"

"Mikha?" tebak Kia sambil tersenyum centil.

Kakak Kia tak mau kalah, dia memamerkan senyum terbaiknya. "Salah."

"Who is it, then?"

"Let see her." Sita lalu menarik tangan adiknya, membimbingnya menuju tamu spesialnya.

Penglihatan Kia yang masih bagus langsung mengenali siapa yang disebut kakaknya sebagai 'tamu spesial'. Bahkan dari jarak 20 meter pun Kia sudah bisa mengenalinya.

"Farani!" Kia langsung berlari kea rah Farani. Pelukan erat yang diberikan Kia hamper membuat Farani jatuh dari tempat duduknya. "I miss you so much."

"I miss you too."

Tergambar jelas senyuman bahagia diwajah kedua gadis itu. Membuat Sita merasa ini adalah hari yang penuh dengan senyuman untuk keluarganya. Meskipun dalam hati Sita merasa sedikit terabaikan mengingat Farani tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Tunggu disini, kakak mau jemput Mikha." Sita kembali menyusuri koridor sekolah untuk menjemput Mikha yang berada di gedung lain.

avataravatar
Next chapter