6 ANAK EMAS KELUARGA HELDANA DITEMUKAN

Mayang tak sadarkan diri di lantai bar yang dingin, dengan luka lebam di tubuhnya akibat tertimpah runtuhan kursi.

Mungkin saja kalau kepalanya tidak sedang sakit karena pengaruh banyaknya minuman beralkohol yang diminum, Mayang tidak akan ceroboh untuk membuat tubuhnya cedera seperti itu.

Dirinya sudah terlatih untuk teliti di segala hal. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk merubah segala kepribadiannya.

Setelah kecelakaan mobil lima tahun lalu, dan Mayang harus kehilangan anak yang ada di dalam kandungannya. Keluarga Reksa yang telah mengetahui kalau anak yang dikandung Mayang bukanlah anak Alden, memutuskan untuk mengirim Mayang ke sebuah universitas di Amerika yang terkenal khusus menampung anak-anak orang kaya yang bermasalah dari manapun.

Mereka sengaja, tepatnya orangtuanya sendiri tega membuangnya jauh dari keluarga, dan membiarkan Mayang hidup sendiri melawan nasib malangnya.

Tapi Mayang bukanlah gadis bodoh, dengan sedikit tabungannya, ia mengundurkan diri dari universitas itu, dan mendaftar di universitas ternama di California demi mengejar cita-citanya dalam bidang seni peran.

Mengejar asa yang terlalu tinggi, membuatnya hampir gila. Demi melaju ketinggalan dan mengalahkan Dewina yang digadang-gadangkan keluarganya sebagai aktris tenar masa depan.

Berakting adalah impian terbesar dalam hidupnya. Walau jatuh bangun ia tetap tabah. Yang terpenting baginya, ia harus sukses menjadi aktris mengalahkan Dewina.

Setelah kembali ke tanah air, Mayang memasuki agensi pencarian bakat bernama Wing Entertaiment, yang merupakan anak cabang dari Heldana Corporation, sebuah perusahaan raksasa di negeri ini yang memiliki banyak perusahaan kecil dalam banyak bidang.

Bukannya mendapat dukungan setelah pulang dengan membawa banyak prestasi dari luar, malah Mayang diperintahkan untuk bekerja di perusahaan keluarganya.

Alih-alih menjadi pewaris harta, dirinya hanya dianggap sapi perah yang hanya diambil kepintaran dan keterampilannya untuk pengembangan bisnis perusahaan.

Ditambah lagi hidupnya kini diatur Luna si perawan tua yang mengagung-agungkan Dewina bak Dewi fortuna baginya. Dengan segala cara, Luna membuat Dewina ikut masuk ke Wing Entertaiment, tempat Mayang mengasah kemampuan beraktingnya.

Apalah daya, kekuatan uang melebihi keterampilan dan bakat seseorang. Dewina kembali dinomor satukan oleh perusahaan agensi tempatnya bernaung. Dewina menjadi ambassador kebanggaan Wing Entertaiment, melompati prestasi murni Mayang.

Apa Mayang jatuh? Tidak. Pengalaman hidupnya bukan semata hanya mengejar prestasi akademis. Tidak ada yang tahu, hidup gelapnya selama di California. Yang menjadikannya perempuan tangguh, yang tak takut akan apapun.

Pengalaman hidup yang berat selama di luar, menjadikan gangguan yang diakibatkan Dewina dalam hidupnya kini, ibarat gigitan semut baginya.

Sambil mengikuti rencana licik Dewina yang akan terus menjatuhkannya. Bak sedang berperan menjadi gadis lugu yang mudah ditindas. Mayang hanya bermain-main sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkan bom kehancuran untuk Dewina, tanpa harus mengotori tangannya sendiri.

***

Pada saat yang sama, di pinggiran jalan raya ibukota, tepatnya di seberang Bar Starnight, tengah terparkir sebuah mobil sedan hitam mewah yang dikelilingi sekelompok orang berjas hitam lengkap dengan kacamata gelap mereka.

Memperhatikan gerombolan orang dengan pakaian yang sama sedang berhamburan di depan Bar Starnight yang terkunci rapat.

Terlihat pria paruh baya dengan perut buncitnya, yang terlihat sebagai pemilik Bar, dan seorang yang lebih kurus yang dikenal sebagai maneger bar tersebut. Berdiri berbaris dengan menundukkan kepala dan tubuh yang bergetar menahan takut.

Pasalnya, pewaris kecil dari Heldana Corporation, tepatnya putra Biantara Heldana, sang Ceo Heldana Corporation hilang di bar mereka.

Bian masih diam memperhatikan keadaan kacau di depan bar dengan tatapan tajamnya. Aura mematikan yang dipancarkannya, membuat semua bawahannya ketakutan dengan lutut yang lemas menahan getaran. Bagi mereka, amarah Bos Besarnya adalah kiamat kecil yang hampir sama seperti menunggu kematian.

Seorang pemuda yang sedari tadi berlutut di kakinya, dengan wajah basah karena air mata dan cairan hidung yang meleleh ke segala arah, semakin keras menangis saat salah satu bawahannya membisikkan sesuatu di telinganya.

"Kak, aku minta maaf! Itu semua kesalahanku, yang membawa si kecil ke sini! Bodohnya aku yang mengira si kecil akan senang bila aku membawanya ke tempat yang ramai. Maafkan aku Kak, aku bersedia mati, bila terjadi sesuatu yang buruk dengan si kecil."

"Buagh!" Tendangan keras di arahkan ke dada pria muda tersebut, setelah dia menyelesaikan kalimatnya. Tubuhnya tersungkur ke tanah setelah tertendang dari dalam mobil.

Trian Heldana mencengkeram dadanya sambil terbatuk-batuk untuk sementara waktu. Tidak ada yang berani menolongnya saat ini. Dia bangkit setelah mengatur nafasnya kembali stabil, dan kembali berlutut di hadapan sang Kakak.

Tendangan sederhana seperti tadi masih dianggap Trian hukuman yang sangat kecil dibandingkan kemarahan orang tua mereka. Untung saja saat ini orang tua mereka masih berlibur di luar negeri dan belum tahu kabar kehilangan si anak emas Heldana. Mungkin saja Trian akan dikuliti hidup-hidup oleh orang tuanya.

Trian menahan sakit yang tidak seberapa ketimbang malu pada sang Kakak saat ini. Ketukan singkat dari kaca mobil membuatnya keluar dari mobil mewah tersebut.

"Apa? Kupenggal kepalamu kalau hanya mengabarkan keponakanku belum ditemukan?" Trian berubah menjadi garang saat menghadapi bawahannya.

"Bos kecil, Tuan muda k-kecil…" Anak buah itu terbata melaporkan keadaan.

"Apa? Anak emas? Mana? Di mana anak emas? Cepat katakan padaku!" Dengan panik Trian bertanya pada anak buahnya itu.

"Tuan muda kecil ditemukan!" Kalimat dari anak buahnya ini serasa seperti memenangkan tender milyaran. Tak lama muncul seorang bawahannya lagi yang tengah menggendong harta karun keluarganya.

Trian langsung berhamburan mengambil alih gendongan si kecil.

"Pangeran kecil, harta karunku, belahan jiwaku, kesayangan Paman. Kamu darimana saja, Nak? Paman kecil hampir mati karena Daddy kamu seperti ingin membunuh Paman." Dengan sangat terharu Trian menciumi pipi si kecil di segala arah dan memeluknya erat. Bahkan ia sampai menangis karena hidupnya tidak berakhir di tangan Kakaknya malam ini.

Bagai menonton drama menyedihkan. Para pengawal dan anak buahnya juga ikut menangis, karena ikut merasakan kelegaan juga. Kalau Bos kecil saja bisa kehilangan nyawa, apalagi seperti mereka yang hanya orang biasa di mata seorang Biantara Heldana.

Bian yang mengetahui kalau anaknya telah ditemukan. Keluar dari mobilnya, berjalan ke arah adiknya yang bodoh itu. Mengambil alih gendongan anaknya dari Trian.

"Pergi kamu dari hadapanku sebelum perusahaanmu kuhancurkan dalam satu menit! Dasar adik bodoh!" Bian memaki adiknya, namun Trian malah tertawa seperti tidak ada masalah.

Ia sangat hafal dengan perangai sang kakak yang serius namun tidak akan setega itu padanya. Namun lain hal bila itu menyangkut urusan si kecil.

Bian menurunkan si kecil, dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil. Namun si kecil tidak melangkah, dan menarik tangan Daddynya.

"Apa yang terjadi? Apa yang kamu inginkan?"

Bersambung…

avataravatar
Next chapter