9 9. Monic

"Sip, sudah. Wah...., mbak cantik banget!" Puji seorang pelayan yang berdiri sambil memegang ujung gaun pengantin Lita yang terurai panjang.

Setelah pertengkaran tadi Lita menjadi sosok yang berbeda. Tatapannya menjadi misterius dan tajam. Entah apa sebenarnya yang terjadi dengan sikap Lita yang sekarang ini.

Lita berjalan menuju studio foto dengan angkuhnya. Tatapannya tajam dan misterius seperti ingin menerkam setiap orang yang melihatnya. Tapi tiba tiba saat di hadapan Leo, Lita bisa tersenyum manis. Leo yang menyadari itu menjadi terheran heran dengan sikap Lita.

"Permisi pak, bisa bantu saya memperagakan satu pose yang romantis? Saya sedikit gugup, ini pertama kali saya melakukan pemotretan seperti ini." Kata Lita jujur dan tak peduli akan cibiran dari Robby.

"Iya mbak, mbak coba rangkul pinggang masnya. Satu tangannya lagi tolong di lingkarkan ke tengkuk masnya. Tatapannya yang tajam ya saling beradu. Keningnya saling menempel ya."

"Masnya coba lebih dekat lagi, lebih menempel. Iya maju sedikit lagi, pahanya menempel ya. Tatapan mata harus seperti penuh hasrat gitu." Kata fotografer sambil memberikan pengarahan pose.

*Kenapa aku yang terjebak di antara mereka sih. Astaga, wangi aroma manis tubuhnya. Nona tolong sudah sudah. Aku kalah..* Keluh Leo yang menyerah dalam misi rahasianya.

Melihat Leo dan Lita berpose seperti sepasang pengantin membuat Robby terbakar begitu saja. Robby lantas beranjak dari duduknya dan dengan keras menarik lengan Lita.

"Lakukan seperti ini, dan seperti ini sayang." Ucap Robby yang merangkul pinggang ramping Lita lalu mengecup bibir Lita.

Lita terperanjat kaget dan mudur satu langkah namun Robby menahannya. Fotografer tertawa kecil melihat tindakan Robby. Leo tersenyum melihat Robby yang mulai menunjukkan aksinya.

Lita membalas dengan satu kecupan penuh hasrat di leher Robby saat sesi pemotretan sedang berlangsung. Kecupan kecil Lita mampu merangsang Robby yang bersikap cuek itu.

"Kamu menantangku?" Bisik Robby dengan senyum simpulnya.

"Menurut anda?" Kata Lita yang balik bertanya sambil tersenyum sinis.

Sesi pemotretan telah selesai. Beberapa photo berhasil di abadikan dengan sisi sempurna. Lita dan Robby pulang dengan terpisah. Lagi lagi Robby pergi dengan di jemput mobil sedan merah.

"Leo, sebenarnya siapa pemilik mobil merah itu. kenapa tuan selalu saja di jemput oleh mobil itu?" Tanya Lita sambil memainkan ponselnya.

"Tidak penting nona, yang terpenting sekarang bagaimana nona kuat menjalani pernikahan ini selama 7 tahun." Jawab Leo berkilah.

"Hemmm, kamu benar Leo. Leo, bisa kita kerumah sakit sekarang? aku rindu dengan ibu." kata Lita dengan nada memelas.

"Maaf nona, tapi untuk saat ini hingga selesai pernikahan nanti. kita tidak di perbolehkan membesuk kerumah sakit. Tadi kakek sudah saya hubungi. Kakek bilang, semua baik baik saja." Jawab Leo.

"Jadi kamu sudah menghubungi kakek? Apa, kamu selalu menghubunginya setiap hari?"

"Tentu, itu merupakan bagian dari pekerjaan saya nona." jawab leo yang fokus mengemudi.

"Hhhh...., ya sudah. Bisa kamu mengajari aku mengemudi sekarang?" Tanya lita.

*Nampaknya nona sedang ingin menghilangkan beban di hatinya. Dia mencari kegiatan yang lain selain pulang kerumah.* batin Leo yang memahami kondisi Lita saat ini.

"Maaf nona, tidak sekarang. mungkin setelah pernikahan nona saya baru bisa mengajari anda. Saya takut terjadi apa apa ketika anda belajar mengemudi." Jawab Leo singkat.

"Oke." ucap Lita mendengus kesal.

Di tempat lain, di suatu kamar hotel.

"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Sabrina kekasih Robby yang menyambut kedatangan Robby dengan kecupan.

"Iya, aku lelah sekali. Aku ingin istirahat." Ujar Robby sambil melonggarkan dasinya.

Robby merebah di sofa, Sabrina datang dengan membawa segelas air putih. Sabrina menempatkan bokongnya disamping Robby lalu dengan manjanya tangan Sabrina mulai menjamah manja tubuh Robby.

Robby hanya diam tak membalas sambil memejamkan mata seolah berusaha untuk tidur. Mata Sabrina menatap sesuatu yang berwarna merah terang menempel di leher Robby. Bekas kecupan Lita menyisakan lipstik yang menempel di kerah baju dan leher Robby.

"Sayang, ini bekas lipstik siapa? Kamu dari mana? Kamu selingkuh ya?" Tanya Sabrina dengan nada tinggi dan wajah penuh kemarahan.

"Apasih?" Jawab Robby cuek.

"Ini, kamu lihat ini. Kamu habis ngapain? Aku ga suka ya, kamu selingkuh di belakang aku. Siapa wanita itu, siapa?" Teriak Sabrina yang mulai memuncak amarahnya.

"Tenang sayang, tenang. Ini tidak seperti apa yang kamu pikir."

"Ini ketidak sengajaan, percayalah." Jawab Robby menjelaskan sambil mengusap lembut rambut Sabrina.

"Bohong!"

"Jawab aku, siapa wanita itu?" Tanya Sabrina dengan Isak tangisnya.

"Tenanglah, dia adalah wanita pilihan kakek. Kejadian ini tidak sengaja terjadi saat sesi pemotretan prewedding tadi."

"Percaya padaku okey. Tetap kamu yang memiliki hatiku meski nanti aku sudah menikah dengannya." Ucap Robby menjelaskan kepada Sabrina.

Robby memeluk erat tubuh Sabrina dan mengusap air mata Sabrina. Beberapa kali kecupan hangat mendarat di kening Sabrina.

"Benarkah? Lalu akan sampai kapan kamu menikah dengan wanita itu?"

"Bersabarlah, aku tidak akan menceraikannya. Aku hanya ingin membuatnya lari menjauh dariku tanpa aku berusaha keras. Akan aku buat dia sangat membenciku." Jawab Robby sambil tersenyum simpul.

"Tapi, aku butuh kepastian. Bukan hanya sekedar janji sayang. Aku ingin kamu segera menceraikannya." Kata Sabrina.

"Sayang, kamu tahu sendiri kan bagaimana kondisi kakek saat ini. Kanker yang di deritanya semakin parah. Aku tidak ingin melakukan sesuatu yang akan membuatnya menilai buruk diriku. Cukup wanita itu saja yang terlihat buruk." Jawab Robby menjelaskan.

Robby dan Sabrina adalah sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan. Namun kakek Agus sama sekali tidak pernah merestui hubungan mereka. Sabrina adalah seorang model majalah pria dewasa. Segala gosip miring tentangnya sangat mudah untuk ditemukan di media massa.

Kepribadian Sabrina sangat bertolak belakang dengan Lita wanita pilihan kakek Agus. Hari ini, saudara kembar Robby akan pulang dari London. Dia adalah Monic. Kakek Agus sengaja menyuruh Monic untuk pulang dan mengurus pernikahan kakaknya yaitu Robby.

Sementara ibu Robby, Elfa masih berada di London untuk mengurus beberapa bisnis di sana. Lita sama sekali belum tau atau mengenal seluk beluk keluarga Robby. Tapi, malam ini. Seperti sedang belajar privat. Lita mendapat banyak informasi mengenai semua anggota keluarga Robby. Bahkan termasuk hubungan Robby dan Sabrina.

Di kediaman Kakek Agus.

"Monic, kamu harus bekerja keras untuk berjalannya pernikahan kakakmu. Kakek sebenarnya sudah sangat lelah dan habis kesabaran dengan tingkah kakakmu itu. Kakek harap kamu bisa membantu meringankan beban Kakek." Kata Kakek Agus dengan suaranya yang lemah.

"Iya kek, aku akan membantu kakek untuk mengendalikan anak bandel itu." jawab Monic yang terdengar sedikit kesal.

"Jangan seperti itu. Walaupun seperti itu dia adalah kakakmu." kata kakek menasehati Monic.

"Kek, aku dan dia hanya selisih 5 menit."Jawab Monic sambil tersenyum kepada Kakek.

"Boleh aku lihat foto wanita pilihan kakek yang akan menjadi kakak iparku?" Tanya Monic penasaran.

"Lihat, ini dia. Cantik lugu, jujur, manis dan cerdas." Kata kakek antusias sambil menunjukkan hasil foto prewedding yang telah di kirimkan kepada kakek.

"Cerdas? tapi kata kakek dia gadis desa?" Tanya Monic semakin penasaran.

"Iya, dia cerdas. Dia adalah satu satunya siswi di sekolahnya yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di bidang kesehatan. Tapi tak di ambilnya karena alasan kesehatan ibunya." Jawab kakek.

Monic tertegun mendengar jawaban kakek.

"Dia sungguh anak yang berbakti kan? mengutamakan orang tua dari pada segalanya." Imbuh kakek memberi penjelasan pada Monic.

Monic adalah cucu andalan Kakek Agus. Namun sifatnya yang bertolak belakang dengan Robby membuatnya selalu berselisih paham dan membuat Monic memilih untuk pergi ke London.

Di mata robby, Monic adalah sosok yang bawel dan suka mencari perhatian lebih dari anggota keluarga yang lain. Monic hanya mengalah dan selalu mengalah. Hingga akhirnya Monic memutuskan untuk hidup menjauh dari kembarannya sendiri.

avataravatar
Next chapter