8 8. pose

Tidak bisa di pungkiri memang saat mengenakan baju pengantin Lita terlihat sangat anggun, cantik dan menawan. Sesekali pandangan Robby seperti terpaku padanya. Namun semua itu tak lantas membuat Robby luluh begitu saja dan bersikap baik pada Lita. Robby tetap dingin dan acuh tak acuh terhadap calon istrinya itu.

"Kak, tolong jangan kaku seperti itu ya. Yang mesra ya. Lebih dekat lagi." perintah fotografer memberi arahan pose.

Lita dan Robby memang sangat kaku dan menjaga jarak. Tatapan mata mereka pun tak bisa saling bertemu dan saling membuang pandangan. Berkali kali mencoba hingga sepertinya fotografer mulai lelah memberi arahan.

"Istirahat dulu saja. Tidak ada yang bagus." Kata fotografer sambil menyudahi sesi pemotretan dan berjalan keluar studio.

"Susah sih kalau kerja sama dengan gadis kampung. Mana tau pose dia. Mukanya saja sudah kaku seperti itu, Mirip dengan patung tugu tani." Sindir Robby sambil melepas kancing lengan kemejanya.

Lita yang mendengar ucapan Robby merasakan sakit di hatinya. Berulang kali Robby menyindir dan mengatakan bahwa mereka berbeda kasta.

"Iya aku memang gadis kampung, tapi aku tidak sebodoh yang kamu bayangkan. Adanya aku disini semata mata adalah.." Ucap Lita yang menggantung karena mengingat pesan kakek agar menyimpan rahasia kerja sama dari Robby.

*Sabar Lita, sabar jangan terpancing emosi dan terjebak akan ucapannya. Dia sengaja bersikap seperti itu agar kamu membuka semua rahasia. Sabarlah Lita.* pikiran Lita kembali mengingat keharusan yang wajib di jaganya.

Leo terbelalak mendengar Lita yang berbicara dengan nada yang sedikit tinggi itu. Leo langsung dengan sigap berjalan menghampiri Lita dan menariknya menuju ke ruang rias.

"Non, ingat pesan kakek okey! Sabar, tarik nafas, hembuskan perlahan." Kata Leo menenangkan perasaan Lita yang terbawa emosi.

"Iya Leo, sumpah ada manusia yang sombongnya seperti itu. Arogansinya, menjijikkan." ujar Lita dengan wajah kesalnya.

Robby menyusul Lita dan Leo ke ruang rias. Dia melihat mereka berdua sedang berbicara dan terlihat akrab. Robby mengerutkan alisnya seperti banyak pertanyaan di dalam otaknya.

*Mereka akrab sekali, sejak kapan mereka saling mengenal? Dasar wanita murahan. Leo yang sekelas sopir pun masih di embatnya. Cih!* Batin Robby menghina Lita.

"Leo, bisa kamu keluar sebentar. Aku ingin bicara dengannya." Kata Robby dengan wajah yang terlihat marah.

Leo dengan wajah cemas nun terpaksa melangkah pergi. Leo menengok sekali sebelum benar benar meninggalkan ruang rias itu.

Ceglek.....

Robby mengunci pintu ruang rias itu. Lita menengok dengan wajah gusarnya melihat Robby mengunci pintu. Robby berjalan semakin mendekati Lita yang duduk di kursi rias. Robby berdiri tepat di belakang Lita sambil memegang pundak Lita.

"Katakan padaku, sebab apa kau berada disini dan menjadi calon istriku. Ja**ng!" Bentak Robby cukup keras dengan suara yang menggema memenuhi ruangan.

"Kesepakatan apa yang kau buat dengan kakekku, huh! Katakan!" Bentak Robby kuat kuat.

"Hina aku semaumu, Jatuhkan aku sebisamu. Lakukan semuanya sepuasmu. Tapi aku tetap tidak akan pernah mundur dari pernikahan ini." Jawab Lita dengan tegas sambil berdiri tiba tiba dan kini mereka saling berhadapan dan bertatap mata.

"Katakan, sebesar apa kau di bayar oleh kakekku?!" Teriak Robby sambil mengguncang guncang tubuh Lita.

Lita sebenarnya sangat rapuh dengan hati yang lembut dia mendapat perlakuan kasar dan kata makian membuat hatinya benar benar hancur. Namun, apa daya dirinya sudah bertekad demi kesembuhan sang ibu. Lita rela bahkan untuk memberikan nyawanya sekalipun untuk sang ibu.

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan tuan Robby Alfiansyah." Jawab Lita santai meski dengan air mata yang terbendung dan hati yang hancur.

*Dia berfikir jika aku melakukan semua ini hanya semata mata demi mendapatkan hartanya saja. Diaemang benar, aku melakukan semua ini demi uang. Baiklah Robby, kau telah membunuh sisi malaikat dalam diriku. Mulai sekarang aku akan membalas semua perlakuanmu. Lihat saja!" Batin Lita sambil tersenyum sinis.

"Baiklah,jika itu maumu aku akan mengikuti ucapanmu. Aku akan menghinamu setiap waktu, menjatuhkanmu setiap saat dan bermain sepuasnya denganmu. Baik bersiaplah akan ucapanmu dan jangan pernahenyesal." Kata Robby sambil merangkul tubuh Lita dengan tiba tiba dan merebahkannya di sofa.

Lita terkejut dengan tindakan Robby. Sungguh bukan hal semacam itu yang Lita maksud. Lita ingin berteriak dan meronta. Tapi semua itu hanya akan menunjukkan sisi lemahnya saja.

"Lakukanlah semaumu tuan, Bukankah sedari tadi kau sudah menyebutku Ja**ng?" Ucap Lita menantang Robby sambil memajukan wajahnya hingga nafas mereka saling menerpa.

Jantung Lita berdegup kencang. Pipinya memerah dan nafasnya menjadi tak beraturan, terlihat jelas kecemasan dan ketakutan diraut wajahnya. Robby yang melihat itu tersenyum simpul dan sengaja memancing reaksi Lita. Sekuat mungkin Lita menyembunyikan ketakutannya dan memasang wajah berani.

"Baik, wanita ja**Ng sepertimu memang hanya membutuhkan harta dan memuaskan nafsu saja."

"Baik, jika itu yang kau mau. Aku akan melakukannya dengan mu." Kata Robby sambil menangkup wajah Lita dan semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Lita.

Terlihat Lita ketakutan hingga menutup matanya, bibirnya bergetar dan mulai mengerutkan dahinya menahan takut yang amat sangat. Robby tertawa puas dan keras lalu berdiri dan merapihkan bajunya.

"Tidak akan ku lakukan disini bodoh!"

"Tapi tunggu aku dirumah nanti." Ucap Robby sambil menjinjing jasnya lalu berjalan keluar.

Leo masuk dengan segera sesaat setelah kepergian Robby. Leo melihat Lita sedang menangis sedih dan tersedu di sofa. Masih dengan badan yang merebah di sofa Lita menangis dengan tatapan mata yang kosong.

Betapa sedih dan hancur hatinya. Ini pernikahan pertamanya, terlepas ini berdasak kontrak atau bukan ini tetap yang pertama untuk Lita. Tapi Robby dengan sukses mampu mengaduk aduk isi hatinya lalu menghancurkannya.

*Ibu, aku rindu padamu ibu.... Cepatlah sembuh ibu.*Batin Lita dalam tangisnya.

"Tenanglah nona, bersabarlah. Pernikahan kalian tinggal menghitung hari. Tinggal 4 hari lagi nona." Kata Leo sambil duduk di sofa.

"Leo, bolehkah aku mengakhiri hidupku sekarang?" Tanya Lita dengan tatapan hampa.

*Tuan Robby, sebenarnya apa yang sudah anda lakukan pada gadis lugu yang cantik ini? Nona, andaikan aku lebih berkuasa di banding dia, aku pasti akan membebaskanmu dari pria berhati dingin itu.* Batin Leo sambil mengusap genggaman tangannya sendiri.

"Nona, jalan hidupmu masih panjang. Ini hanyalah sepenggal kisah dari perjalanan hidupmu. Yakinlah, bila saatnya nanti. Nona akan menemukan kebahagiaan." Kata Leo menenangkan Lita.

"Mbak, loh kenapa kok anda menangis? Wah harus touch up lagi. Mbak, biasa kalau menjelang pernikahan itu memang terkadang banyak ujian." Kata penata rias sambil mengelap air mata Lita dengan tisu.

"Saya dulu, sebelum menikah sempat di tinggal kabur mbak. Tapi ya, pada akhirnya jodoh enggak kemana. Sudah 20 tahun saya menikah dan Alhamdulillah semua bisa kami lalui meski tak semulus jalan tol." Kata penata rias itu sembari merapikan riasan Lita yang berantakan karena air mata.

Leo hanya diam dan menunggu Lita di rias.

"Mbak, bisa saya minta kita ganti gaun pengantin? Sebenarnya saya ingin yang merah tadi." Kata Lita tiba tiba.

"Bisa sih mbak. Tapi apa tidak apa apa bagi masnya nanti dia tidak suka."

"Dia tidak akan perduli mbak. Saya ingin berganti pakaian." Kata Lita sambil berdiri.

*Tidak perduli apa yang akan aku kenakan. Bahkan jika aku telanjang sekalipun dihadapannya itu tidak akan mempengaruhi hatinya yang Arogant itu.* Batin Lita sambil berjalan menuju ruang ganti dengan wajah masam.

avataravatar
Next chapter