6 6. Leo

Siang itu, setelah selesai mandi Lita hendak mengganti baju tapi, dia tidak bisa cara membuka lemari baju. Lita sungguh bingung, dibukanya pintu sedikit. Dilihatnya Leo sedang tiduran di sofa dengan kaki yang saling bertumpu. Lita yang berbalut handuk kimono lantas menghampiri Leo.

"Mas, mas. Bangun mas!" kata Lita membangunkan Leo.

Lita berdiri tepat dihadapan Leo dengan rambut yang masih di bungkus handuk dan basah. terlihat kali jenjang Lita sampai paha karena handuk kimono itu berukuran pas dengan tubuh Lita. Leo yang juga laki laki normal melihat pemandangan seperti itu menjadi gugup dan menelan ludahnya. Ditambah lagi dengan suara lembut dan halus Lita yang terdengar lirih menggelitik di telinga Leo.

"Iya nona. ada apa?" tanya Leo gugup.

"Mas, tolong ajari saya buka lemari baju ya. saya tidak bisa membukanya." Kata Lita dengan wajah malunya.

*Ini bukan dia yang tergoda tapi malah aku yang klepek klepek. Nona ini cuman habis mandi aja cantiknya udah naik banyak level. Tuan Robby, kamu sungguh beruntung.* batin Leo sambil berjalan memasuki kamar.

Leo mengajari Lita membuka setiap lemari. Lita mempelajarinya dengan cepat. Leo berjalan keluar kamar Lita dengan pikiran kacau karena tampilan Lita. Lita berjalan keluar dari kamar dengan mengenakan piyama. Leo melongok melihat Lita dengan piyama.

"Nona, ini masih siang kenapa sudah memakai piyama?" Tanya Leo heran.

"Hem, soalnya aku bingung mau pakai baju apa mas. Biasanya kalau di rumah pakai baju jelek." Kata Lita polos.

"Astaga nona. Tolong ganti kebiasaan nona dari sekarang. jangan pakai baju yang seperti itu. pakai baju itu kalau malam hari saat akan tidur." Kata Leo tegas.

Leo berjalan masuk kedalam kamar lalu memilihkan baju untuk Lita.

"Ini, pakai ini." kata Leo sambil menunjukkan setelan baju channel pada Lita.

"Terlalu bagus itu mas." jawab Lita.

"Stop! tidak ada alasan cepat pakai baju ini. Atau aku yang akan kena semprot kakek Agus. satu lagi, panggil aku Leo. Jangan pernah panggil aku mas. Atau aku akan kehilangan pekerjaan." ujar Leo masih dengan menenteng baju setelan itu.

"Iya mas, eh Leo." Jawab Lita menurut dan mengambil baju itu dengan lembut.

*Astaga, sadar Leo. Dia itu majikan kamu, kenapa kamu jadi berdebar keras seperti ini. Sadar Leo sadar!* Batin Leo sambil menghela nafas.

Lita keluar kamar dengan baju yang di pilihkan Leo. Leo menjadi terkesima dan mematung untuk beberapa saat. wajah polos Lita tanpa make up sudah mampu menyihir Leo menjadi tak berdaya. Lita tersenyum manis kepada Leo.

"Sudahkan? seperti ini saja?" Tanya Lita polos kepada Leo.

*Astaga, dia ini mutiara yang terpendam di dalam lumpur. Setelah di temukan dan bersihkan kini terlihat jelas kilauannya meski tanpa make up.* Batin Leo setengah melamun.

"Pakai make up mu nona. Belajarlah merias diri."Kata Leo sambil sedikit menunduk.

"Make up? bedak maksudmu? aku tidak membawa bedakku kan." Jawab Lita polos sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

"Sini nona ikut aku. Biar aku memoles nona sedikit."Kata Leo sambil berjalan memasuki kamar lagi.

Leo memoles wajah Lita meski dengan jantung yang terus memberontak berdegup tak sesuai irama. Beberapa kali Leo menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Kenapa Leo, kamu lelah?" Tanya Lita polos sambil menoleh ke wajah Leo dan sekarang wajah mereka saling berhadapan.

*Mampus! kenapa dia ini polos banget sih ya Tuhan. Bisa pingsan disini aku.* keluh Leo di dalam hatinya.

"Enggak kok nona. ini sudah hampir selesai tinggal pakai lipstik." jawab Leo mengalihkan pendangannya pada jajaran lipstik.

*Tuan Robby. Aku siap menjadi pengganti jika kamu menolak mutiara indah ini.* batin Leo sambil menyudahi riasannya.

Lita merasa takjub dengan wajahnya sendiri. Lita tersenyum manis melihat pantulan gambarnya di cermin.

"Kamu hebat Leo. besok bisa ajari aku bagaimana cara berdandan?"

"Aku terlihat cantik ya? cantik enggak? Leo, menurut kamu?" Tanya Lita polos sambil tersenyum manis di hadapan Leo.

Leo hanya manggut manggut sambil mengangkat kedua jempolnya dan memberi sedikit senyuman. Lita tersenyum bahagia menerima respon Leo.

"Leo, kamu sudah makan?" tanya Lita sambil membuka kulkas.

"Belum nona." jawab Leo singkat.

"Kamu mau makan apa? aku masakin deh." Jawab Lita ramah.

"Eh, enggak usah nona. aku akan membeli makanan dari luar saja. Tidak enak jika nanti kakek datang dan kita sedang makan bersama." Kata Leo sambil mengotak atik ponselnya.

"Ya sudah, kamu hubungi saja kakek Agus. Sekalian aku masaknya dan kita makan bareng bareng kan enak." jawab Lita sambil meminum jus.

"Kakek, sedang ada rapat nona jadi dia tidak bisa datang. Nona makan saja sendiri dan aku akan keluar." kata Leo sambil menunjuk pintu keluar dengan jempolnya.

"Kalau kamu keluar, aku tidak akan makan. Kita makan bareng ya, kamu ga boleh nolak ini permintaan aku sebagai majikanku sekarang." kata Lita mengancam Leo.

"Baiklah." jawab Leo pasrah dan kembali duduk di kursi meja makan.

Lita memasak masakan sederhana hanya ayam goreng lengkap dengan sambal dan lalapan serta sayur asam. Tercium aroma semerbak harum masakan menggelitik hidung Leo. Leo mendekat dan menawarkan bantuan untuk menata meja makan.

Masakan telah matang dan Lita menatakan untuk Leo. Leo yang kikuk tapi tak bisa menolak hanya bisa menerima dengan terpaksa. Satu yang di takuti oleh Leo adalah jika kakek Agus datang dengan tiba tiba saat dia sedang makan berdua.

"Ayo di makan Leo. aku sudah capek memasak loh." kata Lita dengan senyum manisnya.

"Iya non." jawab Leo.

"Leo, kamu mau jadi temanku?" Tanya Lita dengan santainya sambil menikmati masakannya sendiri.

"teman?" tanya Leo heran sekaligus bingung.

"maaf non, tapi saya disini bekerja. Anda adalah atasan saya, jadi saya rasa akan aneh rasanya jika kita berteman." jawab Leo lugas.

*Bekerja? kita sama-sama bekerja disini Leo. hanya saja kamu terbuka sedang aku harus sembunyi sembunyi.* batin Lita sambil memandang Leo dengan tatapan nanar.

"Ayolah Leo, mau ya. kita berteman tapi hanya saat kita berdua saja. kalau ada kakek atau yang lain ya kamu tetap sebagai sopir dan pengawal aku. Gimana?" Ucap Lita memberikan penawaran.

"Kamu tidak kasihan denganku. Aku disini hanya mengenalmu, kakek dan Robby calon suamiku yang dingin itu. Aku juga butuh teman Leo. Kamu mau ya?" bujuk Lita dengan wajah manis dan mata bulatnya.

*Kalau dia masang muka imut seperti itu, mana bisa sih aku menolaknya?* batin Leo sambil membalas dengan senyum khasnya.

Leo mengangguk perlahan.

Lita tertawa bahagia mendapati penerimaan dari Leo. Leo juga semakin mengagumi Lita dengan wajah cantik yang berhiaskan senyum itu. mereka melanjutkan lagi makannya sampai benar-benar habis tak bersisa.

"Makasih Leo, kamu sudah mau menjadi temanku." kata Lita sambil menuangkan minuman di gelas Leo.

avataravatar
Next chapter