18 18. Pergi tanpa pamit

Lita mulai mengemas pakaiannya, memasukkan seluruh barang barang kedalam koper dan kardus. Lita bengong dan bingung, ketika mulai menginjakkan kaki kedalam apartemen Robby. Semua terlihat bersih dan rapi, dan di bukanya lemari pakaian Robby masih berjajar dengan rapi.

Lita mengabaikan perasaan jika suaminya mungkin malam ini tidak akan pulang kerumah. Lita melanjutkan aktifitasnya menata barang barang yang di bawanya tadi. Sesekali Lita mengamati arah pintu mana kala suaminya tiba tiba datang.

Saat membereskan baju baju, Lita terdiam menatap amplop coklat pemberian kakek. Masih utuh dan rapi tanpa ada sobekan sedikitpun. Lita membukanya perlahan ada sejumlah uang yang bertuliskan 10jt. Lita melongo sambil menutup mulutnya.

"Banyak sekali, untuk apa aku uang sebanyak ini? Untuk makan dan minum, tempat tinggal, aku sudah di tanggung suamiku. Lalu uang ini akan aku pakai untuk apa?"

"Kalau aku membayar hutang kepada pandu atau paman Joko. Mereka akan curiga aku dapat darimana uang secepat ini. Aku apakan ya uang ini?" Pikir Lita yang kebingungan.

Dan terselip juga map coklat besar di dalam koper yang telah di bawanya dari hotel yang sudah di berikan oleh Mama Elfa. Dibukanya perlahan dengan wajah penasaran. Lita terkejut karena itu adalah sertifikat tanah atas namanya sendiri yang mana tanah itu adalah tanah pak Joko yang pernah di tawarkan untuk dijual sebagai biaya skripsi pandu.

"Tanah ini juga, mau aku apakan. Jika aku tanami, maka mereka tambah curiga dengan semua ini." Gumam Lita sambil mengetuk ngetuk keningnya.

Tok tok tok...!

Suara ketukan pintu terdengar jelas, Lita lantas membukanya. Leo datang dengan membawa sekeranjang buah buahan.

"Bang, kenapa banyak sekali membawa buah?" Tanya Lita bingung.

"Kan bertamu, sama sekalian mau mengucapkan selamat menempati rumah baru."

"Sekalian mau minta makan. Aku lapar sekali ya." Kata Leo sambil mengelus perutnya.

"Nasi goreng saja ya, yang cepat. Em bang, Abang tau dimana mas Robby?" Tanya Lita polos.

"Kan lagi ada bisnis di luar negri, kamu gimana sih? Istri macam apa." Ketus Leo sambil memakan jeruk yang di bawanya.

"Keluar negri? Jauh sekali?" kata Lita spontan.

"Hish, Namanya juga ngurusin perusahaan besar. Tadi waktu kita pulang dari rumah sakit, dia datang dan mebicarakan perihal bisnis dengan kakek." jawab Leo.

"Oh." Jawab Lita datar.

"Eh, kamu tidak tau soal keberangkatan suamimu sendiri? Kalian tidak saling memberi kabar?" Tanya Leo menelisik Lita.

"Udah sih, tapi aku tidak enak kalau banyak bertanya. Kita kan baru mulai untuk saling mengenal." Jawab Lita mengelak dan berbohong.

Leo menunduk diam saat Lita sedang memasak lalu mulai melakukan panggilan video call dengan Robby.

"Hai, Sudah sampai?" Tanya Leo kepada Robby.

"Hem" Jawab Robby cuek.

"Ada apa, VC segala?" Tanya Robby malas.

Leo membalik kamera menjadi kamera belakang dan nampaklah Lita yang sedang memasak dengan rambut yang di ikat asal dan mengenakan pakaian casual. Lita tersenyum simpul saat melihat kamera yang di arahkan kepadanya.

Senyum kepalsuan itu muncul karena Lita tidak ingin Leo melapor lagi kepada kakek jika mereka masih saling diam dan tidak bertegur sapa.

"Aku lapar nih, lagi mau makan. Nih Lita lagi masak nasi goreng untuk aku." Kata Leo yang sengaja membuat Robby menjadi bad mood.

"Serah!" jawab Robby singkat lalu menutup panggilan.

Leo bengong mendapati panggilannya di akhiri tanpa ucapan apapun. Leo lalu tersenyum simpul dan melirik kearah Lita.

"Nih kak, sudah matang. Selamat makan!" Seru Lita sambil tersenyum manis.

"Makan!" Kata Leo sambil tersenyum kembali.

Selesai makan, Leo berpamitan kepada Lita untuk pergi karena ada janji dengan seseorang. Tinggallah Lita sendirian di dalam apartemen. Lita berjalan menyusuri ruang demi ruang sambil membersihkannya.

Selesai bersih bersih Lita mulai mandi dan ingin beristirahat sejenak. Belum sempat memakai baju, Lita masih duduk di tepian ranjang. Ponselnya menyala, di lihatnya ternyata sudah lebih dari 18 kali Robby menghubunginya. Kali ini Robby melakukan VC dengan Lita.

"Assalamualaikum," sapa Lita di awal pembicaraan.

"Walaikumsallam. Jelaskan!" Kata Robby tiba tiba.

"Apanya,?" Tanya Lita bingung.

"Kenapa panggilanku tidak kamu angkat angkat huh? Kalian sedang berbuat apa?" Tandas Robby dengan suara yang mulai meninggi.

"Terus itu kenapa, rambut basah, pakai handuk?" Tanya Robby marah marah.

"Mandilah!" Jawab Lita cuek.

"Apa? Kamu mau bilang apa? Mau nuduh aku lagi? Mau bilang aku pelacur? Yang tidak ada suami memasukkan laki laki lain, iya,?" Kata Lita memborbardir Robby dengan rentetan pertanyaan.

"Ish! Terserah bye!" Kata Robby lantas mengakhiri panggilan.

"Hih, bodoh amat! Menyebalkan sekali. Apa apaan suka main tuduh. Di pikirnya aku ini sama dengan mantan mantan dia yang suka jual diri. Ih, amit amit. Aku juga kalau bukan dia itu suami aku, udah aku laporin ke kantor polisi."

"Untung saja otakku masih berfungsi dan masih ingat betul soal akad nikah kami. Robby Alfiansyah! Sumpah kamu menyebalkan!!" Teriak Lita dalam ocehannya.

Di hotel Robby.

Prak.....!

Suara ponsel yang di lempar kelantai.

Rio terkejut melihat tingkah majikannya. Robby berjalan lalu menginjak injak ponsel yang baru di lemparnya itu berkali kali hingga tak berbentuk. Belum pernah sekalipun Rio melihat Robby semarah itu pada sebuah ponsel.

"Ada apa pak, apa ponsel bapak ada masalah?" Tanya Rio yang benar benar tidak tahu.

"Iya, nyebelin!! ih ih ih...!" Jawab Robby masih dengan menginjak injak ponselnya.

"Segera, kamu pindahkan data data yang ada di ponsel itu semuanya kedalam ponselku yang baru." Kata Robby sambil duduk dan melonggarkan dasinya lalu menenggak air putih di botol.

"Tapi pak, ini kita sedang berada di luar negri, Dan juga sekarang sudah sangat malam. Tidak ada servis ponsel di jam seperti ini." Jawab Rio dengan meringis ketakutan.

"Arggghh, sial! Semua ini gara gara gadis kampung itu!" teriak Robby penuh emosi.

"Maksud bapak, nyonya Lita istri bapak?" kata Rio memperjelas.

Tanpa menjawab Robby menatap tajam Rio hingga Rio bergidik ngeri dan mengatupkan bibirnya untuk berhenti bertanya. Rio kemudian memungut ponsel yang sudah pecah berantakan itu.

"Berani beraninya dia, malam malam seperti ini bersama istriku. Lihat saja akan ku buat perhitungan dengan si Leo itu."Gumam Robby sambil menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya.

Rio yang melihat itu berusaha menahan tawanya dan memutar badannya membelakangi Robby.

"Kamu, kenapa menertawai ku?" Tandas Robby kesal.

"Tidak pak, Mana berani saya menertawai bapak." jawab Rio mengelak.

"Jujur, atau aku potong separuh gaji kamu!" Bentak Robby.

"Hanya lucu saja, ternyata bapak bisa cemburu juga kepada wanita yang selalu bapak ejek." Kata Rio jujur.

"Aku? cemburu?"

"Huh, tidak ada yang bisa menyentuh istriku kecuali aku. Aku tidak cemburu. Aku hanya tidak suka jika milikku di jamah orang lain tanpa seijinku." Kata Robby sambil menatap Rio.

*Yah, sama sajalah pak.* Batin Rio dalam angannya.

avataravatar
Next chapter