Sebulan berlalu sejak terakhir Pras datang menemui Reina, dia tidak lagi menunjukkan batang hidungnya kepada Reina. Hari-hari Reina dipenuhi dengan Jadwal Kuliah dan bergaul dengan kawan-kawannya maupun dengan Nathan dan kawan-kawannya. Nathan selalu menemaninya walaupun kadang hanya menanyakan kabarnya via bbm. Pras hanya sesekali saja memberikan kabar baik via bbm maupun menelphonenya. Reina membiarkan Pras sendiri karena ia yakin Pras sibuk dengan pekerjaannya dan juga Requele. Sabtu pagi itu Reina sudah tiba dikampus pagi sekali. Kuliah dimulai jam 8 tetapi gadis itu telah tiba dikampusnya jam 6.45. Masih ada waktu 1 jam lagi pikir gadis itu. Lalu dia berjalan menuju taman kampusnya untuk duduk dipinggir taman seperti yang biasa dilakukan para mahasiswa yang sedang menunggu teman ataupun kuliah berikutnya. Sedang asyiknya mendengarkan earphonenya, seseorang duduk di sebelahnya. Reina melihat orang tersebut yang tak lain Nathan. Dia membawa majalah ditangannya.
"Lihat ni tunanganmu", ujarnya memperlihatkan foto Pras yang sedang mengiklankan sebuah product. Keren sekali pria itu berjas dan bergaya profesional muda.
"Wah, calon selebrity loh, hati-hati banyak saingannya nanti", kata Nathan lagi menggoda Reina.
"Baguslah, jadi lumayan laku tu orang", ujar Reina cuek. Dia melihat-lihat majalah yang diberikan Nathan, membalik-balik halaman lain.
"Buat aku ya? Kamu beli lagi", ujarnya cuek pada Nathan.
"Iya nona, apa si yang engga buat kamu", ujar Nathan menggoda lagi.
"Hahaha... Jangan bikin GR akh. Kamu tuh ya banyak yang suka disini, kalo kamu duduk sama aku, bisa-bisa besok aku diteror sekampus deh", balik Reina menggoda.
"Kamu takut? Aku akan ada disamping kamu selalu", ujar Nathan serius.
"Jiah, kamu sok romantis ya. Engga mungkin lah kamu akan disamping aku terus, ada cewe cantik lewat juga langsung nyantol", Reina makin menggoda Nathan.
"Aku akan disamping kamu, melindungi dan menjaga kamu seperti yang selalu aku lakukan selama ini. Apakah kamu tidak menyadarinya? Bagaimana aku bisa tau semua jadwal kamu, bagaimana aku bisa tau kapan kamu libur dan apa kesukaan kamu". Ujar Nathan serius.
"Bahkan aku menyimpan foto kamu dalam Tab aku agar kalau aku kangen kamu, ada foto kamu yang bisa aku lihat", ujarnya lagi.
Reina terdiam, hatinya kaget mendengar pengakuan Nathan. Setelah dia pikir-pikir, ternyata memang Nathan mengetahui semua Jadwal kuliah Reina, seperti sewaktu dia bertemu Pras bulan lalu, Nathan tahu kalau dia ada kuliah pemasaran, bertemu dengan Nathan diperpustakaan, makan somay di warung bu ijah, bahkan tahu kebiasaannya membeli pakaian bila sedang galau. Nathan mengenggam tangan Reina erat.
"Percaya padaku, aku orang yang bisa kamu andalkan. Bila kamu siap, aku yang akan maju membatalkan pertunangan kamu dengan Pras", ujar Nathan serius.
Reina menarik tangannya dan dengan muka kaget dia berujar, "Nathan sorry, aku mau ke ruang kuliah dulu, uda telat", lalu buru-buru Reina lari meninggalkan Nathan sendiri.
Sesampainya di ruang kuliah, Reina berusaha mengatur nafasnya yang memburu karena kaget dan karena lari tadi.
Ada pesan masuk di HP Reina, "Aku akan menunggumu sampai kamu siap", tulis Nathan dipesannya.
Reina melihat pergelangan tangannya, ada gelang cantik dari Nathan dan kemudian dia melirik jari manis ditangan kirinya itu, ada cincin tunangan Pras. Lalu dengan kesal, dia membuka kedua benda itu dan dimasukkan ke dalam tasnya. Hari itu Reina tdk konsentrasi menerima pelajaran, dan bagusnya dosennya kurang memperhatikan jadi dia bisa tenggelam dalam lamunannya. Kuliahnya telah selesai, Reina buru-buru membereskan buku-bukunya dan segera keluar dari kampusnya. Dia berusaha menghindari Nathan, karena dia tau saat ini Nathan baru masuk ke kelasnya dan akan berakhir sekitar 1 jam lagi. Reina naik bis menuju ke Blok M dan ia sengaja mengambil bis Patas AC dikarenakan jarang teman-temannya yang naik dikarenakan mahal dan lama sekali jalannya. Dia kembali tenggelam dalam lamunannya memikirkan kata-kata Nathan tadi pagi dan sikap-sikap Pras yang dirasa tidak menerima Reina dengan baik. Tanpa terasa dia telah sampai terminal Blok M, lalu ia menuju Plaza Blok M untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi mall itu. Baru saja Reina memasukkin pintu Plaza, tiba-tiba telp nya berdering, ada nama Pras disana.
"Kamu ada dimana?", tanya Pras diseberang telp.
"Some where", balas Reina malas.
"Aku lihat kamu. Kesini mau? Aku lagi meeting sama teman-teman", ujar Pras lagi.
Reina mencari sekelilingnya lalu dia menemukan sosok Pras pada sebuah Cafe di lantai dasar mall itu. Pras melambaikan tangannya, Reina pura-pura tidak melihat dan menutup telpnya. Lalu dia berjalan menghindari Cafe itu, berjalan berlawanan arah. Pras tampak kebingungan, dan dia segera pamit pada Relasinya itu untuk mengejar Reina. Reina berusaha menghindar dari Pras, dia benar-benar tidak mau bertemu dengan Pras saat ini. Lalu dia membeli tiket bioskop yang rencananya dia akan ngumpet disana sampai Pras berhenti mencarinya. Di dalam bioskop Reina duduk seorang diri, dipojok menyendiri sementara yang lain tampak berpasangan ataupun berkelompok. Tak lama ada yang duduk di sebelahnya, seorang Pria yang amat dikenalnya, Pras.
"Kenapa?", tanyanya singkat.
"Oh, kamu mau nonton juga", ujar Reina mengalihkan.
Reina akan bangkit dari duduknya tapi tangan Pras menahannya dan menyuruhnya tetap duduk disampingnya.
"Kenapa sayang?", ujarnya lembut, tangannya menggenggam erat tangan Reina. Kemudian dia menyadari, tangan Reina tidak memakai cincin seperti yang dipakainya.
"Kok engga dipakai sayang", tanyanya lagi.
"No Coment", ujar Reina singkat.
"Maaf ya aku lama engga datang sama kamu, aku bener-bener sibuk dengan pekerjaan baruku. Aku suka pekerjaan ini", ujarnya berusaha menjelaskan.
Reina hanya melirik sebentar kearah Pras. Pria ini berubah menjadi lembut padanya. Tiba-tiba Pras melingkarkan tangannya kepundak Reina.
"Aku kangen kamu sayang. Pulang nanti aku mau menunjukkan sama kamu hasil kerjaku selama ini. Rumah untuk kita berdua", ujarnya lagi. Tiba-tiba ada pesan masuk di HP Reina dari Nathan.
"Kamu dimana Rei? Aku mencari kamu ke seluruh kampus tapi kamu engga ada", tulis Nathan.
"Some Where", balas Reina.
"Ada apa kamu dengan Nathan?", tanya Pras tenang sekali.
Reina melirik pada tunangannya itu, dia heran karena tidak mendengar nada kemarahan di suara Pras seperti yang biasa dia lakukan kalau tau Reina bersama Nathan.
"Nothing", jawab Reina singkat.
Kemudian keduanya terdiam lama sampai film berakhir. Lalu Pras berdiri dan mengenggam tangan Reina erat sekali, menuntunnya sampai diluar gedung bioskop. Banyak gadis-gadis muda berbisik-bisik karena mereka mengenali sosok Pras yang mulai menanjak karirnya didunia modeling dan acting.
Reina menepis tangan Pras, "Malu tuh diliat orang".
"Kenapa malu? Aku sedang menggandeng calon istriku kok", kata Pras lalu mengambil tangan Reina lagi.
Di depan sebuah toko pakaian, Pras berhenti dan mengajak Reina masuk. Lalu dia menunjuk sebuah pakaian untuk Reina, blus warna biru muda, warna kesukaan Reina.
"Kamu cantik kalau memakainya. Mau ya aku belikan", ujar Pras kepada Reina.
"Engga", jawab Reina singkat padahal dalam hatinya ingin sekali dia memakai blus itu.
Dia meneliti blus itu, melihat-lihat harganya yang lumayan mahal. Lalu dia mengedarkan pandangannya kesekelilingnya. Dia mencari-cari Pras yang teryata tengah membayar blus biru muda itu. Pras menghampirinya dan memberikan blus itu kepada Reina.
"Aku engga suka memakai blus", ujar Reina singkat dan berlalu tanpa mengambil blus biru muda yang sudah dimasukkan ke dalam bungkusan dari tangan Pras. Pras mengejarnya dan menggenggam tangan Reina lagi.
"Kita makan?", tanya Pras.
"Engga, aku mau pulang", ujar Reina singkat sambil berjalan menuju ke arah loby. Pras menariknya menuju parkiran mobil.
"Mobilku diparkir di sana", tunjuknya.
Mau tak mau Reina berjalan mengikuti Pras dikarenakan tangannya digenggam Pras erat sekali. Sepanjang jalannya, banyak gadis-gadis muda yang melirik kearah mereka dengan pandangan cemburu. Mereka berbisik-bisik dan ada yang melihat ke arah Reina dengan pandangan sinis. Pras membukakan pintu mobil untuk Reina, lalu ia membuka pintu untuknya, dan segera mobilnya meluncur meninggalkan pelataran parkir. Mobil Pras tidak menuju rumah Reina, tapi menuju sebuah kawasan perumahan dipinggir kota Jakarta. Perumahan dengan sistem one way gate ini lumayan terkenal, dikarenakan memang banyak sekali rumah-rumah yang dibangun dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Tiba di depan sebuah rumah mungil dengan halaman kecil, mobil Pras berhenti. Dia memarkir mobilnya memasuki car port rumah itu. Pras turun dan membukakan pintu mobil untuk Reina. "Sudah sampai" katanya lalu menggandeng Reina memasuki halaman yang asri itu. Rumah itu terawat dengan baik. Pras membuka pintu rumah, sudah ada kursi sesuai kesukaan Reina yang berwarna biru tua dan nuangsa ruang tamu itu memang berwarna biru.
"Aku buat ruang tamu bernuangsa biru karena aku tau kamu suka warna biru", ujar Pras menjelaskan.
"Ada yang tinggal disini? Kok rapi sekali", tanya Reina.
"Seminggu 2X ada pembantu yang datang, pembantu mama yang membersihkan rumah ini. Makanya rumah ini selalu bersih. Kadang aku juga tidur disini, mungkin bulan depan aku akan pindah kesini dari apartement", ujar Pras menjelaskan.
Reina berjalan mengelilingi rumah itu. Dihalaman belakang ada sebuah ayunan yang menghadap taman kecil. Lalu ia duduk disana. Tak lama Pras datang membawakannya minuman syrup dan memberikannya kepada Reina. Lalu ia duduk diayunan disamping Reina.
"Nyaman rumahmu", ujar Reina sambil menyeruput minumannya.
"Rumahmu", balas Pras.
"Rumah kita", katanya lagi.
Reina menatap Pras dalam, Pras juga memandangnya. Reina baru menyadari, dia merindukan Pras lebih dari yang dia kira. Pras sepertinya tau itu lalu memeluk Reina erat sekali.
"Aku merindukanmu", bisik Pras.
Lalu dia melepaskan pelukannya dan melihat wajah Reina dalam sekali. Kemudian Pras mencium bibir Reina lembut dan mereka berciuman cukup lama sekali. Mereka melepaskan kerinduan mereka saat itu. Cinta ternyata telah merasuki mereka berdua, bertunangan karena perjodohan tetapi malah membuat mereka saling jatuh cinta. Kemudian Pras kembali memeluk Reina erat.
"Kita menikah?", bisiknya. Reina mengangguk setuju.
"Tidak sekarang, tunggu aku selesai kuliah dulu", ujar Reina.
"Tapi saat ini aku lapar sekali", kata Reina lagi.
"Tenang sayang, sebentar lagi dateng kok", kata Pras dan tak lama bel berbunyi.
"Tuh kan, baru diomongin", ujar Pras lalu menuju ke depan rumahnya yang telah menunggu seorang pengantar makanan pesanan Pras.
Setelah menerima pesanannya dan membayarnya, Pras menuju meja makan.
"Sayang makan disini aja ya", teriaknya dari ruang makan. Reina lalu menghampiri Pras.
"Itu tempat piring dan dilaci itu tempat sendok", tunjuk Pras kepada Reina.
"Kok nyuruh aku?". rajuk Reina.
"Loh itu kan daerah kerajaanmu sayang", kata Pras lembut.
Reina tersenyum, lalu dia membuka laci di dapur itu dan mengambil peralatan makan untuk mereka berdua. Lalu mereka makan dengan lahap sekali sambil bercengkrama menceritakan hal-hal yang terjadi diantara mereka. Sore itu Pras mengantar Reina pulang, dan baru malam hari Reina membolehkan Pras pulang. Pras memang sudah akrab dengan keluarga Reina sehingga mereka dapat berbincang-bincang santai dengannya. Adik Reina, Aditya mempunyai hobi yang sama dengan Pras sehingga mereka gampang sekali menjadi teman dekat. Yanda dan bunda Reina tersenyum melihat Reina dan Pras yang semakin akrab dan semakin mesra. Malam itu Reina tidur dengan bahagia sekali.